Keesokan harinya adalah akhir pekan. Aku memilih untuk berolahraga diluar. Ini masih jam 4 pagi. Aku berlari mengelilingi jalanan kota. Suasana sunyi memang mencekam, tapi aku sudah terbiasa dengan hawa dingin karena ada yang lebih dingin dari ini yaitu Gyuu.
Sesaat setelah aku memikirkannya, dia tiba-tiba muncul dari samping.
“Kenapa kau memikirkanku?” katanya secara terang-terangan sambil menatapku dengan wajah pucatnya
Aku meliriknya sedikit ketika aku masih berlari lalu berhenti sejenak untuk menjawabnya
“Tidak. Hanya kebetulan”
Kataku sambil duduk di kursi di pinggir jalan yang sunyi. Hantu itu hanya diam sambil menatapku. Setelah beberapa menit aku membiarkannya, dia tidak menghilang sedikit pun.
“Kau tidak pergi?”
Kataku sambil menatap wajahnya. Hantu itu terdiam seolah tidak berniat menjawab pertanyaanku. Aku memutuskan untuk melanjutkan berlari dan bertemu Mike yang melakukan latihan.
“Oh Hazel” katanya dengan nada terkejut karena ini adalah pertama kalinya dia melihatku berolahraga
“Kau benar-benar berubah”
Dia berjalan kearahku. Gyuu hanya diam, tanpa ekspresi apapun diwajahnya. Entah kebetulan atau memang Mike bisa merasakan kehadiran ‘hantu’ itu. Dia tiba-tiba merinding namun menyembunyikannya
“Kau sudah berlari sejak tadi?” tanya Mike sambil mempertahankan senyumannya
“Baru beberapa menit”
Kataku sambil menatap Mike dan juga barbel, handuk kecil dan botol minum dibelakangnya. Mike menyadari itu lalu dia tersenyum dan mulai menjelaskan perlengkapan yang dia bawa.
Setelah beberapa jam berolahraga dan latihan bersama Mike, aku tiba dirumah jam 6 pagi. Ibuku menatapku ketika aku pulang. Sementara kak Philips baru bangun dari tidurnya.
“Darimana saja kau?” tanya ibuku dengan kesal dan menatapku dengan sinis
“Biarkan saja”
Ucap kak Philips seolah mencoba menghalangi kemarahan ibu sambil menutup pintu kamarnya. Ibu yang berada di dapur menoleh kearah kak Philips. Kak Philips menghampiriku dan berbisik
“Darimana?”
Menyadari bahwa badanku berkeringat, Kak Philips kemudian melepaskan pegangannya dibahuku dan menatap tubuhku.
“Oh..” katanya dengan nada rendah seolah sudah memahami apa yang terjadi
‘Sepertinya dia baru saja berolahraga.’ batin kak Philips sambil menatap mataku lalu dia kemudian pergi ke ruang gym sementara ibu menatapku dengan sinis
“Pergi mandi, lalu bantu aku di dapur”
Ucap ibu dengan nada datar sambil sibuk membersihkan dapur. Dia terlihat menahan amarahnya sekarang karena tampaknya dia mulai bersikap lebih lunak karena pertunanganku dengan Hyun.
Lalu, ketika aku selesai mengerjakan pekerjaan rumah, kak Philips menarik tanganku dan membawaku ke dalam kamar nya seolah tidak ingin kak Ken tahu meskipun ayah dan ibu sudah pergi
“Dengar” katanya sambil menatap mataku dan nafasnya menjadi cepat
“Aku akan membawamu ke apartemen pribadiku. Disini tidak aman”
Ucapnya dengan nada serius dan terlihat panik. Aku bingung, dan memiringkan kepalaku sedikit
“Tunggu dulu, ada apa?” kataku dengan nada tenang dan terlihat gugup karena kak Philips begitu dekat denganku
“Ada yang berusaha untuk menyingkirkan mu”
Ucapnya dengan nada serius sambil mencengkram kedua lenganku lalu dia tiba-tiba semakin mendekat hingga wajahnya sangat dekat. Kata-kata yang dia ucapkan hampir saja tidak dapat aku percaya
“Aku mendapat bocoran informasi bahwa pembunuh bayaran akan datang kesini”
Aku berpikir bahwa kak Philips tidak mungkin berbohong jika dilihat dari suaranya yang bergetar saat menyampaikan informasi itu.
Kak Philips menjauh sedikit dan menatap mataku dengan khawatir lalu dia memalingkan wajahnya yang terlihat panik mencoba untuk tetap tenang sambil bersabar untuk menunggu jawabanku
“Apa katamu?” ucapku dengan nada terkejut dan mata membelalak lebar
“Tapi kenapa kau hanya memberitahuku?” Aku menyentuh wajahnya dan mengarahkannya padaku agar dia menatapku
“Katakan, apa ayah dan ibu tahu soal ini?” kataku dengan tidak sabar menunggu jawaban kak Philips. Kak Philips sedikit terkejut ketika merasakan tanganku menyentuh wajahnya.
“Tidak” ucap kak Philips dengan nada tegas sambil menggeleng pelan. Dia terdiam, lalu berbicara lagi dengan nada lirih
“Bukan mereka yang diincar. Tapi kau”
Aku yang mendengarnya sangat terkejut sampai tidak dapat berbicara.
‘Aku tidak tahu kenapa Hazel di incar. Tapi aku harus melindunginya ‘
Batin kak Philips tiba-tiba ketika aku terdiam. Aku memutuskan untuk tidak bertanya karena kak Philips tidak tahu alasannya
Kak Philips langsung membantuku membereskan bajuku ke dalam koper. Kak Ken masih di dalam kamar tidurnya sehingga dia tidak mengetahui kalau aku akan pergi.
Setelah beberapa menit berlalu, kami berdua sampai di apartemen pribadi milik kak Philips. Apartemen itu sangat mewah. Aku memasuki kamar tidurku yang ditunjukkan oleh kak Philips. Aku menyusun baju-bajuku ke dalam lemari sedangkan dia terus mengawasiku.
‘Apa ini akan baik-baik saja?’
Batin kak Philips secara tiba-tiba ketika aku masih merapikan pakaianku ke dalam lemari.
“Kau baik-baik saja?” kataku sambil menatap kak Philips. Dia kemudian tersadar setelah aku berbicara dengannya dan tersentak sedikit sebelum menggeleng pelan
“Tidak. Tidak apa-apa.” Katanya dengan nada rendah lalu keluar dari kamar ku. Aku yang melihat reaksinya hanya diam sambil kebingungan.
Waktu berlalu hingga siang hari. Seperti biasanya kak Philips membawaku pergi latihan. Namun setelah selesai, kak Philips tidak menjemputku. Ketika aku menghubunginya, ponsel nya tidak aktif. Aku memutuskan untuk pulang sendiri
Aku berusaha mencari kak Philips. Namun setelah beberapa jam aku mencari, kak Philips tidak dapat ku temukan. Sampai hantu itu muncul.
“Pulanglah”
Gyuu berbicara dengan nada dingin sambil menatapku dengan wajahnya yang pucat. Namun aku menolak untuk berbalik kembali. Lalu hantu itu mendekat dan berbicara lagi
“Dia akan kembali”
Dia mencoba menenangkanku meskipun nadanya datar. Aku berpikir yang dimaksud ‘dia’ adalah kak Philips. Aku dengan enggan berjalan pulang menuju apartemen.
Setelah beberapa jam menunggu, kak Philips belum kembali. Namun beberapa detik kemudian, terdengar knop pintu berbunyi. Kak Philips, berdiri dibaliknya dengan banyak noda darah di kemeja nya
“Apa yang terjadi padamu?” ucapku sambil berdiri dan menghampiri kak Philips. Kak Philips terdiam sambil menunduk dan mengusap wajahnya. Tangannya juga berdarah
“Pembunuh bayaran itu datang” ucapnya dengan terbata-bata sambil perlahan menatap kearahku
“Aku tidak tahu apakah mereka menyadari bahwa kau sudah tidak berada disana” katanya dengan wajah pucat pasi saat mencoba menceritakan semua yang terjadi
“Tapi mereka tetap melanjutkan rencana mereka” katanya berhenti sebentar dan menarik nafas sebelum berbicara lagi “ibu tewas” katanya dengan suara bergetar sambil masuk perlahan ke dalam dan menutup pintunya.
Aku yang mendengarnya, kemudian mundur perlahan dengan mata terbelalak kaget.
“Apa?”
Ucapku dengan terkejut seolah tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Kak Philips duduk di sofa masih frustasi memikirkan kejadian sebelumnya. Meskipun jahat padaku, dia tetap ibu kami yang tentu saja membuatnya syok.
“Jangan bahas ini lagi” katanya tiba-tiba sambil berdiri dan menghampiri ku
“Jangan sampai ada yang mengetahuinya lebih dari kita”
Ucapnya dengan serius lalu pergi ke kamarnya begitu saja. Aku masih membeku karena terkejut tapi anehnya aku merasa lega.
Keesokan harinya aku menjalani kehidupan sekolahku seperti biasa.
Pagi-pagi sekali, Elena sudah menungguku didepan pagar sekolah bersama temannya bersiap untuk memukuli ku.
“Ini dia jalang sialan” ucap nya dengan nada mengejek sambil menjambak rambutku. Sementara siswa yang lain hanya menonton dan sebagian dari mereka memilih untuk pergi ke dalam kelasnya.
“Kau semakin berani sekarang setelah aku biarkan. Kau pikir dengan mengubah penampilanmu bisa merubah segalanya?” ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak diikuti dengan teman-temannya
Aku mencengkram pergelangan tangannya hingga membuatnya kesakitan. Aku memutar tangannya, yang membuat temannya panik. Aku melemahkan pertahanan lututnya dan menendang perutnya dengan kakiku tanpa dia sempat melawan
Teman-temannya panik, salah satu mencoba melawan dan membawa kayu ditangannya. Dia mencoba memukul kepalaku namun aku menangkis serangannya dan meninju rahangnya dengan keras hingga dia tersungkur. Teman-temannya yang lain langsung lari.
“Kau harus mengetahui siapa lawanmu” kataku sambil menjambak rambut Elena. Dia berusaha menahan kaki ku ketika dia tersungkur di tanah namun aku menginjak tangannya dan dia kesakitan sambil menggertakkan giginya.
“Sialan. Kau hanya seorang jalang yang tidak tahu malu” katanya sambil berteriak lalu Zen datang menghalangi kami
“Cukup. Jangan bertengkar disini”
Katanya sambil melirik kearahku. Aku menatap Zen dengan tajam seolah aku membencinya. Zen yang melihat itu membeku melihat ekspresiku sebelum dia menatap Elena dan memintaku untuk pergi
Tanpa kusadari Mike ternyata juga sudah tiba ditempat dan dia membentak Zen
“Kau membela Elena?” katanya sambil mencengkram kerah baju Zen. Aku yang mendengarnya berhenti dan berbalik menatap Mike
“Apa maksudmu?” ucap Zen dengan mata penuh amarah sambil menatap Mike. Elena yang melihat itu hanya diam sambil masih tersungkur ditanah
“Kau bodoh atau kau berpura-pura bodoh?”
Ucap Mike dengan nada yang semakin tinggi ketika dia mencoba untuk memukul Zen. Mereka kemudian berkelahi, Zen menendang perut Mike dan Mike meninju rahang Zen. Mereka bertengkar sampai akhirnya dihentikan oleh Hana
“Ada apa ini?” ucap Hana dengan syok sambil menatap mereka berdua secara bergantian
“Kau bahkan membela Elena ketika kau tahu dia jahat pada Hazel”
Mike masih berbicara dengan nada tinggi sambil mengusap darah di bibirnya. Zen diam sambil menatap Mike dengan marah, dan mencoba memukul nya namun aku turun tangan untuk menghentikannya
“Cukup Zen” kataku sambil mencengkram erat pergelangan tangannya dan menatapnya dengan tajam dan penuh amarah
“Apa sekarang kau membela Mike?” katanya secara tiba-tiba sambil menyeringai seolah mengejekku
“Ya. Karna dia temanku”
Aku kemudian melepaskan cengkraman ku dan mengajak mereka masuk sementara Zen mengumpat
Aku kemudian membawa Mike ke ruang kesehatan untuk mengobati luka-lukanya. Namun Mike bersikeras agar dia tidak perlu diobati
“Sudah ku bilang aku baik-baik saja “ ucapnya sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman tanganku.
“Aku suka ketika kau memukul Zen” ucap Hana dengan nada main-main sambil mengoleskan obat luka pada Mike.
“Dasar kau” ucapnya sambil terkekeh sedikit lalu merintih kesakitan karena Hana membersihkan lukanya dengan alkohol
“Itu akibatnya karena berkelahi” kataku sambil menatap Mike dengan sinis.
Setelah mengobati Mike, aku kembali ke dalam kelas bersama Hana. Elena tidak terlihat begitu juga dengan temannya. Semua orang dikelas menatap kami berdua. Sebagian lagi, ketakutan dan hanya diam sampai bel masuk berbunyi.
Seperti biasa, pihak sekolah tidak membahas pertengkaran kami. Mereka menutup mata seolah tidak ada yang terjadi. Sementara itu Elena menyewa orang untuk menghajarku ketika sepulang sekolah karena kebetulan kak Philips belum datang.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang jalang?” ucap Elena dengan wajah sombong dengan dua orang pria kekar berdiri disampingnya. Mereka adalah orang yang sudah dibayar oleh Elena untuk menghajarku
“Apa yang akan aku lakukan?” kataku mengulangi kata-kata Elena sambil menyeringai
“Tentu saja menghajar mereka”
Aku berlari dengan cepat tanpa disadari dua pria itu. Aku melompat dan menangkup wajah mereka berdua dengan kedua tanganku lalu menghempaskannya ketanah.
'Sial, kekuatan macam apa yang dimiliki seorang gadis ini?’ batin salah satu pria kekar itu yang tergeletak di tanah.
“Ayo bermain sebentar” kataku sambil menyeringai dan memukuli kedua pria itu dengan brutal. Elena yang melihat itu, semakin kesal
'Sialan darimana dia mendapatkan kekuatan seperti itu?’
Batin Elena dengan kesal dan dia menatap dua pria kekar yang tergeletak di tanah itu dengan panik. Aku berbalik ketika dia ingin melarikan diri, aku menangkap kerah baju nya dan mendorongnya ketanah.
“Majikan kalian mau kabur~”
Aku berdiri dan menatap dua pria itu dengan sombong. Aku menendang perut mereka berdua dengan keras sebelum kak Philips datang.
“Apa yang terjadi?” katanya dengan panik dan keluar dari mobil dengan terburu-buru
“Hanya serangga kecil”
Kak Philips melihat dua pria kekar itu tergeletak di tanah. Melihat ada Elena juga disana, kak Philips tidak bisa menahan ekspresi kesal diwajahnya. Kemudian aku mendengar suara hati salah satu pria kekar itu
‘Gila, kekuatan macam apa itu?’
Batin salah satu pria kekar itu. Dia perlahan bangun dan batuk darah beberapa kali karena aku memukul nya dengan keras sebelumnya.
Sementara yang satunya lagi terdiam lalu aku mendengar suara hati pria itu.
'Sepertinya kami menyinggung orang yang salah'
Dia hanya menatapku dan kak Philips pergi dengan mobil.
Setelah tiba di apartemen pribadi kakakku, dia mulai mengganti bajunya dan keluar menemuiku
“Aku akan pergi untuk pemakaman ibu” katanya sambil menatap mataku dan tidak menanyakan apakah aku akan ikut seolah dia tidak memaksaku untuk ikut
“Kau tidak ingin aku ikut?” Aku berdiri dari sofa dan menghampiri kak Philips. Dia hanya menggeleng sambil mengancingkan lengan kemeja hitamnya
“Tidak. Aku akan ikut” kataku sambil dengan cepat pergi bersiap-siap.
Sesampainya di pemakaman ibu, orang-orang ramai berdatangan. Sementara ayah dan kak Ken belum tiba di lokasi. Kak Philips memimpin untuk berdoa sebelum makam ibu dikuburkan karena tidak bisa menunggu ayah lagi.
Setelah selesai, para peziarah yang datang masih menetap dan sebagian pulang ke rumah mereka. Beberapa menit aku dan kak Philips berada di pemakaman. Ketika orang-orang sudah pergi, ayah dan kak Ken datang. Ayah menatapku dengan kemarahan sambil menampar wajahku
“Ini semua gara-gara kau” katanya sambil terengah-engah karena amarah. Kak Philips mencoba menghalangi ayah sementara kak Ken yang melihatnya hanya terkejut
“Gara-gara kau istriku mati. Semuanya salahmu” ucap ayah dengan berteriak dan masih terlihat marah
“Cukup ayah. Ini pemakaman ibu”
Kak Philips mencoba menghentikan kekesalan ayah sementara kak Ken memilih untuk menaburi bunga di atas pemakaman ibu. Setelah kejadian itu, kak Philips memilih untuk mengantar ke apartemen seolah tidak ingin aku berkelahi dengan ayah.
Setibanya dirumah, kak Philips langsung masuk ke dalam kamarnya, dia masih frustasi atas kematian ibu. Aku kemudian juga masuk kedalam kamar tidurku. Tiba-tiba hantu itu muncul kembali
“Apa kau sedih?” katanya sambil melayang diatasku lalu dia perlahan-lahan menurunkan kakinya ke lantai agar dia bisa melihatku dengan baik
“Entahlah. Aku tidak sedih sedikit pun”
Aku berkata sambil menatapnya dan menggeleng perlahan. Hantu itu hanya diam sambil menatapku seolah dia sedang memikirkan sesuatu namun dia tidak memberitahuku.
Kemudian dia berbalik menatap jendela dikamarku sambil bergumam "belum saatnya” ucapnya seolah ada suatu hal yang belum bisa aku ketahui untuk sekarang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
R Knight
🥶🥶🥶
2024-03-03
0