Raja pulang habis isya karena magrib di rumah Mawar berjamaah dengan keluarga Mawar.
Walau keluarga Mawar bukan keluarga seorang kiai tapi keluarga Mawar terbilang keluarga yang sangat agamis.
Raja, Marsel dan Ara pamit pulang setelah sholat magrib.
Namun Marsel dan Ara ingin jalan-jalan sebentar membuat Raja mengabulkannya. Itulah kenapa Raja pulang habis isya karena mereka sholat isya juga di luar.
Raja mendengus kesal melihat Malik yang semakin dekat dengan Aurel. Entah kenapa Raja sangat tidak suka sahabatnya dekat dengan Aurel. Entah siapa Aurel tiba-tiba datang di kehidupan Malik dan membuat Malik selalu repot.
Sekali pandangan tak suka tetap saja tak suka. Bahkan Raja sendiri tak mengerti kenapa ia tak menyukai Aurel.
Ingin sekali Raja mengusir Aurel tapi tak enak karena Malik. Karena tak suka melihat Aurel yang menurut Raja wanita gak baik hanya karena sebuah tato yang ada di tangan Aurel.
Raja memilih masuk langsung tatkala Aurel tak sengaja melihat sosok Raja.
"Hey, kenapa bengong?"
Tanya Malik heran karena Aurel malah bengong. Malik melihat kearah yang di lihat Aurel tapi tak ada siapa-siapa.
"Kenapa dia, apa dia se-benci itu pada gue?"
"Siapa?"
"Sahabat lo, dari pertama tatapannya selalu sinis ke gue. Apa gue punya salah?"
Kesal Aurel karena Raja selalu saja memandang ia tak suka bahkan terkesan jijik. Padahal Aurel tak punya salah sedikitpun.
"Jangan di ambil hati. Raja sebenarnya baik kok!"
"Tapi gue gak suka di tatap begitu. Apa gue seburuk itu?"
"Tidak! Jangan mikir macam-macam. Bagi ku kamu orang baik."
"Lo tak sedang merayu gue?"
"Tidak! aku yakin kamu orang baik. Terbukti kamu mau menerima Aurora tidur bareng. Padahal Aurora orang yang sulit menerima orang baru. Tapi entah kenapa sejak pertama Aurora suka sama kamu. Bukankah hati anak kecil selalu jujur?"
"Terserah lah, tapi gue gak suka di tatap begitu."
"Maafkan Raja, Raja memang seperti itu. Jika kalian dekat kamu pasti nyaman dengannya."
"Ogah, cih. Gue udah nyaman sama lo!"
Deg ...
Aurel membekam mulutnya keceplosan menatap Malik takut.
Malik terdiam terkejut mendengar ucapan Aurel. Apa Aurel sedang mengungkap perasaan, batin Malik.
"Jangan salah paham. Maksud gue nyaman sama lo. Karena lo baik sama gue dan mau bantu gue sembuh."
"Kirain apa? Beneran juga gak papa kok!"
"Hah!"
Mulut Aurel menganga membuat Malik terkekeh geli. Aurel memang lucu dan menggemaskan. Tingkahnya selalu polos dan ceplas-ceplos.
"Sudah, ayo latihan jalan lagi?"
"Hm!"
Malik berdiri mengulurkan tangan. Dengan senang hati Aurel meraih tangan Malik.
Aurel sudah berdiri kaku memegang lenga Malik erat.
"Pelan saja jalannya?"
"Iya!"
Aurel berusaha melangkahkan kakinya pelan. Satu langkah berhasil membuat Malik tersenyum senang.
"Ayo, maju lagi?"
Aurel terus melangkah lagi dengan pegangan yang semakin kuat. Aurel bak anak kecil saja yang sedang di latih berjalan.
"Alhamdulillah, ok bagus. Sekarang aku lepas ya. Kamu coba jalan sendiri?"
"Tapi gue takut?"
"Jangan takut, kan ada aku. Lepas ya?"
Aurel menghela nafas berat perlahan melepaskan tangan Malik. Aurel masih takut melangkah karena tak berpegangan.
"Ayo, jangan takut?"
Aurel berusaha melangkahkan kakinya. Terasa berat dan ngilu namun Aurel harus semangat.
Akhh ....
Pekik Aurel meringis sakit dengan sigap Malik langsung menahan lengan Aurel yang akan tersungkur.
Padahal Aurel sudah empat langkah berjalan namun kakinya belum cukup kuat.
"Kita istirahat ya!"
Malik menggendong Aurel menuju kursi roda dan mendudukkannya perlahan.
"Maaf, sakit ya?"
"Jangan kencang-kencang, sakit tahu!"
Ketus Aurel berkaca-kaca ketika Malik berusaha mengurutnya agar Aurel merasa nyaman.
"Bagaimana, sekarang sudah enakkan belum?"
"Sedikit, tapi lebih baik."
"Alhamdulillah."
"Malik?"
"Ya!"
"Apa lo benar-benar percaya pada Tuhan?"
Malik mengangkat kepalanya menatap Aurel yang bertanya hal yang sering di pertanyakan.
"Sangat percaya!"
Jawab tegas Malik lalu melanjutkan kembali mengurut kaki Aurel.
Aurel menatap ke atas langit sana. Tak ada bulan namun masih ada taburan bintang.
Entah apa yang Aurel pikirkan, hanya ia yang tahu.
"Kenapa Hm, apa yang sedang kamu pikirkan?"
Tanya Malik menyudahi mengurutnya ia duduk di atas kursi.
"Se-percaya itulah lo terhadap tuhan?"
"Ya!"
"Jika suatu saat nanti lo mengetahui tentang gue. Apa lo akan tetap percaya pada gue?"
Kini Malik tak langsung menjawab. Malik menatap Aurel intens lalu mengalihkan pandangannya kembali.
"Ya! aku akan tetap percaya."
"Jika semua orang menganggap gue buruk apa lo akan tetap percaya gue baik?"
"Iya, aku percaya pada kamu. Karena aku bukan orang yang suka menghakimi seseorang."
Tegas Malik, entahlah kenapa Malik yakin akan jawabannya. Padahal Malik tak tahu bagaimana masal lalu Aurel dan bagaimana kehidupannya.
Malik tak peduli akan hal itu, Malik percaya Aurel gadis baik-baik.
"Kenapa bertanya seperti itu? Apa ada yang kamu sembunyikan?"
"Banyak! Tapi berjanjilah lo harus tetap percaya sama gue?"
Entah kenapa Aurel takut Malik akan membencinya jika Malik tahu bagaimana dunianya. Apalagi Raja tak menyukainya walau tak tahu siapa dia. Bagaimana jika Raja tahu pasti akan semakin membencinya dan Aurel takut jika Malik berbalik membencinya.
"Katakanlah, aku akan tetap percaya?"
"Terimakasih, tapi belum saatnya. Gue akan jujur kalau kaki gue sudah bisa berjalan normal."
"Baiklah."
"Tapi gue mau ngasih tahu sesuatu!"
"Apa?"
"Gue sudah hapal doa pemanasan olahraga (wudhu) dan juga doa olahraga intinya (sholat)."
"Benarkah!"
Sungguh Malik terkejut mendengarnya walau ada rasa bahagia di hati Malik. Malik jadi penasaran apa benar Aurel sudah hapal semuanya dalam kurun waktu tiga puluh lima jam.
"Lo remehkan gue?"
"Tidak! Coba baca aku pengen dengar?"
"Dengar baik-baik ya. Awas lo terpesona?"
"Hm!"
Aurel mulai mempraktekan dengan gerakannya dari mulai doa wudhu. Sudah selesai Aurel langsung membaca doa-doa dalam sholatnya sampai tuntas, lugas dan jelas bahkan tak ada sedikitpun yang terlewatkan.
"Bagaimana? benarkan?"
Malik terdiam sungguh tak menyangka jika Aurel tak bohong. Bahkan Aurel membacanya dengan lancar tak ada sedikitpun yang terlewatkan.
Sungguh siapa Aurel sebenarnya kenapa bisa dengan cepat menghafalnya, pikir Malik.
"Hey, kenapa lo bengong. Gue bilang jangan terpesona!"
"Masyaallah, Aurel. Subhanallah bacaan kamu lancar dan lugas. Bagaimana bisa kamu secepat ini hapal bahkan tak tertinggal sedikitpun?"
"Gue gitu loh. Jangan remehkan gue, gini-gini gue paling pintar di antara murid lain. Menghafal doa begitu saja gampang. Bahkan dulu gue harus menghapal kosa kata bahasa arab saja cuma butuh tiga hari. Apalagi ini cuma sedikit."
Sombong Aurel membuat Malik menggelengkan kepala. Sungguh di balik sikap Aurel yang judes dan ceplas-ceplos ternyata ada keistimewaan di balik semuanya.
Bahkan Malik terkagum-kagum mendengarnya. Seolah Aurel sudah hapal sejak awal.
"Gue jadi gak sabar pengen cepat-cepat sembuh dan mempraktekkannya!"
"Amin, semoga Tuhan mendengar ke inginkan kamu."
Senyum Aurel seketika hilang tatkala mendengar Malik bicara seperti itu. Bahkan raut wajah Aurel jadi berubah.
"Kenapa? Apa aku salah bicara?"
Tanya Malik bingung dengan perubahan sikap Aurel.
"Tuhan tak akan pernah mendengar keinginan gue!"
"Yakinlah, aku yakin Tuhan mendengarnya!"
Bagaimana gue bisa percaya Malik. Sudah belasan tahun Tuhan tak pernah mengabulkan keinginan gue. Apa sekarang gue harus tetap percaya?
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
Alasan kau fergusoo🤣
2024-01-28
2
Dwi Sulistyaningsih
ehhhh
2024-01-28
2