Sitt ...
Umpatan sakit keluar dari bibir mungil seorang gadis yang baru sadar dari tidur panjangnya.
Sudah satu hari ia koma dan baru hari ini bisa sadarkan diri.
Perlahan mata hazel dengan bulu mata lentik itu mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru.
"Rumah sakit,"
Gumam pelan gadis yang masih lemah menyadari jika dirinya berada di rumah sakit.
"Kamu sudah sadar?"
Deg ...
Gadis tersebut terkejut mendapati seorang laki-laki masuk keruangannya dengan gaya cool.
"Siapa kau?"
Tanya gadis itu sengit menatap tajam Malik yang baru masuk setelah tadi pergi makan siang. Tapi siapa sangka ketika ia balik ternyata gadis yang ia tabrak sudah bangun.
"Saya Malik, maaf saya sudah membuat kamu berada di sini?"
Sesal Malik mendekat membuat gadis itu menunduk sambil memejamkan kedua matanya.
"Sial, kenapa aku tak mati sih."
"Kamu bicara sesuatu?"
"Tidak! Pergi sana!"
Malik membulatkan kedua matanya tak percaya melihat gadis di depannya mengusir dia.
Biasanya orang akan marah-marah dan meminta pertanggung jawaban dia tapi gadis ini, sangat ajaib.
"Kenapa masih di sini, pergi sana gue tak butuh loe. Oh, sitt!"
Ringis gadis itu sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Kamu tak apa, tunggu aku akan panggil dokter."
Malik langsung berlari keluar memanggil dokter karena terkejut gadis yang ia tabrak meringis kesakitan.
Tak lama dokter masuk di ikuti Malik dari belakang.
"Nona tolong berbaring, saya akan memeriksa keadaan anda."
Sang dokter langsung memeriksa keadaan pasien dengan teliti dan hati-hati.
"Nona apa anda mengingat siapa anda?"
Tanya dokter memastikan jika luka di kepalanya tak mengalami masalah serius.
"Ya,"
"Syukurlah!"
"Dok?"
"Ya nona, apa ada yang anda rasakan?"
"Kenapa anda membiarkan saya hidup, kenapa tak biarkan saya mati saja!"
Deg ...
Sang dokter terkejut mendengar pasien yang ia tolong bukan hanya dokter, Malik yang sendari tadi berdiri tak jauh membulatkan matanya menatap tak percaya pada gadis yang ia tolong.
"Nona jangan banyak pikiran, anda harus banyak istirahat. Kalau begitu saya permisi dulu!"
Ucap dokter langsung keluar karena masih terkejut dengan ucapan pasien nya. Bagaimana mungkin ada pasien yang ingin mati di mana dia sudah susah payah menyelamatkannya.
Sungguh gila benar-benar gila siapa gadis itu.
Malik menatap tajam dengan ekspresi datarnya.
"Ini dompet kamu, tapi maaf ponsel kamu saya kirim tukang servis karena ponsel kamu mati."
"Siapa loe, kenapa masih ada di sini sih?"
"Apa kamu hapal nomor kedua orang tua kamu. Mereka harus tahu kamu di sini?"
"Semuanya mati!"
"Hah, maksud nya?"
"Loe budeg ya. Kedua orang tua gue sudah mati!"
Malik mengelus dadanya sabar menghadapi gadis di depannya. Sungguh rasanya jantung Malik hampir copot mendengar nada jengkel dan ketus gadis ini.
"Siapa nama mu?"
"Loe!"
"Maaf, saat ini saya yang bertanggung jawab atas kamu karena saya yang membuat kamu seperti ini. Jadi tolong bekerja sama lah, siapa nama kamu agar saya bisa memanggil nama mu dengan baik,"
"Aurel!"
Ketus Aurel mengepalkan kedua tangannya kuat.
Ia benci masih hidup kenapa tak mati saja saat ia sengaja membawa motor kencang. Sungguh Aurel tak menginginkan keadaan ini di mana ia harus mengingat rasa sakit itu.
Andai saja ia mati mungkin Aurel tak akan mengingat kesakitan itu lagi tapi kenapa Tuhan begitu jahat selalu mengujinya.
"Baiklah Aurel, jika kamu sudah tak punya orang tua apa kamu masih punya saudara?"
Tanya Malik hati-hati takut membuat Aurel tersinggung lagi.
"Tidak,"
"Tempat tinggal?"
"Tidak!"
"Teman?"
"Berisik loe dari tadi tanya-tanya mulu. Cepat keluar gue mau tidur!"
Malik memejamkan matanya menahan kekesalan menghadapi gadis di depannya. Jika bukan karena perempuan sudah Malik bogem mulut tak berakhlak itu.
Namun, mau tak mau Malik keluar karena tak mau membuat Aurel nampak kesal. Seperti nya Malik harus mencari tahu siapa gadis itu.
Jika memang Aurel sudah tak punya orang tua, sanak saudara dan tempat tinggal lantas di mana Aurel berada apa anak panti asuhan atau anak jalanan. Tapi jika anak jalanan tak mungkin secara penampilan Aurel tidak seperti anak jalanan saat Malik membawa Aurel ke rumah sakit.
Pikiran Malik tertuju panti asuhan jika benar panti asuhan mana yang menjadi tempat tinggal Aurel.
Malik mengusap wajahnya kasar kenapa ia harus berurusan dengan gadis songong itu. Tapi Malik harus bertanggung jawab karena ia juga yang membuat Aurel seperti itu.
"Akhhhh!!!"
Deg ...
Malik terkejut mendengar teriakan Aurel dengan cepat Malik menerobos masuk.
Mata Malik membulat sempurna melihat Aurel tersungkur di atas lantai sana.
"Kamu baik-baik saja?"
"Kaki gue, kaki gue, tidak!!!"
Dengan cepat Malik mengangkat Aurel membuat Aurel terkejut karena tak sadar jika Malik masuk keruangannya.
"Ada apa dengan kaki gue, kenapa tak bisa berjalan?"
Shok Aurel ketika ia berniat kabur Aurel malah tersungkur karena sebelah kakinya tak bisa di berjalan.
"Kamu tenang dulu, ya."
"Bagaimana gue bisa tenang sedang kaki gue sakit. Sial gue gak bisa kabur!"
Lagi-lagi Malik jantungan mendengar umpatan Aurel sungguh gadis bar-bar, kesal Malik dalam hati.
"Kaki kamu patah, tergeser apalah. Jadi kaki kamu belum bisa banyak bergerak, ini hanya bersifat sementara jika kamu mau terapi kaki kamu akan sembuh kembali!"
"Oh sial .. Sial ... Kenapa hidup gue harus hancur begini. Tuhan kenapa kau tak matikan gue saja kenapa. Kau sangat jahat, jahat hiks .."
Isak Aurel benar-benar mengutuk takdirnya kenapa hidupnya sangat menyedihkan.
Malik hanya bisa diam mematung melihat Aurel yang menangis dengan sumpah serapahnya.
Bisa Malik lihat banyak kesakitan dan kekecewaan yang Aurel rasakan.
Entah kehidupan apa yang Aurel alami hingga membuat gadis cantik itu mengutuk takdirnya sendiri.
Namun, Malik tak suka jika ada yang menyalahkan Tuhan dalam setiap kehidupan yang di jalani.
Malik terus saja menatap Aurel dengan tatapan tajamnya membiarkan Aurel meluapkan isi hatinya walau Malik tak tahu apa yang terjadi.
"Aurel!"
Pekik Malik terkejut ketika Aurel pingsan bahkan luka di kepalanya kembali berdarah.
Malik segera memanggil dokter agar memeriksa keadaan Aurel.
Tak lama dokter masuk kembali lalu memeriksa keadaan Aurel.
"Seperti nya pasien tertekan oleh keadaan. Mendengar dari cerita tuan, seperti nya pasien ingin mengakhiri hidupnya. Entah apa yang terjadi, tolong tuan bisa menjaga pasien dengan baik. Jangan sampai Pasien melukai dirinya sendiri!"
"Baik dok, terimakasih!"
Malik menghela nafas berat apa yang harus ia lakukan.
Malik tak kenal dengan Aurel tapi entah kenapa ada rasa kasihan melihatnya apalagi Aurel tak punya sanak saudara.
Jika begitu siapa yang akan merawat Aurel sampai sembuh.
Sebagai laki-laki tanggung jawab seperti nya Malik harus merawat Aurel sampai sembuh walau bagaimanapun Aurel begini karena kelalaiannya.
Setidaknya sampai Aurel bisa berjalan lagi baru Malik akan melepaskan tanggung jawabnya.
Ya, sekarang mungkin keputusan itu yang terbaik apalagi Malik belum tahu bagaimana kehidupan Aurel.
Di lihat dari wajah ya seperti nya Aurel masih berusia belasan tahu entahlah, melihat sikapnya yang masih labil.
Atau mungkin kehidupan Aurel sangat berat hingga membuat Aurel bersikap seperti itu.
Malik membenarkan letak selimut Aurel dan tangannya agar nyaman.
"Apapun yang terjadi di kehidupan mu, tak seharusnya kau mengutuk Tuhan.'
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Dwi Sulistyaningsih
Lah.
2024-01-24
2