Bab 11 Gue mau sama lo, titik.

"Bagaimana kondisi nya dok?"

"Lebih baik, bahkan urat-urat nya tak ada masalah. Seperti nya perlu sedikit akupuntur agar sarafnya kembali bekerja. Minggu depan tuan bisa membawa nona ke sini lagi."

"Apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh dok?"

Tanya Aurel tiba-tiba karena ia ingin cepat sembuh. Aurel tak mau terus terjebak di rumah Adam Hawa itu.

"Nona bisa sedikit-sedikit menggerakkan kakinya. Jika sakit jangan terlalu di paksa karena itu sangat bahaya. Tuan nanti bisa membantunya juga agar cepat dalam pemulihan."

"Baik, dok saya mengerti. Terimakasih atas penjelasannya."

"Sama-sama tuan,"

Sudah selesai Malik mendorong kursi roda Aurel keluar rumah sakit.

"Maaf!"

Malik langsung menggendong Aurel masuk kedalam mobil. Setiap kali Malik akan menggendong Aurel memang Malik selalu minta maaf sambil memalingkan tatapannya.

Aurel masa bodo karena ia sudah biasa tubuhnya di peluk laki-laki. Sudah merasa Aurel nyaman Malik langsung menutup pintu mobil dan memasukan kursi roda di bagasi.

Sebelum menjalankan mobilnya Malik membalas pesan dari Raja.

"Apa lo gak kerja?"

"Kerja!"

"Maksud nya?"

Malik tak menjelaskan ia memilih menyalakan mobil dan segera meninggalkan rumah sakit karena setelah ini Malik harus pergi lagi.

Mereka berdua sama-sama diam tak ada yang bicara lagi. Namun pikiran Aurel tak tenang ia sangat penasaran apa pekerjaan Malik. Bagaimana bisa Malik menghidupi semua biaya anak-anak jika tak bekerja. Bahkan mobil yang di pakai Malik harganya sangat fantastis. Entah apa pekerjaan Malik seperti nya punya jabatan tinggi di perusahaan. Tapi jika bekerja di perusahaan harusnya Malik pergi pagi-pagi atau Malik punya usaha sendiri.

Sungguh Aurel sangat penasaran namun ego membuat Aurel bungkam apalagi masih kesal karena Malik tak adil dalam memberi uang jajan anak-anak.

Aurel sangat membenci ketidak Adilan di muka bumi ini karena rasanya sakit walau dalam bentuk hal apapun.

"Nanti kamu bisa mempraktekan ucapan dokter. Gerakan pelan-pelan saja jangan terlalu di paksakan. Hari ini aku tak bisa membantumu nanti ada pengasuh yang membantu mu."

"Lo mau kemana, bukankah gue tanggung jawab lo. Gue gak mau dengan orang lain."

Ketus Aurel enak saja ia harus di urus oleh orang lain. Aurel tak suka tubuhnya di pegang orang lain. Ini tanggung jawab Malik maka Malik yang harus melakukannya.

"Ada urusan mendesak,"

"Gue gak mau tahu, gue mau sama lo, titik."

Malik menghela nafas berat mengerti jika Aurel tak suka di sentuh oleh orang lain. Bahkan Malik pun waktu pertama sulit membantu Aurel karena hanya ada penolakan.

Aurel seperti sedang membentengi diri sendiri seolah tak percaya dengan orang lain. Selagi percaya Aurel akan percaya pada orang itu.

"Aku ada sedikit pekerjaan mengertilah, aku harus menghidupi anak-anak dan sekarang aku juga harus bertanggung jawab atas mu. Jika aku tak bekerja bagaimana aku bisa membayar biaya pengobatan mu!"

Malik berusaha menjelaskan agar Aurel tak tersinggung. Sungguh Aurel sulit sekali di atur.

Aurel terdiam memang ada benarnya apa yang di katakan Malik. Andai saja Aurel bisa menggunakan kartu kreditnya ia tak perlu repot di biayai oleh Malik. Tapi masalahnya Aurel sedang menyembunyikan diri, jika Malik tahu siapa dirinya bisa-bisa Malik membalikan dirinya ke rumah.

"Tapi gue tetap gak mau. Lo tahu gue tak suka di pegang orang lain!"

"Apa kamu tak mau sembuh?"

"Mau!"

"Jadi menurut lah."

"Tidak! Gue cuma percaya sama lo!"

Malik terdiam frustasi entah harus bagaimana mana lagi meyakinkan Aurel. Sungguh sendari pertama sikap Aurel selalu saja menguji kesabarannya.

"Ok .. Ok ., aku akan menemanimu tapi nanti ya. Hari ini Aku ada urusan?"

"Hm!"

Sikap keras kepala Aurel terbentuk karena sendari kecil ia tak pernah mendapatkan apa yang ia inginkan walau banyak uang. Hingga sikap Aurel sangat keras ketika menginginkan sesuatu dan itu harus terkabul. Dan baru kali ini Aurel mendapatkannya dari Malik orang asing yang tak sengaja ia kenal akibat kesengajaannya. Namun lihatlah Malik bertanggung jawab atas semuanya.

Selain dari sahabat-sahabat kini Malik selalu sabar dan menurut apa maunya. Itulah yang membuat Aurel merasa nyaman dan percaya pada Malik.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. Aku harus segera pergi!"

Aurel mengangguk patuh tanpa membantah lagi membuat Malik menghela nafas lega.

Aurel hanya bisa melihat kepergian Malik di depan pintu.

Malik sedikit terkejut ketika mendapati Aurel ada di depan pintu Malik pikir Aurel akan langsung masuk kedalam kamar.

Sudah kepergian Malik Aurel tak langsung masuk kedalam kamar. Aurel menatap ke setiap penjuru ruangan.

Rumah yang cukup besar dan Aurel tak menyangka ia akan berada di sini.

Entah apa yang Aurel pikirkan, ia segera masuk kedalam kamar. Lebih baik ia menunggu Malik di dalam kamar saja.

Hanya Malik yang Aurel kenal dan bisa di andalkan saat ini. Seperti nya Aurel harus sabar sampai kakinya sembuh.

Aurel menatap kaki kirinya berusaha menggerakkan namun terasa ngilu. Sungguh ini sangat sakit sekali.

Aurel terus mencoba menggerakkan namun semakin mencoba kakinya semakin sakit membuat Aurel menyerah.

Aurel merasa bosan tak ada yang ia lakukan rumah juga nampak sepi.

Aurel belum tahu apa-apa tentang di sini membuat Aurel bosan. Aurel tak bisa melakukan apa yang ia mau.

Anak-anak sekolah sungguh Aurel sangat pusing sekali. Hidupnya benar-benar berubah di sini. Biasanya Aurel akan menghabiskan waktu dengan teman-teman nongkrong atau ke mall. Kini Aurel harus menahan itu dan itu sangat menyiksa.

Dari pada bosan Aurel memilih tidur saja sambil menunggu Malik pulang. Aurel berharap Malik tak lama perginya karena ia belum terbiasa dengan yang lain.

Aurel mencoba memejamkan kedua matanya namun tak bisa karena Aurel tak biasa tidur siang yang ada malah baru bangun di jam segini.

Sungguh kebiasaan yang sangat berbeda dan itu menyiksa Aurel.

Karena tak bisa tidur lebih baik Aurel melihat-lihat saja. Mungkin Aurora akan pulang lebih awal.

Dan benar saja ketika Aurel keluar kamar Aurora baru pulang sekolah bersama pengasuhnya.

"Kak Aurel!"

Aurora berlari ke arah Aurel lalu mencium punggung tangannya.

"Sayang, ganti baju dulu ya?"

"Baik,"

"Kakak, Aurora ganti baju dulu ya sama Sus?"

"Ya!"

Aurora memang memanggil Sus pada pengasuhnya yang hanya akan membantu keperluan penting Aurora saja.

Tak lama Aurora kembali menghampiri Aurel ketika sudah selesai ganti baju.

"Sus mau kebelakang ya, Aurora sama kak Aurel dulu?"

"Baik Sus."

"Mohon titip, Nak?"

Aurel hanya mengangguk saja menanggapi ucapan Sus. Wanita yang sudah cukup umur Aurel baru melihat ya.

Ya, pengasuh di rumah Adam Hawa memang tak dua puluh empat jam memerhatikan anak-anak. Mereka ada terlihat ketika membantu anak-anak saja setelahnya akan kembali ke belakang. Karena anak-anak selalu di ajarkan mandiri.

"Kaki kakak masih sakit ya?"

"Sedikit."

"Nanti kalau kakak udah sembuh Aurora akan ajak jalan-jalan."

"Ya!"

"Ya, nanti Aurora juga akan ajak kakak berenang di kolam belakang."

Celetuk Aurora antusias, Aurel hanya menanggapi dengan senyum kaku karena tak tahu harus bersikap bagaimana.

 Aurel tak tahu bagaimana cara memperlakukan anak kecil karena dulu Aurel pun tak pernah di perlakukan baik oleh kedua orang tuanya yang super sibuk.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!