Wajah cantik dan badan bagus memakai baju bagaimana pun terlihat cantik. Namun tidak dengan Aurel yang kesal karena harus memakai baju Malik yang kedodoran belum lagi celananya membuat Aurel seperti orang-orang sawah.
Penampilan Aurel menjadi pusat perhatian anak-anak mereka tersenyum lucu melihat tubuh mungil Aurel tenggelam di makan baju Malik.
Aurel menekuk wajahnya kesal karena harus menjadi bahan tertawaan anak-anak. Aurel menatap tajam Malik yang sama menertawakan.
"Kakak tetap cantik kok,"
Celetuk Siva tersenyum lembut menatap penuh kagum melihat wajah mulus Aurel tanpa noda.
"Ya, kakak tetap cantik walau pakai baju besar!"
Timpal Aurora gemas membuat Aurel melihat dua gadis yang menemaninya karena yang lain ikut pertandingan basket bersama Malik.
Aurel merasa risih di dekati tapi ia berusaha baik karena tak ingin membuat mereka ketakutan. Ini hanya sementara toh jika kaki Aurel sudah sembuh Aurel tak akan bisa merasakan kejengkelan ini lagi.
Harusnya sekarang Aurel bersenang-senang dengan para sahabatnya, gym dan juga nonton. Tapi Aurel seperti nya harus sabar dulu sampai kakinya sembuh.
Tawa anak-anak menggema membuat Aurel merasa ada rasa asing yang menghampiri dirinya namun Aurel menepisnya.
Fokus Aurel pada Malik yang entah kenapa terlihat tampan dengan senyum menawannya.
Apa Aurel benar-benar akan betah tinggal di sini. Di tempat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Berbaur dengan anak-anak yang tak pernah tahu siapa orang tuanya. Sedang Aurel punya tapi ia merasa tak punya.
Di sini Malik bak ibu dan ayah bagi anak-anak, tawa mereka begitu lepas tanpa beban. Apa se-menyenangkan itu bermain dengan seorang ayah.
Aurel mengepalkan tangannya kuat rasa itu tak pernah ia rasakan.
Aurel pergi begitu saja ingin menyendiri entah kenapa mendengar tawa anak-anak membuat Aurel sakit. Kapan terakhir masa anak-anak Aurel tertawa lepas seperti itu. Hanya ada kesakitan, kehampaan yang Aurel rasakan.
Siva dan Aurora tak sadar akan kepergian Aurel karena mereka sibuk melihat pertandingan.
Aurel menekan tombol kursi rodanya menuju ke arah taman. Di sana sangat sepi mungkin ia bisa memenangkan pikirannya.
Apa se-menyedihkan itu kehidupan Aurel. Tak ada yang tahu rasa hampa nya dan rasa sakitnya.
Aurel menatap bunga yang terlihat mekar kenapa ia masih hidup jika hanya ada rasa sakit.
Punya ayah namun seakan tak punya. Mengemis pengakuan selama belasan tahun namun sampai saat ini tak pernah ia dapatkan.
Ayah?
Jangan memanggilku ayah, aku bukan ayah mu.
Pergi sana!
Aurel meremas lututnya kuat dengan dada sesak. Sungguh bayangan itu sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan lagi ketika sang ayah malah pergi dengan anak lain.
"Kamu di sini!"
Deg ...
Aurel terkejut buru-buru menghapus air matanya. Tak ada yang boleh melihat kesedihannya tak boleh.
Malik berdiri di samping Aurel walau ada jarak di antara mereka.
"Aku akan pergi membeli baju untuk mu. Maaf aku lupa kemaren tak membelinya."
"Gue ikut?"
"Tidak!"
"Tapi lo tak tahu ukuran baju gue, dan gue juga tak mau lo membelikan gue baju mak-mak seperti mereka!"
Malik memutar bola matanya jengah Aurel selalu mengatakan hal yang menyinggung tentang apapun. Kini baju yang anak-anak pakai malah di sebut mak-mak. Padahal anak-anak memakai baju gamis dan Tunik sangat sopan. Tapi mulut Aurel sangat pedas dan tak bisa di rem.
"Itu namanya gamis dan Tunik, kamu pasti akan cocok memakai pakaian itu."
"Tidak! Awas saja lo jika membeli baju aneh begitu."
"Terserah aku!"
"Hey, pokok nya gue gak mau!"
Teriak Aurel namun Malik masa bodo ia tetap menjauh dari Aurel.
Aurel mendengus kesal karena Malik tak mengiyakan ucapannya. Awas saja jika Malik membeli baju aneh itu Aurel tak mau memakai nya.
"Kak Aurel!"
Teriak bocah SMP yang memakai kerudung kebesaran melihatnya aja membuat mata Aurel sakit. Apa tidak gerah, sungguh pakaian aneh, batin Aurel kesal.
"Kenalin aku Ara, ini Sindi dan ini Azizah kami di suruh kak Malik temani kakak!"
Oh no, gue pergi ke sini karena pusing lihat pakaian kalian. Dasar Malik sialan!!
Geram Aurel tertahan sungguh melihat anak-anak memakai kerudung kebesaran begitu membuat tubuh Aurel gerah sendiri.
Tapi Aurel hanya bisa diam dengan wajah di tekuk sungguh hidupnya kenapa sengsara begini harus tinggal dengan orang-orang yang berpakaian aneh.
"Kaki kakak pasti sakit ya?"
Udah tahu pake nanya nih bocah!
"Hm."
"Kak Malik bilang kakak begini karena ketabrak kak Malik,"
Gue yang nabrak-in sendiri, jangan sok tahu bocah.
"Benarkah?"
"Ya, kak Malik ngejelasin ke kami semua. Jadi kakak tenang saja kami akan menjaga kakak selama kakak di sini."
Siapa yang butuh kalian, sana pergi!
"Terimakasih, kalian baik banget!"
"Kami di sini di ajarkan saling tolong menolong, saling melindungi dan menyayangi. Andai masih apa bapak dan bunda pasti mereka senang kedatangan keluarga baru."
Aurel menautkan kedua alisnya bingung siapa yang anak-anak maksud. Tapi Aurel masa bodo tak peduli siapapun yang anak-anak bahas. Bahkan Aurel berkali-kali mengorek telinganya karena berisik akan ocehan tiga gadis ini. Yang nampak antusias menceritakan bapak dan bunda entah siapa mereka.
Stop bocah, telinga gue sakit dengar ocehan kalian.
Sial ini bocah, tak cape apa nyerocos terus sampai berbusa gitu.
Gue gak budeg kali!
Aurel terus saja ngedumel dengan kekesalan yang memuncak.
Sungguh telinga Aurel sangat sakit dan rasanya kepala Aurel mau pecah.
"Semoga kakak betah ya?"
"Ah, i-iya!"
Aurel gelagapan ketika ketiga bocah yang menemaninya menatap ke arahnya.
Allahuakbar Allahuakbar ...
"Alhamdulillah!"
Ucap serempak ketiga gadis itu tatkala mendengar adzan dzuhur.
Mereka tak menyangka jika waktu begitu cepat berputar sampai tak terasa sudah dzuhur lagi.
"Kakak kami pergi mau sholat dulu ya!"
"Hm, ya!"
Pergi dari tadi kek,
"Oh tuhan nyanyian ini lagi!"
Geram Aurel menutup telinganya rasanya berisik sekali.
Sungguh Aurel tak habis pikir kenapa suara ini sangatlah berisik dan juga sering terdengar.
Seperti nya Aurel harus meminta Malik membelikannya earphone. Supaya ketika mendengar nyanyian aneh ini Aurel tinggal menyetel musik. Bagi Aurel suara adzan membuat telinganya sakit.
Sungguh masih ada manusia yang benar-benar gelap dalam agama. Entah bagaimana kehidupan Aurel sampai tak tabu begini.
Di KTP cuma tercantum Islam namun Aurel tak mengerti dengan Islam itu sendiri karena belum ada yang mengajarkan dan mengenalkan.
Aurel seperti nya ia lebih baik istirahat saja dari pada kepalanya jadi pusing.
Aurel berhenti sejenak menatap ke arah mushola.
"Olahraga itu lagi, sungguh gerakannya sangat aneh. Mereka semua rajin sekali olahraga begitu. Apa olahraga itu menyehatkan tubuh!"
Gumam Aurel tak mengerti dengan gerakan-gerakan anak-anak.
"Seperti nya gue harus tanya Malik,"
Monolog Aurel menekan kursi rodanya kembali.
Jika memang itu olahraga menyehatkan Aurel akan meminta Malik mengajarkannya supaya tubuh dia juga sehat seperti anak-anak.
"Gue jadi kangen Gym, oh kaki kapan lo sembuh!"
Kesal Aurel menatap kaki kirinya yang terasa sakit.
Aurel berusaha merangkak keatas ranjang walau harus menahan kakinya yang sakit. Lebih baik Aurel tidur siang dari pada mikirin yang aneh-aneh.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
Jangan lupa sama kisah, Aurora dan Kaka ya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
Awas, nanti suka. 🤭
2024-01-25
2