"Masyaallah mba cantik banget!"
Puji Mawar melihat penampilan Aurel yang mengenakan jilbab. Sungguh sangat cantik bahkan Aurel terlihat seperti orang arab sungguhan jika mengenakan jilbab.
"Oh tidak, gue sangat risih sekali. Kenapa harus pake baju ginian sih!"
"Eh mba, jangan di lepas. Ini sangat cocok kok bahkan mba sangat cantik!"
Sungguh Mawar sangat kagum melihat kecantikan Aurel apalagi dari dekat begini.
Bahkan tak henti-henti nya Mawar memuji asma Allah.
Sedang Aurel sendiri ngedumel karena tak suka berpakaian tertutup begini kaya teroris saja. Bahkan belum apa-apa Aurel sudah merasa gerah. Ingin sekali Aurel merobek baju sialan ini. Awas saja Malik, gue akan balas lo, kesal Aurel.
Bahkan Aurel mengerucutkan bibirnya gemas.
Mawar memang di minta Malik untuk membantu Aurel karena Malik yakin Aurel tak bisa memakai kerudung.
"Ayo keluar mba, yang lain sudah menunggu!"
"Huh!"
Aurel terpaksa mengangguk walau bibirnya terus cemberut.
"Masyaallah kak Aurel, benarkah ini kakak. Masyaallah cantik banget!"
Puji anak-anak cewe karena anak-anak cowo sudah terlebih dahulu pergi ke aula. Tinggal anak-anak cewe karena harus menunggu Aurel yang sangat lama karena harus berdebat dulu dengan Mawar.
Wajah Aurel semakin di tekuk mendengar pujian anak-anak yang menurut Aurel mereka menghinanya. Karena memang sejak tadi Aurel menolak berkaca karena takut penampilannya buruk.
"Ayo anak-anak kita pergi sekarang!"
"Baik kak Mawar!"
Mereka semua pergi ke aula di mana Sinta sekarang yang mengambil alih mendorong kursi roda Aurel.
Sungguh Sinta sangat mengagumi kecantikan Mawar yang alami. Dan kini Sinta mengagumi Aurel yang sama-sama cantik walau wajah mereka berbeda versi. Mawar cantik versi lokal karena memang Mawar keturunan asli Indonesia. Sedang Aurel cantik dari campuran gen sang mama dan sang ayah. Apalagi memang gen sang kakek juga campuran membuat wajah Aurel seperti wajah orang Asia Eropa tepatnya seperti orang-orang Turki.
Aurel terus saja menunduk sesekali menatap ke sekeliling di mana sudah banyak orang. Sungguh baru kali ini Aurel menghadiri acara pengajian. Lebih baik Aurel berkaraoke bareng sahabat-sahabat dari pada harus berada di sini. Sungguh Aurel kangen dengan dunianya di mana ia akan joget di bawah kelap kelipnya lampu disko.
Deg ....
Tatapan Aurel tak sengaja bertemu dengan Malik yang sedang di depan sana dengan jajaran ustadz.
Malik menelan ludahnya kasar melihat penampilan Aurel yang di sulap menjadi bidadari. Sungguh Aurel sangat cantik dengan pakaian syar'i.
Jika Malik menatap Aurel dengan tatapan kagum dan terpesona berbeda dengan Aurel sendiri yang menatap Malik dengan tatapan horor. Sungguh Aurel sangat kesal dengan Malik yang membelikan baju menyiksa ini.
Bahkan rasanya Aurel ingin memaki namun Aurel masih ingat jika ia berada di tengah acara.
Bukan hanya Malik yang terpesona melainkan Raja juga terpesona namun Raja bukan terpesona pada Aurel melainkan pada Mawar yang duduk tak jauh dari di depan Aurel di mana Mawar duduk bersama teman-temannya kampusnya.
Bahkan Raja tak sedikitpun menatap Aurel bagi Raja bagaimana pun penampilan Aurel saat ini tak akan mengubah pandangan tak suka Raja pada Aurel.
Bukannya memerhatikan setiap acara Aurel terus saja ngedumel dengan perasaan dan pikirannya masing-masing.
"Wahai anak-anakku ku, berbakti lah pada ke dua orang tua seburuk apapun orang tua kita. Tetap kita harus menghormatinya. Dan doakan beliau agar menjadi diri yang lebih baik lagi."
"Cih, semuanya hanya omong kosong!"
Geram Aurel tertahan mendengar ceramah ustadz Hanan Attaki. Aurel benar-benar tak suka dengan pembahasannya. Bahkan Aurel terkesan menutup telinganya. Sungguh Aurel tak suka kenapa ia harus di tuntut berbakti, berbuat baik pada orang tua walau mereka jahat padanya.
"Dan jangan bersedih wahai anak-anakku ketika kalian lahir tak tahu siapa orang tua kita. Jangan iri dan dengki karena semua kehendak Allah. Berbahagialah wahai anak-anakku ku karena kalian golongan orang-orang yang di cintai oleh Rasulullah Saw."
Aurel mengorek kupingnya kasar di balik kerudung sungguh Aurel sangat kesal dan tak nyaman. Rasanya Aurel ingin pergi aaja.
Sungguh Aurel seperti orang kerasukan jin. Aurel tak betah berada di lingkup pengajian begini. Rasanya Aurel ingin menghancurkan semuanya.
Kapan beresnya sih, kenapa lama banget.
Mana lapar lagi perut gue, sungguh rasanya kepala gue benar-benar gila.
Gerutu Aurel sudah tak enak duduk. Jika kakinya sudah bisa berjalan sendari tadi Aurel sudah kabur dengan alasan apa ke. Tapi ini, Aurel tak bisa ke mana-mana apalagi jalannya terhalang oleh yang lainnya.
"Berbahagialah kalian. Dan doakan ibu bapak kita walau kita tak tahu siapa mereka. Tapi ingat kita tak akan berada di dunia ini jika bukan karena mereka. Jadilah anak-anak Sholeh dan Sholehah yang di cintai Tuhan dan Rasulullah."
"Jangan pernah bersedih jika kita beda dengan orang lain. Di mana mereka mendapatkan kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya. Ingat kita harus bersyukur karena masih ada Tuhan yang selalu ada buat kita. Tuhan tidak akan menguji setiap hambanya di luar batas kemampuannya. Jika kita di uji begitu hebatnya percayalah berarti kita mampu."
Malik menatap Aurel yang terlihat berbeda. Tak lama Aurel memaksa pergi membuat Malik hampir saja beranjak kalau tak ingat acara. Malik penasaran melihat gelagat aneh Aurel.
Sungguh Aurel sudah tak sanggup lagi mendengarkan pengajian yang menurut Aurel tak adil dengannya.
"Mereka bohong, semuanya bohong hiks,,,
Tuhan tak sayang pada ku. Tuhan hanya bisa berbuat jahat. Jika dia baik dia tak mungkin membiarkan orang lain mengambil ayah. Jika tuhan baik, dia tak akan membiarkan mama menelantarkan aku.
Semuanya bohong, bohong hiks ...,"
Aurel menangis karena tak sanggup lagi. Aurel benci mendengar pengajian itu. Aurel tak percaya dengan semua yang di katakan ustadz.
Aurel terus saja menangis sambil menyalakan kran agar Sinta tak mendengar isakan ya.
Sinta hanya bisa menunggu Aurel di dalam kamar mandi.
"Kakak kenapa? Apa kakak sakit?"
Cemas Sinta melihat mata Aurel yang memerah dan sedikit bengkak.
Wajah putih Aurel sangat kontras dengan jejak-jejak tangis di sembunyikan apapun tetap saja terlihat.
"Tolong bawa kakak ke kamar dek?"
Mohon Aurel tak mau membuat Sinta semakin bertanya banyak. Aurel takut tak bisa mengontrol emosinya hingga akan berbuat kasar pada Sinta.
Sinta hanya bisa menurut saja karena tak mau membuat Aurel semakin sakit.
Ya, Sinta menyangka Aurel sakit perut.
"Terimakasih dek?"
"Sama-sama kak, kakak istirahat ya. Nanti Sinta bawa makan dan obat agar kakak cepat sembuh!"
Aurel hanya mengangguk saja agar Sinta cepat keluar dari kamarnya.
Aurel menutup telinganya tak mau mendengar apapun lagi yang di ceramah kan oleh ustadz.
Kenapa yang di katakan ustadz tak sesuai dengan kehidupannya.
Semuanya seolah omong kosong belakang. Tuhan tak pernah sayang padanya. Jika sayang tuhan tak akan membiarkan Aurel kesepian selama belasan tahun. Tak akan membiarkan Aurel mengemis cinta dan kasih sayang pada kedua orang tuanya sendiri. Tak akan mengemis pengakuan dari sang ayah.
Hingga Aurel tak perlu mencari kesenangan sendiri di luar. Tak perlu mencari pengakuan di luar sana.
"Semuanya bohong, bohong!!"
Bersambung ...
Jangan lupa Like Hadiah, komen, dan, Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments