Saat sudah lumayan jauh dari kerumunan, Hyun mulai melepaskan tanganku dan menatap mataku dalam-dalam
“Kenapa kau melakukan itu?” katanya dengan nada rendah mencoba untuk tetap sopan denganku. Aku yang mendengarnya terkejut, kenapa dia malah menanyakan itu?
“Kau ingin aku membiarkannya?” ucap ku sambil menatap Hyun dengan serius
“Apa?” Hyun tampak terkejut dengan responku. Dia kemudian mengernyit dan mendekatkan wajahnya kearahku
“Aku tidak tahu kenapa kau melakukan itu, apa kau hanya ingin mendapat pujian?”
Aku terdiam, tidak menyangka bahwa dia akan mengatakan itu padaku. Aku mengernyit, mencoba memahami apa alasannya mengatakan hal itu. Apakah hanya untuk mengujiku?
“Mungkin jika aku tidak menghentikan penyusup itu, sekarang pestamu akan hancur dan bahkan mungkin akan ada banyak rumor buruk besok pagi” kataku dengan serius sambil menatap Hyun.
Hyun mulai tenang setelah mendengarkan itu. Dia perlahan tersenyum tipis, senyum yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain. Dia memundurkan kepalanya sedikit dan kemudian aku mendengar suara hati nya
'Gadis yang menarik. Sepertinya aku tidak salah menjadikan dia pasanganku’
Batinnya sambil menatapku. Tampaknya perkataannya sebelumnya hanya untuk mengujiku. Kemudian pandangannya beralih ke belakang tubuhku. Dia seperti sedang melihat seseorang. Lalu dia mencondongkan badannya lagi kearahku dan berbisik
“Sepertinya ada tamu tak diundang, itu dia si pencinta saudara” katanya dengan nada mengejek sambil menyeringai. Aku mengerti siapa yang dia maksud, kemungkinan besar orang itu adalah kak Philips. Lalu dia melihatku beberapa detik sebelum pergi begitu saja.
Aku kemudian berbalik, dan kak Philips bersembunyi dibalik tembok. Badannya maju sedikit seolah sengaja memperlihatkan tubuhnya dan kepalanya menoleh ke arah ku. Matanya terkunci padaku sementara tubuhnya hanya sebagian yang keluar dari balik tembok. Dan setelah aku berbalik dia menampakkan seluruh tubuhnya
“Beraninya orang itu”
Katanya dengan nada lambat dan agak keras seolah ingin ku mendengarnya. Dia tampak kesal, emosi yang terlihat diwajahnya tidak pernah ku lihat sebelumnya. Aku bahkan sempat mengira bahwa itu bukanlah kak Philips, karena emosinya yang mengerikan. Aku hanya diam ditempat sambil menatap kak Philips dengan heran. Kenapa dia marah?
“Kak”
Kataku berusaha memanggil kak Philips agar dia kembali tenang dan bisa menjelaskan padaku mengapa dia kesal. Kak Philips mendengar suaraku, kemudian tersadar. Dia perlahan berjalan kearahku
“Apa yang dia bicarakan dengan mu?” katanya dengan nada serius yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Tatapannya menjadi sangat dingin. Dia sepertinya mendengar pembicaraanku sebelumnya
“Ku pikir kau sudah mengetahuinya kak” kataku seolah tidak perlu menjawab pertanyaan kak Philips. Mendengar itu, kak Philips terdiam sambil memikirkan sesuatu sebelum berbicara lagi kali ini nadanya lebih tenang meskipun dia masih menatapku dengan serius
“Dia sepertinya tidak menyukaimu” ucapnya sambil menatap mataku
“Berhati-hatilah”
Dia memperingatkan sambil berbalik dan berjalan pergi. Aku hanya menatap kak Philips dari belakang ketika dia pergi. Namun, saat aku ingin beranjak pergi tiba-tiba seorang pria kekar dengan kemeja hitam menghampiriku dari samping
“Nona silakan ikut dengan saya. Tuan menunggu“
Ucapnya dengan nada suara yang dalam dan bersikap ramah denganku. Aku kemudian menatap pria itu dan berpikir bahwa tuan yang dia maksud adalah Hyun. Aku kemudian mengikutinya
Pria kekar itu membawaku ke sebuah lorong yang besar. Jika pria ini tidak memanduku, mungkin aku akan tersesat sejak pertama kali kemari. Dia membawaku ke tempat khusus, banyak pilar besar disana, dan lukisan kuno di dinding.
Beberapa penjaga berjaga disana. Aku kemudian tiba didepan sebuah pintu yang sangat besar. Bahkan sepertinya, manusia biasa hampir tidak bisa mendorong pintu itu. Inilah dia, CEO pertama terkaya dikota
“Silahkan masuk nona”
Ucap pria itu sambil berdiri disamping pintu yang sudah dibuka dengan menggunakan kekuatannya. Pria itu benar-benar kuat, dia bisa mendorong pintu yang berat seperti itu.
Aku kemudian mengangguk setelah mendengar instruksinya dan kemudian aku disambut bau parfum khas miliknya yang tercium diseluruh ruangan dan aroma nya yang maskulin. Banyak rak-rak buku disana. Dan juga ada meja besar disana dengan wine diatasnya dan sofa besar disisi kiri ruangan itu
“Oh kau sudah datang”
Ucap CEO Hyun dengan mantel bulu yang ada di tangannya, dan sekarang hanya menampakkan kaos hitam dengan kerah di leher. Dia berdiri disamping meja besar dan ada stand hanger disana dengan bermacam-macam gaun yang indah dan mereka terlihat sangat mahal
“Cobalah gaun-gaun itu”
Katanya sambil menunjuk rak gantungan baju di sisi kirinya. Aku berdiri ditempat tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Lalu aku berjalan masuk lebih dalam dan menuju rak gantungan baju itu. Aku melihat baju itu mencari yang cocok untukku
“Kau benar-benar ingin aku memakai ini?”
Kataku sambil menoleh untuk menatap Hyun karena aku masih curiga. Hyun hanya mengangguk sambil berdiri santai bersandar dimeja nya dan melipat tangannya
“Kau butuh pelayan untuk membantumu memakainya?” katanya dengan alis sebelah terangkat. Aku hanya menggeleng sebagai jawaban dan melanjutkan memilih gaunnya
Setelah beberapa menit aku memilih, aku keluar dengan memakai gaun yang sudah ku pilih. Hyun yang melihat penampilanku terlihat terkejut dan menatapku selama beberapa saat lalu aku mendengar suara hatinya
‘Aku tahu dia cantik. Tapi ini lebih dari cantik.'
Suara hatinya terdengar syok, aku yang mendengar itu kebingungan namun aku berusaha santai, seolah tidak mendengar suara hatinya.
“Itu sangat cocok untukmu” katanya setelah sadar beberapa detik kemudian. Dia kembali menatapku dengan normal dan menghabiskan wine nya sebelum dia berbicara lagi
“Kau boleh mengambil itu. Anggap saja sebagai hadiah dari calon suami” katanya dengan nada main-main sambil menyeringai. Lalu dia menghampiriku dan memegang tanganku
“Ayo kita mengobrol. Sangat disayangkan melewatkan ini” katanya sambil menatap mataku dan mulai berjalan menuju balkon
Setelah sampai di balkon, dia mengajakku untuk duduk dikursi. Disana lagi-lagi ada sebotol wine di samping sofa yang panjang itu. Langit-langit malam terlihat dari atas sini.
“Kau tidak menemui orang-orang dipesta?” kataku menanyakan padanya saat kami berdua sudah duduk di sofa itu. Daripada menjawab, dia memilih menuangkan wine dan meminumnya sendiri
“Tidak. Terlalu merepotkan” ucapnya dengan nada datar sambil menggeleng sedikit
Dia meneguk wine itu beberapa kali sebelum menatapku dan berbicara lagi
“Jadi darimana kau belajar beladiri hingga bisa menangkap penyusup itu?” katanya sambil mendekatkan tubuhnya padaku. Dia terlihat penasaran.
“Kakakku yang mengajariku” kataku menjawabnya sambil melihat kerumunan pesta di bawah
“Ah, sudah kuduga dia pencinta saudara” katanya dengan nada mengejek sambil tersenyum lebar seolah menertawakan kak Philips
“Ngomong-ngomong keluargamu sangat buruk” katanya blak-blakan secara tiba-tiba sampai aku yang mendengarnya sangat terkejut
“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?” kataku dengan nada tenang sambil menatapnya dengan penasaran
“Ya, ayah mu sangat buruk. Dia mencari masalah dengan ku tapi malah meminta kakak mu yang menyelesaikannya” katanya berhenti sebentar lalu berbicara lagi “Dia ayah yang buruk” ucapnya menyelesaikan kalimatnya lalu memandangiku
“Apa kau dirumah baik-baik saja?”
Katanya dengan nada sedikit khawatir sambil meletakkan gelas wine nya yang sudah habis di meja di sampingnya. Aku pada awalnya tidak ingin menjawab, namun kurasa itu akan membuatnya curiga. Jadi aku menjawab dengan tegas dan serius sambil menggeleng perlahan
“Aku baik-baik saja”
Setelah beberapa menit berlalu, Hyun mendapatkan telepon. Dia kemudian meminta izin dan meminta maaf padaku karena tidak bisa menemaniku lagi. Aku hanya mengangguk dan berusaha untuk memahaminya lalu pergi dari balkon.
Kak Philips menghampiriku ketika aku turun kelantai dasar dimana para tamu masih banyak yang menetap sementara sebagian yang lain sudah pergi.
“Kau sudah berbicara dengannya?”
Kata kak Philips terlihat penasaran sambil menatap gaunku yang sudah berubah
“Ya. Tak ada masalah dengannya”
kataku mencoba membuat kak Philips agar tidak khawatir. Mendengar jawabanku, dia hanya terdiam dan tidak berbicara lagi. Dia juga tidak berani menanyakan tentang gaunku.
Setelah beberapa menit di pesta itu, malam semakin larut. Kak Philips kemudian mengajakku untuk pulang ke rumah. Dia mengambil mobil nya dan menunggu ku untuk masuk ke dalam mobil
Setelah kurang lebih dua jam di perjalanan, aku dan kak Philips sudah sampai dirumah. Namun, ayah dan ibu masih tidak ada dirumah sama seperti ketika aku ingin pergi sebelumnya
Saat aku masuk, aku disambut kak Ken yang duduk menonton TV sambil memakan cemilannya. Dia menoleh kearah kami, lalu kembali menatap TV seolah tidak mau peduli urusan kami
Kak Philips masuk ke dalam kamarnya lebih dulu, sebelum aku beranjak pergi. Namun ketika aku juga ingin pergi, kak Ken menghentikanku dengan berbicara tiba-tiba
“Dimana gaunnya?” katanya dengan nada malas dan matanya masih menatap televisi. Dia rupanya sadar bahwa gaunku berubah
“Sudah robek” kataku dengan suara rendah, terlihat malas menanggapi kak Ken. Aku ingin berjalan lagi sebelum dia tiba-tiba berdiri
“Apa? Mengapa kau tidak menjaganya dengan baik?” katanya dengan nada sedikit kesal, tapi masih tidak bisa membuat kak Philips keluar dari kamarnya
“Seseorang merobeknya” kataku membalas pertanyaan kak Ken, masih dengan nada santai. Mendengar jawabanku, kak Ken terdiam lalu dia tertawa seolah menertawakanku
“Bagaimana bisa aku mempercayaimu?”
Katanya dengan nada mengejek seolah sengaja ingin membuatku marah. Namun, itu tidak berhasil. Daripada marah, aku bahkan tidak memedulikannya sedikit pun. Aku memilih berjalan masuk ke dalam kamarku
“Apa-apaan?”
Ucap kak Ken dengan nada lirih seolah kesal karena aku mengabaikannya sambil menatapku yang berjalan ke dalam kamar tanpa melakukan apapun. Kemudian aku mendengar suara hati seseorang
‘Sialan, dia mengabaikanku’
Itu suara hati kak Ken yang tampak kesal. Dia kemudian berlari dan menghampiriku sambil memegang tanganku
“Hei tunggu sebentar”
Katanya dengan nada menuntut dan menatap mataku, dia seolah berusaha mencari masalah denganku. Tapi, saat dia sudah sangat dekat dengan wajahku, dia berhenti. Dia seakan tidak bisa berbicara setelah menatap wajahku secara langsung.
Perlahan-lahan dia melepaskan tangannya. Saat itulah aku segera masuk kedalam kamar. Namun aku sempat melihat bahwa telinga nya memerah. Apa itu hanya perasaanku saja?
Apakah sebenarnya dia adalah anak yang rapuh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments