Mawar sudah pulang karena sudah ada yang menjemput. Sinta sudah kembali ke kamarnya.
Kini tinggal Malik dan Raja yang berada di ruang tamu.
"Dengarlah bahasa gadis itu, aku takut dia mempengaruhi anak-anak nantinya. Lebih baik kau usir saja dia Ibra!"
Kesal Raja sungguh tak habis pikir dengan sahabatnya entah di mana Malik bertemu dengan Aurel.
"Ja, kita tak bisa menghakimi orang seperti itu karena penampilan dan cara bahasa. Ingat! Aku bertanggung jawab atas keadaan nya!"
"Hey, banyak cara yang harus kamu lakukan. Tanpa harus tinggal di sini."
"Masalahnya dia tak punya keluarga, sudah jangan di debat lagi."
"CK .. CK .. Kau bisa menyewa kontrakan lalu bayar orang untuk merawatnya, selesai"
"Ja, aku yang membuat gadis itu berada di kursi roda jadi aku yang harus bertanggung jawab bukan orang lain."
"Terserah, tapi aku tak suka padanya!"
Raja berlalu begitu saja pergi karena ini sudah malam.
Raja memang jarang menginap tapi ia akan menginap kalau memang mau.
Hanya Malik saja yang memang tinggal di sana karena rasa tanggung jawab dan amanah dari pak Adam padanya.
Walau ada beberapa pengurus anak-anak dan juga juru masak tapi Malik tetap mau turun tangan langsung merawat anak-anak.
Malik tak menghiraukan kekesalan Raja walau Malik juga kesal. Untung saja Aurora belum mengerti dan Sinta masih bisa di nasehati hingga tak terlalu buruk.
Namun, Malik tetap malu pada Mawar di mana notabene nya guru ngaji anak-anak.
Mawar memang mengabdikan dirinya sendiri mengajar sekitar satu tahun lalu. Dulu pak Adam dan bunda Hawa yang mengajari anak-anak langsung tapi semenjak mereka berdua meninggal dalam sebuah kecelakaan Malik mencari guru ngaji untuk anak-anak karena Malik merasa ia tak bisa begitupun dengan Raja.
Malik dan Raja hanya mencukupi kebutuhan jasmani saja sedang Mawar rohaninya.
Malik masih diam di ruang tamu dengan pikirannya sendiri. Anak-anak seperti nya sudah tidur terbukti dengan suasana rumah yang mulai hening.
"Siapa kamu sebenarnya Aurel?"
Gumam Malik merasa curiga dengan jati diri Aurel. Malik sempat memerhatikan cara makan Aurel yang berkelas. Tak mungkin bukan anak panti asuhan makan dengan ala-ala orang kaya. Kecuali Aurel pernah sekolah perhotelan.
Malik tak ingin memikirkan itu dulu, kini yang Malik pikirkan tentang Aurora yang ada di kamar Aurel.
"Kakak belum tidur?"
Ucap Sinta yang baru selesai di kamar Aurel membatu Aurel naik keatas ranjang dan memastikan Aurora tak akan merepotkan Aurel nantinya.
"Belum, kamu sendiri?"
"Sinta baru selesai mengecek Aurora kak. Sinta takut Aurora menyusahkan kak Aurel!"
"Apa Aurora sudah tidur?"
"Sudah, tapi Sinta merasa tak enak seperti nya kak Aurel tak suka Aurora,"
Malik terdiam itulah yang ia takutkan karena Aurel tak suka orang baru. Bahkan saat-saat pertama mengenal Aurel hanya sikap ketus dan pengusiran yang Malik dapatkan. Jika saja bukan karena merasa kasihan dan rasa tanggung jawab Malik tak mau repot-repot membantu Aurel.
"Semoga saja tidak, bagaimana sekolah kamu?"
"Alhamdulillah baik kak, sebentar lagi ujian semester akhir."
"Yang rajin belajar, sana istirahat."
"Siap kak, kakak juga selamat istirahat!"
Sinta beranjak menuju kamarnya sendiri karena memang Sinta sudah besar jadi ia mempunyai kamar sendiri walau Aurora selalu tidur bareng Sinta.
Malik mulai mematikan lampu-lampu yang tak perlu menyala. Sudah semuanya baru Malik masuk kedalam kamarnya sendir di mana kamar Malik ada di lantai atas tak jauh dari kamar anak laki-laki.
Malik membaringkan tubuhnya lelahnya sambil menatap langit-langit kamar. Sesudah baca doa tak lama Malik terlelap.
.
.
Suasana nampak hening namun Aurel sama sekali tak bisa tidur.
Bagaimana bisa tidur jika tubuhnya di peluk erat oleh Aurora. Sumpah demi apapun Aurel tak suka anak-anak bagi Aurel anak-anak sangatlah menyusahkan.
Ingin sekali Aurel mendorong Aurora tapi melihat wajah damai Aurora membuat Aurel urung.
Aurel hanya bisa menghela nafas berat ia sungguh tak bisa tidur.
"Sial, bocah ini sangat menyusahkan. Apa gue emaknya sampai menyusup di ketek gue!"
Geram Aurel tak nyaman ia sungguh benar-benar sulit tidur jika di posisi begini.
Aurel mengambil ponselnya sambil berpikir apa Aurel harus mengaktifkan kembali atau tidak. Aurel penasaran apa sahabat-sahabat mencari dia atau tidak.
Aurel tak peduli pada orang tuanya karena Aurel yakin mereka tak akan ada yang peduli.
Karena penasaran dan tak bisa tidur juga Aurel kembali menghidupkan ponselnya.
Ah, rasanya Aurel kangen berada di club' malam berjoget ria dan mencari mangsa bukan malah tidur bersama anak kecil.
Deg ...
Aurel membulatkan kedua matanya melihat notifikasi ratusan pesan masuk dan juga notifikasi telepon.
Namun yang membuat Aurel terkejut merasa tak percaya notifikasi telepon dan pesan dari sang mama. Aurel benar-benar tak menyangka jika sang mama akan mencarinya. Aurel pikir sang mama akan sama tak peduli ia di mana dan sama siapa.
Tangan Aurel bergetar penasaran pesan apa yang sang mama kirimkan.
Jangan di tanya dari sahabat Aurel semuanya tentu mencari Aurel bahkan sampai ada yang ke Singapura segala karena teman-teman Aurel tahu jika Aurel sedang ada dalam masalah ia akan kabur ke Singapura negara tempat sang nenek berasal.
Sayang, kamu di mana nak?
Cepat pulang mama rindu.
Tolong jangan buat mama khawatir?
Maafkan mama yang selama ini tak peduli, pulanglah mama janji akan memperbaiki semuanya.
Pulanglah sayang, sungguh mama minta maaf.
Apapun akan mama lakukan asal Aurel pulang ya.
Sayang, jawab pesan mama kamu di mana. Tolong jangan buat mama khawatir dan cemas.
Pulang ya, mama rindu.
Nak, apa kamu kecewa pada mama hingga tak mau pulang. Ini sudah dua Minggu kamu pergi.
Pulanglah, tolong jangan buat mama begini. Kita bicara baik-baik ya, mam akan mendengarkan semuanya.
Mama tahu kamu marah, mama akan terima tapi jangan bersembunyi, pulanglah.
Mama mencintaimu, sungguh mama tak bermaksud menyakiti mu sayang.
Sayang please kenapa kamu tak menjawab telepon mama bahkan pesan mama tak ada yang di balas.
Apa kamu se-kecewa itu sama mama, mama minta maaf.
Pulang ya, mama akan janji tak akan abai lagi. Mama akan selalu ada buat kamu sayang.
Jangan siksa mama seperti ini, mama suka kamu yang marah-marah dan menghancurkan semua barang. Mama tak mau kamu begini. Pulang ya.
Sayang?
maafkan mama?
Aurel meremas ponselnya kuat membaca setiap pesan yang sang mama kirim. Sungguh semuanya sangat terlambat. Aurel benci semuanya kenapa sang mama baru sadar.
Sepuluh tahun bukan waktu sebentar, di abaikan bahkan tak peduli bagaimana ia sekolah dan bergaul.
"Aurel benci mama!"
Geram Aurel percuma tak akan merubah rasa kecewa Aurel selama ini dengan penyesalan sang mama.
Ini sangat menyakitkan dan Aurel tak peduli.
Seperti nya Aurel akan tetap berada di sini mengetahui jika sang mama sedang mencarinya.
Aurel belum bisa bertemu dengan sang mama karena Aurel belum bisa memaafkan apa yang di lakukan sang mama padanya.
Aurel terlanjur kecewa, sakit hati dan benci sang mama tak pernah memikirkan perasaan yang sang mama pikirkan hanya dirinya sendiri.
"Aku benci mama hiks,,"
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments