Kondisi Aurel mulai membaik walau sebelah kaki Aurel belum bisa berjalan hingga Aurel harus menggunakan kursi roda kemanapun ia pergi.
Dan hari ini juga Aurel sudah boleh pulang. Karena bingung kemana Aurora harus pergi Malik memutuskan akan membawa Aurel ke rumah Adam Hawa.
Semenjak ponsel Aurel sudah kembali bagus namun sampai detik ini tak ada satupun orang yang Aurel hubungi membuat Malik percaya mungkin Aurel benar-benar tak punya sanak saudara.
Itulah kenapa Malik memutuskan akan membawa Aurel ke rumah Adam Hawa.
"Hey, kemana lo akan membawa gue. Gue bisa pergi sendiri!"
"Dengan keadaan kamu yang begini!"
Sial!
Umpat Aurel dalam hati, sungguh Aurel tak mau ikut dengan Malik namun Aurel juga tak mau pulang kerumah yang seperti kuburan neraka.
Sialnya kaki Aurel masih pincang dan Aurel tak mungkin tinggal juga di rumah sahabat-sahabat nya apalagi Aurel tahu sahabat-sahabat juga punya masalah masing-masing.
Dengan terpaksa Aurel ikut saja kemana Malik membawanya. Toh selama ini Malik sangat baik merawatnya walau terkadang nyebelin karena Aurel selalu saja kalah berargumen.
Melihat Aurel yang diam Malik hanya bisa tersenyum tipis. Malik membantu Aurel masuk ke dalam mobil.
Siapa Laki-laki ini sebenarnya, kenapa mau merawat aku sampai sekarang. Mobil ini, apa dia orang kaya.
Batin Aurel sangat penasaran siapa Malik sebenarnya namun ego yang membuat Aurel enggan bertanya.
Ya sudahlah, seperti nya lebih baik gue ikut dengannya.
Aurel menatap keluar jendela menikmati pemandangan yang hampir satu bulan tak ia lihat.
Aurel tahu sahabat-sahabat nya sedang mencari dia tapi Aurel tak mau menggangu mereka. Setidaknya sampai Aurel sedikit bisa jalan walau harus pakai tongkat agar tidak terlalu menyusahkan sahabat nanti baru Aurel akan memberitahu di mana ia berada.
Aurel menautkan kedua alisnya melihat bangunan di depannya. Rumah namun halaman rumahnya seperti TK saja.
Aurel menatap tajam Malik, masa ia Aurel harus di bawa ke TK.
"Kak Malik!!"
Teriak anak-anak menyambut kepulangan Malik.
"Oh, jadi dia namanya Malik,"
Gumam Aurel menatap keluar mobil di mana memang Malik sudah keluar terlebih dahulu.
"Siapa anak-anak itu, apa anaknya dia!"
Monolog Aurel memicing masa ia Malik punya anak banyak begitu.
Aurel masih memerhatikan di dalam mobil. Aurel tak bisa langsung keluar karena memang kakinya sangat sakit.
Entah apa yang di bicarakan Malik bersama anak-anak dari ekspresi anak-anak sangat bahagia.
Tak lama Malik kembali ke arah mobil mengambil kursi roda di belakang.
Malik membuka pintu mobil bagian Aurel membuat anak-anak mengintip penasaran siapa yang di bawa Malik.
Malik menggendong Aurel lalu mendudukkannya di kursi roda.
"Perkenalkan anak-anak kita kedatangan keluarga baru, namanya kak Aurel?"
"Selamat datang di rumah Adam Hawa kak Aurel!"
Kompak anak-anak menyambut Aurel membuat Aurel nampak termenung.
Keluarga!
Satu kata membuat hati Aurel berdesir masih menatap datar anak-anak yang nampak tersenyum.
"Wow, kak Aurel sangat cantik kaya bidadari,"
"Iya betul, Marsel. Kak Aurel sangat cantik."
"Sudah anak-anak Salim dulu pada kak Aurel?"
Lagi-lagi Malik memperingati membuat anak-anak langsung berjajar ngantri menyalami Aurel membuat tubuh Aurel menegang.
Baru kali ini Aurel di perlakukan begini bahkan Aurel tak bisa berkata apa-apa ketika anak-anak mencium punggung tangannya.
"Kak Aurel calon istri kak Malik ya?"
Bisik Aurora si paling kecil di antara yang lain. Bisikan gadis imut itu membuat pupil Aurel melebar.
Melihat ekspresi Aurel membuat Aurora terkikik gemas.
Apalagi ekspresi Aurel seperti orang bodoh di antara mereka.
"Sudah, sekarang kalian lanjutkan belajarnya. Ingat sebentar lagi kak Mawar akan mengajar?"
"Siap kak Malik, dadah kakak cantik,"
Ucap Anak-anak kompak seolah mereka sudah biasa.
Malik tersenyum melihat anak-anak ceria dan se-semangat itu. Kebahagiaan anak-anak salah satu kenikmatan yang tak bisa Malik jabarkan.
"Ini rumah ku, rumah mereka juga dan akan menjadi rumah mu juga. Selamat datang di rumah Adam Hawa."
Ucap Malik mendorong kursi roda Aurel masuk kedalam rumah.
Aurel terdiam melihat bangunan yang cukup rapih dan nyaman. Ini panti asuhan namun tidak seperti panti asuhan pada umumnya.
"Kamu akan tinggal di sini sementara waktu sampai kaki kamu sembuh. Sesudah itu tanggung jawabku selesai."
"Semoga kamu nyaman di sini, jika ada yang ingin kamu tanyakan silahkan, tanyakanlah?"
Ucap Malik namun orang yang sendari tadi di ajak bicara malah diam seribu bahasa.
Aurel sibuk dengan lamunannya sendiri. Sungguh apa Aurel akan betah tinggal di sini. Namun yang membuat Aurel diam kata rumah dan keluarga masih terngiang di telinga Aurel.
Dua kata yang di rindukan Aurel sejak dulu. Dua kata yang ingin Aurel gapai kehangatan di dalamnya.
Namun, dua kata itu hanya neraka bagi Aurel hingga Aurel harus pergi.
Akankah Aurel menemukan makna dua kata itu atau tidak sama sekali.
"Hey, aku sedang mengajak mu bicara!"
Teriak Malik membuat Aurel terkejut. Aurel langsung melotot tajam tak suka dengan apa yang Malik katakan.
"Apa sih lo, teriak-teriak."
Kesal Aurel memutar bola matanya malas.
"Ingat Aurel peraturan yang aku katakan. Di sini kamu jangan menggunakan kosa kata Lo and Gue aku tak mau anak-anak mengikuti mu!"
Tegas Malik menatap tajam Aurel karena tak suka. Malik takut ada anak-anak yang mendengar.
"Suka-suka gue, mulut-mulut gue apa masalah loe!"
Ketus Aurel membuat Malik menghela nafas kasar. Sungguh Malik harus banyak bersabar menghadapi sikap bar-bar Aurel.
Andai saja tak ada insiden tabrakan mungkin Malik tak akan merasa bertanggung jawab. Ogah banget harus merawat orang yang tak mau kerja sama.
Harusnya Malik sadar sendari awal sikap Aurel memang seperti itu. Seperti nya Malik harus sedikit-sedikit memperingati Aurel supaya Aurel mengerti.
Allahuakbar Allahuakbar ....
"Alhamdulillah!"
Ucap Malik mendengar adzan ashar sudah berkumandang. Suara Bima memang sangat merdu membuat Malik menyukainya.
"Hey, suara nyanyian apa ini? kenapa jelek sekali?"
"Astaghfirullah!"
"Lo kenapa?"
Malik hanya bisa mengelus dada sambil terus beristigfar menatap Aurel tak percaya. Sungguh Malik tak tahu lagi harus bilang apa. Apa Aurel tak tahu kalau ini suara adzan.
"Aurel, apa agama mu?"
"Ngapain lo nanya agama-agama gue!"
"Aku cuma ingin tahu,"
Malik berusaha sesabar mungkin kata pak Adam orang sabar di sayang tuhan. Itulah yang sering pak Adam ajarkan pada Malik dan anak-anak lain.
"Islam!"
"Hah!"
Kini Malik bukan lagi terkejut namun mulut Malik menganga dengan mata melotot tak percaya. Rasanya jantung Malik ingin copot dari tempatnya.
Sungguh ya rabb berikan hidayah dan taufik padanya.
"Tunggu di sini, aku akan Sholat ashar dulu!"
"Hey, lo mau kemana?"
"Sholat!"
"Sholat?"
Beo Aurel mengerutkan kening bingung apa yang di maksud Malik.
"Apa semacam makanan, minuman, atau apa. Dasar manusia menjengkelkan kenapa gue harus di tinggal sendiri."
Kesal Aurel menatap kiri kanan rumah ini begitu luas tapi sangat hening membuat Aurel membenci keheningan.
"Kapan kaki gue bisa jalan, gue kangen club yang ramai tak hening kaya kuburan!"
Aurel benar-benar kesal karena Malik meninggalkannya. Apalagi ini sangat lama dan Aurel tak tahu harus apa.
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....
Semoga kalian suka ya, sama ceritanya ...
Jangan lupa juga baca novel Author lainnya ..
Takdir illahi
2.Takdir illahi 2
Hati istri yang di madu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
marrydiana
🌹untuk author😄
2024-02-04
1
Jumi Saddah
mari kita amiiiiin 🤲🤲🤲🤲🤲🤲🤲 kan,,,aurel di buka kan hati nya,,
2024-01-12
4