Keesokan harinya aku bersekolah seperti biasa. Hari itu tampak damai, karena aku tidak perlu mendengarkan ibu memaki dan menarik rambutku.
Aku senang namun juga sedih karena kehilangan ibu. Tapi aku tampak tidak peduli dan tidak bisa memberitahu kak Philips tentang hal ini
‘Apa yang kau pikirkan?’
Gyuu tiba-tiba muncul. Duduk di kursi disebelah kak Philips.
‘Tidak. Hanya mengingat masa lalu.’
Kataku berbicara melalui batinku dengan tenang sambil memakan roti.
‘Tidak apa, dia pantas mati,' Ucap Gyuu tampak penuh amarah lalu menghilang.
Aku hanya termenung disana, memikirkan mengapa Gyuu mengatakan hal seperti itu.
Sesampainya di sekolah, Mike dan Hana menghampiriku.
“Hei pendaftaran peserta OSIS akan dibuka seminggu lagi.” Ucap Hana sambil tersenyum lebar, dia tampak sangat bersemangat.
“Yah sedangkan aku mendengar kabar bahwa Zen kembali ke ekstrakurikuler nya sebagai anak band.”
Mike memberitahu informasi itu seolah dia benci ketika Zen tampak santai dan acuh dengan kejadian yang terjadi sebelumnya.
“Yah aku bisa melihatnya.” Jawab Hana, berusaha untuk meringankan suasana sambil terus tersenyum dan memelukku.
“Ngomong-ngomong, jika aku tidak salah, kau sedang melatih bela diri kan?” Tanya Mike secara tiba-tiba. Aku mengangguk lalu menatap Mike.
“Jika kau ingin menanyakan sesuatu tentang beladiri, kau bisa menanyakannya padaku.”
Ucap Mike sambil tersenyum puas. Dia tampak memamerkan keahliannya. Lalu secara tiba-tiba, dia membuka lengan bajunya sedikit memperlihatkan otot lengannya. Dia tampak bangga dengan itu. Sementara aku tidak merespon apapun. Hana kemudian tertawa
“Apa maksudmu melakukan itu? Kau ingin agar kami tertarik padamu?” Jawab Hana dengan nada main-main sambil menjulurkan lidahnya mengejek Mike.
Mike yang melihat itu terkejut, dan menutup kembali lengannya. Dia berpura-pura marah sambil memasang wajah cemberut.
“Ya ampun, sepertinya ada yang marah.” Hana membalas dengan nada main-main sambil bersembunyi di belakang tubuhku.
“Oke, cukup kalian berdua. Bisakah berhenti?” Kataku sambil menghela nafas panjang melihat kelakuanku mereka berdua.
“Oh baiklah. Tapi harus kuakui bahwa Mike tampan. Iyakan?” Hana berbicara dengan ku sambil mengedipkan sebelah matanya seolah memintaku untuk bekerja sama. Aku menyeringai, seolah menyukai hal ini.
“Ah ya, benar. Mike sangat tampan. Sepertinya dia akan dikejar banyak gadis.”
Mike tertawa menanggapi perkataanku. Hana mulai ikut tertawa. Aku kemudian menyusul. Aku mengalihkan pandanganku ke sisi kanan gedung sekolah. Aku melihat Zen dan temannya Rai berdiri di sana menatap kami, memperhatikan dari jauh.
Tapi anehnya aku tidak melihat Elena. Hanya ada temannya duduk di depan kelas, memperhatikan kami berdua. Namun aku tidak terlalu menanggapi mereka. Ini adalah momen yang langka, karena aku terbebas dari pembullyan yang pernah terjadi padaku.
Bel masuk sekolah berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas. Namun aku mendengar beberapa siswa berbisik satu sama lain. Mereka membahas tentang Elena.
“Terkadang Elena itu menyebalkan,” Salah seorang murid mulai membicarakan keburukan Elena
“Ya benar, apalagi merasa dirinya paling berkuasa,” Yang lain menyahut hingga terjadi pembicaraan hangat dikelas.
Teman Elena kemudian berdiri.
“Tahu apa kalian tentang Elena?” Dia tampak tidak terima jika Elena dibicarakan dengan buruk dikelas.
Satu kelas hanya diam, lalu menertawakan mereka. Mengatakan bahwa mereka hanyalah benalu yang menempel pada Elena. Setelah itu, teman Elena tidak bisa membalas. Dia hanya diam dan membiarkan dirinya dipermalukan.
Guru kemudian datang tidak lama setelah itu.
“Peringkat kalian akan diumumkan minggu depan.” Guru itu memberikan pemberitahuan sebelum mengajar para siswa.
Beberapa jam berlalu, hingga jam pelajaran berakhir. Aku bersama Hana melewati lorong yang menghubungkan dengan tempat latihan ekstrakurikuler band. Aku melirik sedikit dan melihat Zen bersama Rai sedang melakukan latihan berdua. Kami hanya melirik sedikit dan tampaknya Zen tidak menyadarinya.
“Apa kau akan memaafkan Zen jika dia tidak mengganggumu lagi?” Tanya Hana tiba-tiba. Dia tampak penasaran sambil berbisik ditelinga ku.
“Mungkin iya. Tapi aku tidak ingin bertemu dengan nya lagi.” Kataku memilih jawaban netral. Tampak tidak terlalu ingin memikirkannya.
Lalu kami berpapasan dengan Mike.
“Hei para gadis, ayo ke kantin bersama!” Dia berseru dengan begitu bersemangat dan berlari ke arah kami.
“Nah apa yang kalian lihat?” Mike menatap kami berdua bergantian.
Dan tampaknya Zen mengenali suara Mike. Dia berhenti memainkan alat musiknya dan mendengarkan kami berbicara.
"Kenapa berhenti? Latihannya belum selesai." Gerutu Rai sambil menghampiri Zen karena aku mendengar langkah kakinya didalam
"Tidak ada. lupakan saja." kataku tampak cuek, dan berjalan lebih dulu namun Zen keluar dari ruangannya dan berdiri di depan pintu.
"Hazel!" Zen berteriak, dan Hana menoleh.
"Ada urusan apa kau dengan Hazel?" Mike tampak tidak suka. Dia menatap Zen dengan dingin.
"Sudahlah ayo kita pergi." Aku tampak cuek, tidak terlalu memperdulikan Zen.
'Sial, padahal aku ingin berbicara. Tapi bajingan itu selalu ikut campur.' Keluh Zen dalam batinnya..
Rai keluar ruangan, menghampiri Zen dan merangkul bahunya sambil melihat kami bertiga pergi.
"Ayo masuk. Lupakan masa lalumu itu." Rai mencoba menenangkan Zen dan Zen tampak murung. Kata-kata Rai tidak membantunya.
"Andai saja waktu bisa diulang. Aku tak ingin melakukan hal bodoh itu." Zen bergumam pelan dan masih menatapku.
Gyuu tiba-tiba muncul di belakang Zen
"Kau sudah membuang berlian itu.. Dan kau ingin mendapatkan nya kembali?"
Gyuu menatap Zen dengan penuh amarah diwajahnya. Jika saja dia bisa dilihat, maka wajahnya tampak sangat merah membara seperti api.
"Aku sangat ingin menghabisi nyawa mu. Tapi aku tidak ingin menodai tanganku."
Gyuu masih melayang di udara. Kebenciannya terhadap Zen sangat besar. Tangannya mengepal sangat erat hingga telapak tangannya terluka karena kukunya. Sangat terlihat jelas bahwa dia berusaha menahan diri untuk tidak melakukan apapun agar 'Hazel' tidak membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments