Suasana rumah kembali hidup ketika anak-anak pulang dari sekolah.
Hanya tinggal Sinta yang belum pulang karena sudah SMA tentu pulangnya agak sore berbeda dengan anak-anak smp jam dua siang sudah pulang.
Walau berisik oleh suara anak-anak tapi Aurel sedikit nyaman karena tak merasa bosan. Aurel bisa melihat kegiatan anak-anak yang baru pulang sekolah. Mereka belajar bareng dan berdiskusi.
"Assalamualaikum,,"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
Jawab anak-anak ketika mendengar salam dari Sinta.
Sinta mencium punggung tangan Aurel lalu menghampiri anak-anak. Semua anak-anak mencium punggung tangan Sinta.
Aurel tetap memerhatikan bagaimana sikap anak-anak entah kenapa ada rasa nyaman menyapa hati Aurel.
"Adek-adek, sebentar lagi adzan ashar siap-siap ya. Nanti Bima yang jadi imam ok?"
"Baik kak Sinta."
Sinta tersenyum anak-anak selalu menurut tak pernah ada yang membantah.
Semua anak-anak menutup buku masing-masing mereka bersiap pergi ke mushola karena sebentar lagi adzan ashar.
Allahuakbar ... Allahuakbar ...
"Oh sitt, suara ini lagi!"
Geram Aurel heran kenapa selalu saja terdengar suara adzan. Ini suara aneh yang Aurel dengar hari ini entah berapa lagi harus mendengar nya di setiap harinya seperti Aurel harus menghitung dan bertanya pada Malik kenapa sering sekali Aurel mendengarnya.
Sungguh Aurel sangat kesal sekali mendengarnya. Bagi Aurel suara adzan sangat aneh.
Aurel hanya memerhatikan kegiatan anak-anak dari kejauhan.
"Olahraga itu lagi, itu lagi apa mereka gak bosan!"
Ketus Aurel merasa heran entah olahraga apa yang anak-anak lakukan seperti nya Aurel harus menanyakan juga pada Malik.
Walau tak suka dan merasa pusing melihat gerakan sholat anak-anak Aurel tetap memerhatikan nya.
Aurel menautkan alisnya melihat ada sebuah mobil masuk.
"Bukankah itu perempuan, ah siapa namanya gue lupa,"
Gumam Aurel menatap keluar melihat Mawar yang baru datang akan mengajar anak-anak ngaji.
Ya, jadwal anak-anak mengaji habis ashar dan Mawar akan datang setelah ashar karena Mawar juga harus kuliah.
"Pakaian sangat aneh, sungguh gue heran kenapa mereka betah berpakaian seperti itu. Melihatnya saja membuat gue gerah!"
Monolog Aurel lagi, walau terus mengomel dan menggerutu Aurel tetap memerhatikan setiap aktivitas anak-anak di mushola. Aurel tak perlu pergi ke mushola karena dari rumah pun sudah kelihatan.
Entah kenapa anak-anak tak pernah mengajak atau menegur Aurel karena tak pernah sholat atau mengaji. Karena sejak awal Malik sudah menasehati anak-anak jika memang Aurel berbeda dengan mereka.
Malik hanya bilang doakan saja supaya Aurel dapat hidayah. Itulah pesan Malik pada anak-anak karena Malik tak mau menyinggung Aurel yang berbeda.
"Apa yang mereka baca kenapa aneh sekali. Apa mereka sedang belajar bahas arab?"
Gumam Aurel sedikit menajamkan pendengarannya mendengar lantunan anak-anak mengaji.
Aurel tak tahu itu yang di sebut bacaan Alquran. Namun Aurel menyangka jika anak-anak belajar nyanyian arab. Karena di kampus dulu ada salah satu temannya yang jago bahasa arab dan bacaan yang anak-anak baca hampir sama.
Sungguh Aurel benar-benar tak tahu apapun tenang agama. Semuanya sangat no, tak ada nilai istimewa di diri Aurel.
Di dalam kebingungan seketika bibir Aurel tersenyum melihat Malik baru pulang namun senyuman Aurel luntur tatkala melihat seorang pemuda yang keluar juga dari mobil.
Entah siapa namanya Aurel juga lupa, namun Aurel tak suka apalagi pertemuan mereka juga membuat Aurel tak nyaman.
Aurel terus memerhatikan ternyata Malik dan laki-laki itu pergi ke mushola. Seperti nya anak-anak terlihat senang oleh kedatangan dua pemuda itu.
Mawar mengajar ngaji tak lama hanya satu jam saja dari mulai jam empat selesai jam lima tepat Malik dan Raja pulang.
Anak-anak langsung mencium tangan Malik dan Raja.
"Terimakasih mba Mawar suda mengajarkan anak-anak mengaji?"
Ucap tulus Malik membuat Mawar tersenyum lembut sambil menundukkan pandangannya.
"Sama-sama mas, maaf saya harus pulang langsung."
"Pulang sama siapa dek, biar mas anterin?"
Tawar Raja berharap Mawar setuju dia mengantarkannya.
"Tidak usah mas Raja, saya bisa pulang sendiri."
"Tak apa, sebentar lagi adik saya akan menjemput kok."
"Oh, gitu ya. Ya sudah hati-hati dek?"
"Itu adik saya, kalau begitu saya permisi mas Malik, mas Raja Assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
Jawab Mik dan Raja menatap kepergian Mawar.
"Dia memang calon bidadari surga!"
Cetus Raja terus memandang kepergian Mawar dengan binar kekaguman yang nyata. Malik hanya menggelengkan kepala saja melihat sahabatnya yang selalu mengagumi Mawar guru ngaji anak-anak.
Malik meninggalkan Raja begitu saja karena teringat sesuatu.
Deg ...
Malik terkejut mendapati tatapan tajam dari Aurel yang sendari tadi memang memerhatikan interaksi mereka.
"Assalamualaikum?"
"Lo baru pulang, kenapa lama banget?"
"Jawab salam dulu, baru bertanya."
"Gak hapal!"
Ketus Aurel membuat Malik menghela nafas berat. Sungguh Malik benar-benar tak habis pikir bagaimana bisa Aurel tak tahu mengucap salam saja.
"Waalaikumsalam, itu jawabannya. Ayo ucapkan?"
"Apa tadi?"
"Waalaikumsalam!"
"Waala ,, kumsalam."
Malik tersenyum seperti mengajari anak kecil saja. Tak apa salah sedikit-sedikit Malik akan mengajarkan Aurel tentang kebaikan.
"Nah, gitu dong."
"Ok, Lo baru pulang, kenapa lama banget?"
"Maaf, pekerjaan sedikit padat. Apalagi memang aku biasa pulang jam segini."
"What!!"
Aurel melotot tak percaya bagaimana bisa Malik pulang jam segini lantas bagaimana jadwal Malik membantu penyembuhan kakinya.
"Jika lo pulang jam segini, lalu gimana kaki gue?"
Geram Aurel sedikit berbisik karena ada anak-anak yang lewat.
"Mungkin jadwalnya malam."
"Lo gila!"
Pekik Aurel lagi-lagi tertahan karena ada anak-anak yang lewat lagi.
Aurel dan Malik memang sedang mengobrol di ruang tamu agar tidak terjadi fitnah.
Malik mengulum senyum sangat gemas melihat ekspresi Aurel sangat lucu. Malik senang jika Aurel sedikit menghargai permintaannya, buktinya Aurel sedikit merendahkan ucapannya ketika ada anak-anak.
"Kamu harus mengerti, ya. Aku juga harus kerja!"
"Tapi, kapan kaki gue akan sembuhnya dodol!"
Bentak Aurel kesal tak lagi menahan intonasi suaranya karena tak ada anak-anak karena yang lain ada di luar bersama Raja.
"Yang penting kan aku gak ninggalin tanggung jawab ku."
"Tapi kalau begitu caranya kaki gue lama sembuhnya."
"Jangan terlalu terburu-buru, sikap terburu-buru itu tak baik."
"Jangan ceramah!"
"Yang penting kaki kamu sembuh."
"Tapi gue tak mau lama-lama di tempat aneh ini!"
Malik terkesiap mendengarnya. Menatap tajam Aurel tak suka jika rumah Adam Hawa di sebut tempat aneh. Bagi Malik ini kehidupan dia, dan di sini Malik menemukan arti hidup.
"Hey, lo kenapa menatap gue begitu?"
"Aku mau siap-siap sebentar lagi adzan magrib!"
Malik pergi begitu saja karena kesal dengan ucapan Aurel. Sungguh Malik tak terima jika tempat ini di sebut aneh juga.
"Kenapa dengan dia? apa gue salah bicara? kenapa terlihat marah!"
Bingung Aurel melihat sikap Malik yang tiba-tiba berubah.
Tapi Aurel masa bodo bagi Aurel ia tak salah apapun bahkan tak menyinggung apapun.
"Apa gue harus terus menunggu!"
Kesal Aurel sungguh tak biasa ia seperti ini. Dari pagi menunggu kedatangan Malik dan sekarang harus menunggu lagi.
Bersambung ....
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments