Bab 14 Sikap Aurel

Sudah satu Minggu Aurel tinggal di rumah Adam Hawa membuat Aurel terbiasa dengan aktivitas di sana.

Bahkan Aurel tak lagi merasa berisik ketika mendengar suara adzan. Saking sudah terbiasanya bahkan Aurel sudah hapal aktivitas semua anak-anak dan kapan Raja dan Mawar akan datang.

Sedang aktivitas Aurel sendiri hanya menunggu Malik bak seorang istri yang menunggu suaminya.

Menunggu adalah hal yang baru Aurel lakukan biasanya Aurel yang selalu di tunggu oleh sahabat-sahabat nya.

Sambil menunggu kedatangan Malik seperti biasa Aurel memerhatikan anak-anak yang sedang mengaji. Kini Aurel tak merasa berisik atau pusing lagi melihat apa yang anak-anak lakukan. Bahkan Aurel semakin penasaran dengan sholat yang Aurel pikir sebuah olahraga.

Aurel belum menanyakan tentang Sholat mungkin nanti Aurel akan menanyakannya.

Aurel melihat Mawar yang selalu tersenyum ramah bahkan anak-anak pun selalu terlihat nyaman di dekatnya.

Ada rasa iri di hati Aurel melihat anak-anak begitu dekat dengan Mawar. Gadis berhijab panjang dengan tutur kata lembutnya. Sedang Aurel jauh dari kata itu bahkan masa lalunya begitu buruk. Entah bagaimana tanggapan anak-anak jika tahu bagaimana buruknya kelakuan dia.

Kini Aurel merasa nyaman dan aman tinggal di rumah Adam Hawa bahkan sedikit-sedikit Aurel merasakan apa yang di sebut rumah.

Kehadiran anak-anak membuat Aurel merasakan apa itu rumah dan keluarga. Apalagi di sini anak-anak di ajarkan seperti itu. Sopan santun yang tak pernah Aurel pelajari kini Aurel melihatnya dalam diri anak-anak.

Bahkan Aurel terbiasa tidur bersama Aurora walau Aurora selalu tidur terlebih dahulu namun Aurel mulai merasa nyaman.

Apa yang Aurora rindukan pada sosok seorang ibu membuat hati Aurel tersentuh karena Aurel seakan melihat dirinya dulu di diri Aurora. Itulah alasan yang membuat Aurel membiarkan Aurora tidur dengannya.

Senyuman manis terukir di bibir Aurel tatkala melihat mobil Malik.

Aurel menekan tombol hingga kursi rodanya berjalan ke arah pintu.

Malik tak tahu jika Aurel menunggunya hingga Malik tak menghiraukan Aurel. Malik fokus berjalan menuju mushola bersama Raja.

Namun Malik seperti merasa ada yang memerhatikan.

"Ibra, anak-anak sudah selesai mengaji?"

Tiba-tiba Raja mendorong Malik membuat Malik tak jadi menengok.

Padahal Raja sengaja karena sampai sekarang jujur saja Raja tak suka sahabat nya dekat dengan Aurel.

Apalagi melihat Aurel mempunyai tato di lengannya membuat Raja selalu berpikir buruk apalagi Aurel selalu tak sopan pada Malik.

"Apaan sih Ja, jangan tarik-tarik lengan ku!"

Protes Malik tak suka entah ada apa dengan Raja tiba-tiba menggandeng lengannya.

"Assalamualaikum anak-anak?"

Ucap Raja membuat anak-anak langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh kak Raja, kak Malik!"

Anak-anak langsung beranjak menyalami Raja dan Malik lalu duduk kembali.

"Mba Mawar?"

"Mas Malik ada yang mau saya bicarakan?"

Raja terdiam ketika Mawar tak membalas sapaannya malah berjalan menghampiri Malik. Namun Raja juga tak lama mengikuti.

"Ada apa mba?"

"Begini, saya mau membicarakan soal pengajian bulanan?"

"Oh itu, mari duduk, kebetulan saya juga ingin membahasnya!"

Mawar tersenyum mengangguk sedang Raja hanya memerhatikan saja.

"Bagaimana? Apa mba mawar punya usul?"

"Saya sudah mengkonfirmasikan pada ustad saya, Alhamdulillah beliau berkenan mengisi acara di sini."

"Alhamdulillah kalau begitu, gimana Ja apa kamu sudah memberikan surat undangan pada panti asuhan lain?"

"Belum, kemungkinan besok!"

"Baiklah, besok kamu tak usah datang ke kantor. Fokus saja sama acara."

"Hm, apa boleh saya mengundang teman-teman kampus ke sini?"

"Boleh itu lebih baik!"

Setuju Malik semakin banyak yang datang lebih baik agar acaranya semakin hidup.

"Terimakasih mas Malik!"

"Sama-sama, semoga acaranya berjalan dengan lancar!"

"Hey, apa konsumsi sudah kau urus?"

Raja mengingatkan karena setahunya bagian konsumsi belum ada yang pegang.

Malik terdiam karena memang belum ada yang pegang. Sedang besok jadwal Aurel kontrol dan tak mungkin membawa Aurel kemana-mana.

"Biar saya saja, mungkin saya akan meminta bantuan anak-anak kampus!"

"Tidak, saya tak mau terlalu merepotkan mereka. Bagaimana kalau mba Mawar sama Raja saja. Jadi sekalian sesudah menyebar undangan bisa langsung pergi ke perusahaan catering."

Good job sob, kau memang sahabat ku yang paling pengertian.

Batin Raja setuju dengan usul Malik dan ia bisa jalan dengan Mawar.

"Mba Mawar tak usah risau akan ada Marsel yang menemani supaya terhindar dari fitnah. Bagaimana?"

Mawar terdiam sejenak meremas ujung kerudungnya.

"Baik, kalau begitu saya setuju!"

"Alhamdulillah!"

Ucap Malik dan Raja semangat menjawabnya.

Malik tahu Mawar tak mungkin setuju jalan berdua dengan yang bukan mahram nya. Walau Malik tidak se-agamais orang lain namun setidaknya Malik tahu batasan.

Bahkan Malik selalu menjaga pandangannya pada Mawar karena takut Mawar merasa risih. Berbeda dengan Aurel karena Aurel tak menunjukan rasa risih sedikitpun walau begitu Malik juga tetap menghargai Aurel karena Aurel perempuan yang wajib Malik jaga.

"Mba Mawar kenapa? Terlihat gelisah?"

Tanya Malik ketika mereka berjalan keluar mushola.

"Eh mas Malik, barusan adik saya memberi kabar dia tak bisa menjemput."

"Biar saja saya saja mba, kebetulan saya akan membeli makanan untuk anak-anak. Jangan takut ada Bima dan Angga kok yang ikut. Bagaimana?"

"Ya, lebih baik mba Mawar di antar Raja saja sekalian!"

Mau tak mau Mawar mengangguk setuju membuat Raja tersenyum senang.

Malik hanya bisa menggeleng melihat sahabatnya terang-terangan menunjukan rasa sukanya.

Bohong jika Malik tidak menyukai sosok idaman para kaum Adam itu. Namun Malik sadar jika ia tak pantas. Malik hanya bisa sekedar mengagumi saja tak lebih dari itu. Apalagi ilmu agama Malik juga masih minim dan Malik juga sedang tahap belajar.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu?"

Pamit Malik meninggalkan Raja dan Mawar. Malik berjalan menuju rumah dengan santai sambil memainkan ponselnya.

Deg ...

Malik terkejut mendapati Aurel ada di depan pintu namun bukan itu yang membuat Malik terkejut melainkan tatapan Aurel yang tajam seolah sedang menguliti dirinya.

Malik salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya seolah seorang suami yang sedang ketahuan selingkuh.

"Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam!"

Jawab ketus Aurel langsung membalikan kursi rodanya. Membuat Malik terkejut akan sikap Aurel. Bukankah tadi pagi masih baik-baik saja, pikir Malik bingung.

"Hey, kamu kenapa?"

"Pikir saja sendiri!"

Malik tercengang mendengarnya sungguh tak mengerti kenapa Aurel bersikap begitu.

"Kamu kenapa, apa aku berbuat salah?"

"Kak Aurel ini buku yang kakak minta?"

Ucap Sinta mendekat membuat Malik bersikap biasa.

"Terimakasih dek."

"Sama-sama kak, ya sudah Sinta mau ke kamar lagi!"

Aurel mengangguk langsung menyembunyikan buku yang di beli Sinta.

"Buku apa itu?"

"Jangan sok tahu!"

"Hey, kenapa kamu marah. Aku hanya bertanya?"

"Minggir?"

"Tidak! Sebelum menjelaskan kenapa? Apa aku punya salah?"

"Cie .. Cie .. Kak Malik lagi bujuk calon istri ya?"

Celetuk Ara membuat Malik dan Aurel membulatkan kedua bola matanya.

"Ayo bujuk Kak, biasanya perempuan sok jual mahal."

Timpal Marsel membuat Aurel semakin membulatkan kedua bola matanya.

"Tenang kakak akan membujuknya?"

Aurel menatap tajam Malik membuat Malik terkikik gemas melihat raut wajah Aurel.

Anak-anak memang sudah biasa bercanda apalagi semenjak Malik selalu membantu Aurel memijat kakinya sampai Aurel sedikit bisa menggerakkannya.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah,, komen dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
161 Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162 Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163 Bab 162 Kapan kamu menikah?
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran
161
Bab 160 Boleh minta nomor ayah mu?
162
Bab 161 Rahasia di balik penolakan.
163
Bab 162 Kapan kamu menikah?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!