Janji Seorang Penjaga
"Kau lihat pakaiannya?"
Ini dia, hal yang ku benci disekolah. Ketika diremehkan orang lain karena penampilan. Mereka menyebutku "si cupu". Aku tidak peduli, karena bagiku aku tidak perlu repot-repot untuk mengubah penampilan karna orang lain.
Namaku Hazel. Aku bersekolah di sekolah ternama. Murid disini rata-rata adalah orang kaya. Tapi jangan tertipu dengan itu, karna aturan disini tidaklah berlaku.
Seperti sekolah lain, disini jauh lebih buruk. Kekerasan tidak bisa membuatmu dikeluarkan dari sekolah.
Aku punya 2 kakak laki-laki. Keluargaku bisa dibilang sangat kacau meski orang tuaku sebenarnya sangat kaya. Dan kakak tertuaku, Philips yang mewarisi perusahaan ayah kami
"Kakakmu bisa melakukannya lebih baik darimu" Nilaiku sebenarnya sempurna tapi itu hanya alasan ibuku agar dia bisa menghinaku.
Ibuku adalah orang yang egois. Dia juga memaksakan kehendaknya padaku. Dengan sombong, dia melemparkan kertas ujian itu
Tentu saja orang berpikir aku mungkin harus bersyukur karna setidaknya keluargaku mempunyai uang yang banyak. Tapi tidak, itu benar-benar merusak pikiranku.
Untungnya ada satu teman yang aku percayai. Dia secantik namanya. Elena, kami sudah berteman dari kecil. Meski aku diganggu oleh anak lain, dia berdiri paling depan ketika itu terjadi
"Aku tidak mungkin berteman dengan si cupu itu" Elena sedang berkumpul dengan temannya yang dia anggap jauh lebih gaul dariku. Aku tidak tahu, aku hanya mendengarnya dari jauh ketika ia bahkan tidak menyadari kehadiran ku.
Sayang sekali, bahkan Elena sekarang sudah tidak berpihak padaku. Itu membuatku sangat terguncang. Aku berlari ke atap sekolah dimana masih sepi jika masih pagi.
Aku terdiam, merenung sambil memikirkan perkataan Elena. Dia bersikap baik padaku belakangan ini. Tapi perkataannya membuatku berubah pikiran.
Saat itu aku yakin disana benar-benar sepi. Seharusnya tidak ada orang yang datang. Tapi bunyi pintu terbuka kembali menyadarkan ku. Aku mengusap air mataku ketika melihat seorang pria berdiri dibelakang pintu
"Siapa kau?" Dia berdiri di sana seperti patung.
Dia menatapku dari atas kebawah dan tampaknya dia mengenaliku. Dia melirik kearah lain, membiarkan pintu itu terbuka dan berjalan mendekatiku.
"Kau cewek yang sering diganggu itu kan?" Dia bahkan tidak mencoba untuk menyembunyikannya.
Aku tidak ingin berlama-lama di sini, aku menabrak bahunya dan berlari keluar. Aku takut dia akan menghinaku juga seperti yang lain.
Saat aku masuk kedalam kelas, air mengguyur tubuhku dari atas pintu. Entah siapa yang melakukannya, tapi aku yakin mereka sudah mempersiapkannya.
"Baju si anak cupu basah deh~" salah satu murid mengejek sambil tertawa. Aku melihatnya duduk dimeja.
"Jangan kayak gitu, nanti dia ga ada baju lagi" murid yang lain juga menghinaku. Tentu saja ini bukan pertama kalinya aku diganggu seperti ini.
Aku hanya bisa diam, karna dari dulu aku pengecut. Aku kemudian berbalik dan berniat untuk mengganti pakaian tapi seseorang menghalangi.
"Benar ya ternyata kau Hazel, anak yang sering diganggu itu" laki-laki yang tidak sengaja bertemu diatap kini berada didepanku.
"Zen, ngapain kau ngurusin anak itu?" Salah satu murid dikelasku mengenalinya.
Ternyata namanya Zen, mengingat namanya aku tahu bahwa dia anak band. Terkadang mereka diperlukan ketika acara sekolah.
Tapi cerita lain yang aku dengar Zen adalah seorang playboy. Mereka cukup terkenal namun seharusnya dia tidak punya urusan apapun denganku.
"Kenapa kau mengganggunya?" Zen berbicara setelah menatapku lama sekali.
"Kenapa? Kau tidak suka?" Murid cewek lain angkat bicara, dia menyilangkan tangannya dan beranggapan bahwa Zen tidak akan berani melawan mereka.
"Jangan melakukan lebih dari ini. Jika aku melihat kejadian seperti ini lagi, kalian akan mampus" Zen mencoba membelaku. Seluruh teman dikelasku terkejut ketika mendengar itu.
Zen tanpa basa-basi lagi menarik tanganku. Beruntung seragam hari ini hanya kemeja putih. Zen ternyata punya baju lain didalam lokernya
"Ini pakailah, nanti kau masuk angin" ucap Zen sembari memberikan bajunya padaku.
Aku ragu untuk menerima itu. Karna aku tahu kebanyakan orang hanya mempermainkanku. Tidak mungkin orang terkenal seperti Zen berbaik hati memberikan bajunya.
"Jangan berpikir macam-macam" Zen mencoba untuk meyakinkan bahwa dia tidak punya niat buruk. Mungkin aku harus percaya sekali lagi.
Tapi itu keputusan yang salah dan terburuk yang pernah ku ambil. Kami memang dekat belakangan ini, tapi ternyata Zen juga terpikat dengan Elena.
"Jangan khawatir, kebaikanku itu hanya pura-pura" Zen berbicara disamping lokernya dengan Elena ketika saat itu sedang sepi. Dia berusaha meyakinkannya.
Aku tidak bisa berkata-kata, lalu berlari ke toilet dan membilas wajahku dengan kasar seolah mencoba untuk tetap tenang.
Saat pulang sekolah, aku biasanya bersama Elena. Tapi setelah mendengar pembicaraannya dengan temannya, sejak itu dia menghindari ku. Aku terpaksa pulang sendirian.
Sedikit yang ku tahu, aku bahkan tidak berpikir bahwa dia akan melakukan hal yang berbahaya. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Disinilah dia, berdiri dibelakangku dengan pisau ditangannya. Sialnya dia melakukannya saat aku berada ditempat sepi. Dia tidak sendirian, dia membawa temannya.
Aku dengan sekuat tenaga mencoba untuk menghentikannya dan menahan pisaunya agar tidak menancap dileherku. Aku bahkan kesulitan untuk menahannya.
"Menyedihkan" suara yang samar tiba-tiba muncul. Aku berpikir mungkin itu hanya halusinasi.
"Mau aku bantu?" Suara itu terdengar lagi, kali ini aku yakin itu bukan khayalan.
Beberapa detik kemudian, aku merasakan hawa dingin menjalar. Teman-temannya tiba-tiba pingsan dan Elena nampak kebingungan
"Hei bangun bodoh, apa yang kalian lakukan?" Elena berteriak beberapa kali namun tidak berhasil membangunkan temannya.
"Halo" sosok bayangan muncul didepanku dan Elena. Saat itu juga Elena melepaskan pisaunya dan lari dengan cepat.
Bayangan itu kini menatapku, aku ketakutan namun tidak bisa pergi karna tubuhku tidak bisa bergerak.
"Aku yakin kau Hazel" dia berbicara, sangat dekat denganku. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan.
"Ya aku Hazel" aku tidak sadar bahwa aku bahkan berani menjawab pernyataannya.
Dia tidak menghilang. Dia hanya berdiri disana, melayang tanpa kaki. Tidak jelas seperti apa sosoknya karna dia hanya berbentuk bayangan. Aku mencoba menahan diri agar tidak pingsan.
"Aku berhasil menemukan mu" bayangan itu tampaknya berusaha keras untuk mencari ku. Tapi aku tidak bisa bertanya karna mulutku seperti dikunci.
Dia kemudian berubah menjadi roh berbentuk manusia. Tapi hawa dingin masih meluap keluar dari sosoknya.
"Jangan takut. Aku hanya ingin membantumu" dia kemudian menghilang sambil tersenyum lebar
Itu menakutiku, aku sempat terdiam disana seperti patung. Membeku dan sulit bergerak. Aku langsung berlari ke rumah ketika bayangan itu pergi.
Sesampainya dirumah, aku tidak bisa bersantai. Ibuku selalu menyuruhku dengan kasar. Aku tahu bahwa anak perempuan terbiasa melakukan pekerjaan rumah.
Tapi menjambak rambut dan menamparku tanpa sebab? Itu jelas sebuah penyiksaan. Bahkan ayah dan kedua kakakku hanya bisa diam sambil mengamati.
"Ngapain makan disini? Makan didapur!" Ibu membentak ku lagi. Aku hanya diperbolehkan memakan nasi sebanyak setengah genggaman tangan dan hanya memberiku telur rebus sebagai lauknya.
Dia bahkan tidak mengizinkanku untuk makan diruang makan. Aku sempat membenci kehidupan ini, tapi aku sadar bahwa aku harus mengubah hidupku.
Aku masuk kekamar tidur setelah selesai mendengar berbagai cacian dan kata-kata kasar. Aku biasanya tidak mempermasalahkan itu karena biasanya Elena selalu membuatku lebih baik.
Tapi kini aku merasa beban ku lebih berat dari sebelumnya. Tapi aku juga tidak ingin tersiksa lebih lama. Pertama, apa yang harus ku lakukan?
Aku memikirkan seberapa pentingnya penampilan mengubah wujud seseorang. Beruntung aku punya alat riasku sendiri. Dan itu masih bisa dipakai
Sulit untuk belajar merias wajah sendirian secara otodidak. Tapi aku hanya perlu memberi sedikit riasan diwajah karna aku masih perlu belajar.
Aku tidak sadar, sudah berapa lama aku duduk didepan cermin? Aku melihat ke arah jam dan sudah menunjukkan pukul 22.00 malam. Aku berdiri dari kursi dan memutuskan untuk tidur.
Tapi gerakanku terhenti ketika melihat sosok bayangan itu muncul didekat jendela. Dia sampai datang kesini? Beberapa menit aku menatapnya namun tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia akan menggangguku.
Dia hanya mengamati, lalu menghilang seperti sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Irha Hussnain
Hazel yang malang
2024-06-19
0
Irha Hussnain
Pura-pura?/Speechless/
2024-06-19
0
Irha Hussnain
Mungkinkah Zen merupakan heronya Hazel?🤔
2024-06-19
0