Bab 7 Perasaan Aurel

Mawar sudah pulang karena sudah ada yang menjemput. Sinta sudah kembali ke kamarnya.

Kini tinggal Malik dan Raja yang berada di ruang tamu.

"Dengarlah bahasa gadis itu, aku takut dia mempengaruhi anak-anak nantinya. Lebih baik kau usir saja dia Ibra!"

Kesal Raja sungguh tak habis pikir dengan sahabatnya entah di mana Malik bertemu dengan Aurel.

"Ja, kita tak bisa menghakimi orang seperti itu karena penampilan dan cara bahasa. Ingat! Aku bertanggung jawab atas keadaan nya!"

"Hey, banyak cara yang harus kamu lakukan. Tanpa harus tinggal di sini."

"Masalahnya dia tak punya keluarga, sudah jangan di debat lagi."

"CK .. CK .. Kau bisa menyewa kontrakan lalu bayar orang untuk merawatnya, selesai"

"Ja, aku yang membuat gadis itu berada di kursi roda jadi aku yang harus bertanggung jawab bukan orang lain."

"Terserah, tapi aku tak suka padanya!"

Raja berlalu begitu saja pergi karena ini sudah malam.

Raja memang jarang menginap tapi ia akan menginap kalau memang mau.

Hanya Malik saja yang memang tinggal di sana karena rasa tanggung jawab dan amanah dari pak Adam padanya.

Walau ada beberapa pengurus anak-anak dan juga juru masak tapi Malik tetap mau turun tangan langsung merawat anak-anak.

Malik tak menghiraukan kekesalan Raja walau Malik juga kesal. Untung saja Aurora belum mengerti dan Sinta masih bisa di nasehati hingga tak terlalu buruk.

Namun, Malik tetap malu pada Mawar di mana notabene nya guru ngaji anak-anak.

Mawar memang mengabdikan dirinya sendiri mengajar sekitar satu tahun lalu. Dulu pak Adam dan bunda Hawa yang mengajari anak-anak langsung tapi semenjak mereka berdua meninggal dalam sebuah kecelakaan Malik mencari guru ngaji untuk anak-anak karena Malik merasa ia tak bisa begitupun dengan Raja.

Malik dan Raja hanya mencukupi kebutuhan jasmani saja sedang Mawar rohaninya.

Malik masih diam di ruang tamu dengan pikirannya sendiri. Anak-anak seperti nya sudah tidur terbukti dengan suasana rumah yang mulai hening.

"Siapa kamu sebenarnya Aurel?"

Gumam Malik merasa curiga dengan jati diri Aurel. Malik sempat memerhatikan cara makan Aurel yang berkelas. Tak mungkin bukan anak panti asuhan makan dengan ala-ala orang kaya. Kecuali Aurel pernah sekolah perhotelan.

Malik tak ingin memikirkan itu dulu, kini yang Malik pikirkan tentang Aurora yang ada di kamar Aurel.

"Kakak belum tidur?"

Ucap Sinta yang baru selesai di kamar Aurel membatu Aurel naik keatas ranjang dan memastikan Aurora tak akan merepotkan Aurel nantinya.

"Belum, kamu sendiri?"

"Sinta baru selesai mengecek Aurora kak. Sinta takut Aurora menyusahkan kak Aurel!"

"Apa Aurora sudah tidur?"

"Sudah, tapi Sinta merasa tak enak seperti nya kak Aurel tak suka Aurora,"

Malik terdiam itulah yang ia takutkan karena Aurel tak suka orang baru. Bahkan saat-saat pertama mengenal Aurel hanya sikap ketus dan pengusiran yang Malik dapatkan. Jika saja bukan karena merasa kasihan dan rasa tanggung jawab Malik tak mau repot-repot membantu Aurel.

"Semoga saja tidak, bagaimana sekolah kamu?"

"Alhamdulillah baik kak, sebentar lagi ujian semester akhir."

"Yang rajin belajar, sana istirahat."

"Siap kak, kakak juga selamat istirahat!"

Sinta beranjak menuju kamarnya sendiri karena memang Sinta sudah besar jadi ia mempunyai kamar sendiri walau Aurora selalu tidur bareng Sinta.

Malik mulai mematikan lampu-lampu yang tak perlu menyala. Sudah semuanya baru Malik masuk kedalam kamarnya sendir di mana kamar Malik ada di lantai atas tak jauh dari kamar anak laki-laki.

Malik membaringkan tubuhnya lelahnya sambil menatap langit-langit kamar. Sesudah baca doa tak lama Malik terlelap.

.

.

Suasana nampak hening namun Aurel sama sekali tak bisa tidur.

Bagaimana bisa tidur jika tubuhnya di peluk erat oleh Aurora. Sumpah demi apapun Aurel tak suka anak-anak bagi Aurel anak-anak sangatlah menyusahkan.

Ingin sekali Aurel mendorong Aurora tapi melihat wajah damai Aurora membuat Aurel urung.

Aurel hanya bisa menghela nafas berat ia sungguh tak bisa tidur.

"Sial, bocah ini sangat menyusahkan. Apa gue emaknya sampai menyusup di ketek gue!"

Geram Aurel tak nyaman ia sungguh benar-benar sulit tidur jika di posisi begini.

Aurel mengambil ponselnya sambil berpikir apa Aurel harus mengaktifkan kembali atau tidak. Aurel penasaran apa sahabat-sahabat mencari dia atau tidak.

Aurel tak peduli pada orang tuanya karena Aurel yakin mereka tak akan ada yang peduli.

Karena penasaran dan tak bisa tidur juga Aurel kembali menghidupkan ponselnya.

Ah, rasanya Aurel kangen berada di club' malam berjoget ria dan mencari mangsa bukan malah tidur bersama anak kecil.

Deg ...

Aurel membulatkan kedua matanya melihat notifikasi ratusan pesan masuk dan juga notifikasi telepon.

Namun yang membuat Aurel terkejut merasa tak percaya notifikasi telepon dan pesan dari sang mama. Aurel benar-benar tak menyangka jika sang mama akan mencarinya. Aurel pikir sang mama akan sama tak peduli ia di mana dan sama siapa.

Tangan Aurel bergetar penasaran pesan apa yang sang mama kirimkan.

Jangan di tanya dari sahabat Aurel semuanya tentu mencari Aurel bahkan sampai ada yang ke Singapura segala karena teman-teman Aurel tahu jika Aurel sedang ada dalam masalah ia akan kabur ke Singapura negara tempat sang nenek berasal.

Sayang, kamu di mana nak?

Cepat pulang mama rindu.

Tolong jangan buat mama khawatir?

Maafkan mama yang selama ini tak peduli, pulanglah mama janji akan memperbaiki semuanya.

Pulanglah sayang, sungguh mama minta maaf.

Apapun akan mama lakukan asal Aurel pulang ya.

Sayang, jawab pesan mama kamu di mana. Tolong jangan buat mama khawatir dan cemas.

Pulang ya, mama rindu.

Nak, apa kamu kecewa pada mama hingga tak mau pulang. Ini sudah dua Minggu kamu pergi.

Pulanglah, tolong jangan buat mama begini. Kita bicara baik-baik ya, mam akan mendengarkan semuanya.

Mama tahu kamu marah, mama akan terima tapi jangan bersembunyi, pulanglah.

Mama mencintaimu, sungguh mama tak bermaksud menyakiti mu sayang.

Sayang please kenapa kamu tak menjawab telepon mama bahkan pesan mama tak ada yang di balas.

Apa kamu se-kecewa itu sama mama, mama minta maaf.

Pulang ya, mama akan janji tak akan abai lagi. Mama akan selalu ada buat kamu sayang.

Jangan siksa mama seperti ini, mama suka kamu yang marah-marah dan menghancurkan semua barang. Mama tak mau kamu begini. Pulang ya.

Sayang?

maafkan mama?

Aurel meremas ponselnya kuat membaca setiap pesan yang sang mama kirim. Sungguh semuanya sangat terlambat. Aurel benci semuanya kenapa sang mama baru sadar.

Sepuluh tahun bukan waktu sebentar, di abaikan bahkan tak peduli bagaimana ia sekolah dan bergaul.

"Aurel benci mama!"

Geram Aurel percuma tak akan merubah rasa kecewa Aurel selama ini dengan penyesalan sang mama.

Ini sangat menyakitkan dan Aurel tak peduli.

Seperti nya Aurel akan tetap berada di sini mengetahui jika sang mama sedang mencarinya.

Aurel belum bisa bertemu dengan sang mama karena Aurel belum bisa memaafkan apa yang di lakukan sang mama padanya.

Aurel terlanjur kecewa, sakit hati dan benci sang mama tak pernah memikirkan perasaan yang sang mama pikirkan hanya dirinya sendiri.

"Aku benci mama hiks,,"

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Tabrakan
2 Bab 2 Aurel
3 Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4 Bab 4 Terus mencari
5 Bab 5 Rumah Adam Hawa
6 Bab 6 Doa pertama
7 Bab 7 Perasaan Aurel
8 Bab 8 Kekesalan Aurel
9 Bab 9 Rasa sakit
10 Bab 10 Tidak adil
11 Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12 Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13 Bab 13 Suara adzan
14 Bab 14 Sikap Aurel
15 Bab 15 Sholat
16 Bab 16 Tiba-tiba berubah
17 Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18 Bab 18 Omong kosong
19 Bab 19 Khawatir
20 Bab 20 Akan tetap percaya
21 Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22 Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23 Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24 Bab 24 Sebuah kejujuran
25 Bab 25 Pergi
26 Bab 26 Isi hati Aurel
27 Bab 27 Saling memaafkan
28 Bab 28 Pertengkaran
29 Bab 29 Aku pulang
30 Bab 30 Pakar permasalahan
31 Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32 Bab 32 Sahabat beda agama
33 Bab 33 Ayah!
34 Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35 Bab 35 Masa lalu Malik
36 Bab 36 Memohon ampun
37 Bab 37 Bertemu seseorang!
38 Bab 38 Orang baik
39 Bab 39 Teman baru
40 Bab 40 Menolong
41 Bab 41 Pemandangan indah
42 Bab 42 Cahaya iman
43 Bab 43 Semangat kerja
44 Bab 44 Indri Nugroho
45 Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46 Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47 Bab 47 Pindah tugas
48 Bab 48 Merajuk
49 Bab 49 Sepenggal kesakitan
50 Bab 50 Memaafkan
51 Bab 51 Selalu saja begitu!
52 Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53 Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54 Bab 54 SARAH
55 Bab 55 Astaghfirullah!
56 Bab 56 Aib yang viral
57 Bab 57 Hasutan
58 Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59 Bab 59 Bukan putri saya
60 Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61 Bab 61 Abang
62 Bab 62 Malik
63 Bab 63 Permintaan Malik
64 Bab 64 Alhamdulillah
65 Bab 65 Mulai ragu
66 Bab 66 Apa om mencintai mama?
67 Bab 67 Ketegangan
68 Bab 68 Saya setuju
69 Bab 69 Putra, putri
70 Bab 70 Perasaan Indri
71 Bab 71 Jantungan masal
72 Bab 72 Gadis berbaju pink?
73 Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74 Bab 74 Dia bukan putriku!
75 Bab 75 Bersyukur lah .....
76 Bab 76 Ya Allah ...
77 Bab 77 Sah
78 Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79 Bab 79 Musibah di balik Masalah
80 Bab 80 Nikahi Nisa!
81 Bab 81 Pasangan halal
82 Bab 82 Om--
83 Bab 83 Sama-sama sayang
84 Bab 84 Gadis istimewa
85 Bab 85 Umma
86 Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87 Bab 87 Terimakasih, Albi
88 Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89 Bab 89 Gara-gara kue
90 Bab 90 Setitik ujian
91 Bab 91 Pembohong
92 Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93 Bab 93 Albi ada di sini!
94 Bab 94 Lelah
95 Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96 Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97 Bab 97 Sadar
98 Bab 98 Albi mau--
99 Bab 99 Bukan yang pertama
100 Bab 100 Mandi bareng
101 Bab 101 Nona muda
102 Bab 102 Identitas
103 Bab 103 Sama-sama belajar
104 Bab 104 Akan om coba
105 Bab 105 Best husband, I love you!
106 Bab 106 Barakallah fi umrik.
107 Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108 Bab 108 Berita heboh
109 Bab 109 Aku menginginkan mu,
110 Bab 110 Malam mencengkram
111 Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112 Bab 112 Terimakasih bunda
113 Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114 Bab 114 Beri Albi waktu
115 Bab 115 Penjelasan Malik
116 Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117 Bab 117 Merepotkan
118 Bab 118 Bau-bau pelakor
119 Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120 Bab 120 Memata-matai
121 Bab 121 Keputusan Aurel
122 Bab 122 Sekarat
123 Bab 123 Kisah Isabela
124 Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125 Bab 125 Biadab
126 Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127 Bab 127 Mengagumkan
128 Bab 128 Salim
129 Bab 129 Konferensi pers
130 Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131 Bab 131 Kepolosan Nisa
132 Bab 132 Tentang Nisa
133 Minal aidzin wal Faidzin
134 Bab 133 Minta maaf
135 Bab 134 Tubuh saya
136 Bab 135 Keputusan kakek
137 Bab 136 Maafkan saya
138 Bab 137 Resepsi pernikahan
139 Bab 138 Kakek!
140 Bab 139 Aku ibu nya
141 Bab 140 Melahirkan
142 Bab 141 Baby A
143 Bab 142 Kecupan plus-plus
144 Bab 143 Kemarahan Nisa
145 Bab 144 Rindu yang membelenggu
146 Bab 145 Abang terbaik
147 Bab 146 Kangen
148 Bab 147 Sang asisten
149 Bab 148 Aku tak rela
150 Bab 149 Adik untuk baby A
151 Bab 150 Tak sadarkan diri
152 Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153 Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154 Bab 153 Salah faham
155 Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156 Bab 155 Menginap
157 Bab 156 Kabar bahagia
158 Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159 Bab 158 Semoga Istiqomah
160 Bab 159 Lamaran
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Bab 1 Tabrakan
2
Bab 2 Aurel
3
Bab 3 Bukankah aku juga anak ayah?
4
Bab 4 Terus mencari
5
Bab 5 Rumah Adam Hawa
6
Bab 6 Doa pertama
7
Bab 7 Perasaan Aurel
8
Bab 8 Kekesalan Aurel
9
Bab 9 Rasa sakit
10
Bab 10 Tidak adil
11
Bab 11 Gue mau sama lo, titik.
12
Bab 12 Suara aneh, tempat aneh
13
Bab 13 Suara adzan
14
Bab 14 Sikap Aurel
15
Bab 15 Sholat
16
Bab 16 Tiba-tiba berubah
17
Bab 17 Belajar wudhu dan shalat
18
Bab 18 Omong kosong
19
Bab 19 Khawatir
20
Bab 20 Akan tetap percaya
21
Bab 21 Kenapa dengan dadaku?
22
Bab 22 Aku yakin Aurel berbeda!
23
Bab 23 Tatapan tak suka Raja
24
Bab 24 Sebuah kejujuran
25
Bab 25 Pergi
26
Bab 26 Isi hati Aurel
27
Bab 27 Saling memaafkan
28
Bab 28 Pertengkaran
29
Bab 29 Aku pulang
30
Bab 30 Pakar permasalahan
31
Bab 31 Kedatangan dua sahabat
32
Bab 32 Sahabat beda agama
33
Bab 33 Ayah!
34
Bab 34 Waalaikumsalam bunda
35
Bab 35 Masa lalu Malik
36
Bab 36 Memohon ampun
37
Bab 37 Bertemu seseorang!
38
Bab 38 Orang baik
39
Bab 39 Teman baru
40
Bab 40 Menolong
41
Bab 41 Pemandangan indah
42
Bab 42 Cahaya iman
43
Bab 43 Semangat kerja
44
Bab 44 Indri Nugroho
45
Bab 45 Pertemuan yang tak terduga
46
Bab 46 sang pemilik suara merdu itu ...
47
Bab 47 Pindah tugas
48
Bab 48 Merajuk
49
Bab 49 Sepenggal kesakitan
50
Bab 50 Memaafkan
51
Bab 51 Selalu saja begitu!
52
Bab 52 Pertemuan kita sebuah takdir!
53
Bab 53 (Aurel) Pencari keyakinan akan tuhan
54
Bab 54 SARAH
55
Bab 55 Astaghfirullah!
56
Bab 56 Aib yang viral
57
Bab 57 Hasutan
58
Bab 58 Khawatir nya para sahabat
59
Bab 59 Bukan putri saya
60
Bab 60 Di sini sakit, sangat sakit!!
61
Bab 61 Abang
62
Bab 62 Malik
63
Bab 63 Permintaan Malik
64
Bab 64 Alhamdulillah
65
Bab 65 Mulai ragu
66
Bab 66 Apa om mencintai mama?
67
Bab 67 Ketegangan
68
Bab 68 Saya setuju
69
Bab 69 Putra, putri
70
Bab 70 Perasaan Indri
71
Bab 71 Jantungan masal
72
Bab 72 Gadis berbaju pink?
73
Bab 73 Cie, yang lagi pdkt
74
Bab 74 Dia bukan putriku!
75
Bab 75 Bersyukur lah .....
76
Bab 76 Ya Allah ...
77
Bab 77 Sah
78
Bab 78 Maaf jika Aurel cengeng!
79
Bab 79 Musibah di balik Masalah
80
Bab 80 Nikahi Nisa!
81
Bab 81 Pasangan halal
82
Bab 82 Om--
83
Bab 83 Sama-sama sayang
84
Bab 84 Gadis istimewa
85
Bab 85 Umma
86
Bab 86 Kehangatan sebuah pelukan
87
Bab 87 Terimakasih, Albi
88
Bab 88 Kalau gagal bagaimana Bun?
89
Bab 89 Gara-gara kue
90
Bab 90 Setitik ujian
91
Bab 91 Pembohong
92
Bab 92 Ik-ikhlas kan--
93
Bab 93 Albi ada di sini!
94
Bab 94 Lelah
95
Bab 95 Ke-kenapa bukan aku!
96
Bab 96 Ukiran nama (Indri Nugroho)
97
Bab 97 Sadar
98
Bab 98 Albi mau--
99
Bab 99 Bukan yang pertama
100
Bab 100 Mandi bareng
101
Bab 101 Nona muda
102
Bab 102 Identitas
103
Bab 103 Sama-sama belajar
104
Bab 104 Akan om coba
105
Bab 105 Best husband, I love you!
106
Bab 106 Barakallah fi umrik.
107
Bab 107 Pengalaman memang tak akan bohong.
108
Bab 108 Berita heboh
109
Bab 109 Aku menginginkan mu,
110
Bab 110 Malam mencengkram
111
Bab 111 Entah sedih atau bahagia
112
Bab 112 Terimakasih bunda
113
Bab 113 Tunggu, Ibrahim!!
114
Bab 114 Beri Albi waktu
115
Bab 115 Penjelasan Malik
116
Bab 116 Nisa masuk rumah sakit
117
Bab 117 Merepotkan
118
Bab 118 Bau-bau pelakor
119
Bab 119 Nisa itu adalah Hajar
120
Bab 120 Memata-matai
121
Bab 121 Keputusan Aurel
122
Bab 122 Sekarat
123
Bab 123 Kisah Isabela
124
Bab 124 Makannya jangan banyak pikiran.
125
Bab 125 Biadab
126
Bab 126 Meminjam nama besar keluarga
127
Bab 127 Mengagumkan
128
Bab 128 Salim
129
Bab 129 Konferensi pers
130
Bab 130 balasan dari setiap perbuatan
131
Bab 131 Kepolosan Nisa
132
Bab 132 Tentang Nisa
133
Minal aidzin wal Faidzin
134
Bab 133 Minta maaf
135
Bab 134 Tubuh saya
136
Bab 135 Keputusan kakek
137
Bab 136 Maafkan saya
138
Bab 137 Resepsi pernikahan
139
Bab 138 Kakek!
140
Bab 139 Aku ibu nya
141
Bab 140 Melahirkan
142
Bab 141 Baby A
143
Bab 142 Kecupan plus-plus
144
Bab 143 Kemarahan Nisa
145
Bab 144 Rindu yang membelenggu
146
Bab 145 Abang terbaik
147
Bab 146 Kangen
148
Bab 147 Sang asisten
149
Bab 148 Aku tak rela
150
Bab 149 Adik untuk baby A
151
Bab 150 Tak sadarkan diri
152
Bab 151 Muhamad Athar Zayn Nugroho
153
Bab 152 Berusaha jadi ibu yang baik.
154
Bab 153 Salah faham
155
Bab 154 Merasa tak enak dan kesal
156
Bab 155 Menginap
157
Bab 156 Kabar bahagia
158
Bab 157 Pernikahan Intan dan Rangga
159
Bab 158 Semoga Istiqomah
160
Bab 159 Lamaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!