(JSP chapter 3) Sosok misterius

Kak Philips seorang CEO terkenal nomor dua dikota setelah Hyun. Kedatangannya disekolahku, membuat semua murid menatapnya. Dia bersandar dengan santai di badan mobil.

“Hazel ayo pulang denganku” Dia tiba-tiba menawarkan diri. Aku menaikkan sebelah alisku.

“Apa yang membuatmu bertingkah seperti ini?” Kataku sambil masih menatapnya dengan curiga.

“Apa salah jika aku menjemput adikku?” jawabnya dengan santai sambil melipat tangannya. Dia berkata seolah ini bukan hal yang aneh. Tetap saja, ini adalah pertama kalinya dia menjemputku.

Aku merasakan ada sesuatu yang aneh namun aku tidak mengetahuinya. Aku hanya diam didalam mobil. Namun aku dikejutkan oleh suaranya yang tiba-tiba.

“Mengapa kau melamun?” tanya kak Philips sambil memegang setir mobil dan melirikku sejenak sebelum kembali memperhatikan jalan.

Aku yang tadinya menatap jendela mobil, lalu melirik kakakku “tidak ada”

Seketika itulah aku mendengar suara hati kakakku

‘Maaf Hazel kau jadi menderita’.

Bola mataku melebar mendengar suara hati kakakku. Aku tidak mengerti apapun. Dia meminta maaf untuk apa? Setelah itu aku berpura-pura menatap jendela mobil dengan penuh rasa penasaran dipikiranku

Ketika tiba dirumah, terdengar suara keras dari dalam. Barang-barang berhamburan, vas bunga kaca pecah. Ibu berteriak kepada ayah.

“Dasar kau tidak becus jadi suami, bagaimana bisa kau bilang perusahaan anak kita akan bangkrut?!”

Aku yang mendengar itu sangat syok. Aku yang baru datang menjadi pelampiasan ibu.

“Hei kau, setidaknya harus lebih berguna demi ibu.”

Ibu menarik kerah bajuku. Aku diam menatap ibuku dengan mata melebar. Sementara kak Philips hanya terdiam melihat ibu ku menarik kerah bajuku. Tiba-tiba ayah berbicara

"Ayah punya masalah dengan CEO Hyun Joong. Dan mereka tidak mau hanya dengan mengganti rugi. Bantulah ayah agar perusahaan kakakmu terselamatkan. Menikahlah dengan CEO Hyun Joong".

Bola mataku melebar mendengar itu. Seorang anak SMA menikah dengan orang yang usianya lebih tua 4 tahun? Perlahan-lahan aku menyadari ini yang dimaksud kak Philips saat aku mendengar suara hati nya didalam mobil.

Kak Philips disampingku terdiam dengan mata melebar dan mengepal tangannya

'Tidak, jangan adikku’

Aku mendengar suara hatinya. Tetapi dia tidak bisa berbuat apapun. Kakak keduaku, Ken menyeringai. Seolah menyukai hal ini terjadi kepadaku. Tetapi aku melawan, memberontak kepada mereka berdua.

"Apa?! Aku harus menikah dengannya katamu?!"

Mereka berdua memelototiku.

"Dasar anak kurang ajar! Kau harus patuh padaku!”

Teriak ibuku dengan tangan yang melayang, tetapi kak Philips menghalaunya

"Sudah cukup ibu" Ucap kak Philips

Ibu kaget, kemudian melepaskan tangannya. Kakak Philips menatapku, dengan suara pelan dia berkata

"Tolong turuti saja" matanya menunjukkan kesedihan

'Hah? Kau menyuruhku melakukan itu dan diam saja menuruti mereka?'

Batinku tampak kesal dengan kak Philips, tetapi aku benci mengakui bahwa aku tidak bisa berbuat apapun untuk saat ini. Aku hanya bisa menuruti mereka.

Ketika aku berjalan ingin memasuki kamar, Kak Philips menghampiriku sambil menggenggam tanganku dengan lembut dan menunduk lalu berkata

"Maaf”

Aku terkejut, gagang pintu yang sebelumnya sudah kupegang kini kulepas kembali. Aku bertanya-tanya ada apa dengan kakak Philips. Mengapa dia meminta maaf padaku? Apa karna dia tidak bisa membelaku sebelumnya?

"Lupakan, ini sudah terjadi"

Aku memilih untuk tidak memperpanjang masalah, karena merepotkan bagiku untuk memikirkan hal itu.

"Tidak Hazel. Jika saja aku lebih berkuasa, aku bisa menolongmu”

Ucap kakak Philips dengan nada menyesal dan seolah ingin menangis. Aku syok melihat perubahan sikapnya yang tadi sangat dingin kini menjadi lembut. Aku tidak membalas perkataannya dan masuk kekamar begitu saja.

Tapi tiba-tiba ketika aku masuk ke kamar tidurku, aku melihat sesosok ‘hantu’ itu lagi. Dia dengan santai berdiri di tepi tempat tidur sambil menyeringai dan menatap dengan mata tajamnya

“Kurasa kau tidak selemah itu ketika diganggu” ucapnya dengan nada sombong dan menatap mataku dalam-dalam seolah menganalisis sifatku

Aku berusaha membaca pikirannya tapi tidak bisa. Aku bingung, apakah dia memang sedang tidak memikirkan sesuatu?

“Apa kau bertanya-tanya Mengapa kau tidak bisa membaca pikiranku?”

Katanya dengan senyum sombong sambil masih berdiri di sana sementara aku terkejut dengan mata terbelalak. Bagaimana dia bisa mengetahuinya?

“Aku adalah jiwa, bukan manusia”

Dia kemudian perlahan mendekatiku dan sekarang berdiri di depanku. Aura dinginnya sangat menyengat dan tatapannya begitu mengintimidasi

“Tidak perlu khawatir, Hazel”

Suaranya seperti bisikan sambil membelai pipiku dengan telunjuknya, tangannya terasa sangat dingin di kulitku sampai aku merasa merinding. Dia kemudian menghilang sambil tersenyum lebar.

Keesokan paginya. Ibuku sudah membicarakan tentang pernikahan ku dengan CEO Hyun

“Kau harus menuruti semua yang dia katakan. Jika tidak, keluarga kita akan hancur,” Ibu berkata dengan nada kasar sambil menyiapkan piring makan kami

“Akhir pekan kau akan diundang ke pestanya. Kakak pertamamu akan menemani mu membeli gaun” ayah menambahkan, sambil meminum kopi yang ada ditangannya.

Setelah yang terjadi mereka sama sekali tidak menganggap diriku sebagai anak mereka. Aku melihat kakak Philips marah. Tangannya mengepal diatas meja. Tetapi kemudian dia menatapku. Matanya berubah menjadi sayu lalu memijit kepalanya.

“Aku tidak bisa melakukan apapun”

Kakak Philips bergumam tetapi ayah dan ibu tidak mendengar. Aku hanya diam menghabiskan makananku.

......................

Setelah sampai disekolah, Mike dari belakang menghampiriku menepuk pundak ku

“Hazel, ayo jalan ke kelas bersama.”

Ucap Mike sambil tersenyum lebar padaku. Tiba-tiba Zen menemui ku dan berlari ke arahku.

“Hazel, ayo berjalan bersama kekelas”

Mike melirik Zen dengan wajah datar, sementara aku hanya diam sambil membiarkan Zen disampingku. Lalu aku melihat Elena didepan kelas menatap dengan cemburu.

Zen bingung karena aku tidak menjawabnya tapi dia tetap mengekor padaku seperti anak anjing. Zen benar-benar berubah 360° setelah aku mengubah penampilanku. Lalu aku menyadari Elena benar-benar kesal sekarang.

'Apa sih menarik nya Hazel?’

Aku mendengar suara hati Elena dan dia terlihat menggertakkan giginya.

Setelah sampai didepan kelas, Mike masuk kedalam kelasnya sementara Zen masih berdiri ditempat

“Baiklah sudah sampai. Sampai jumpa diistirahat pertama”

Ucap Zen melambaikan tangannya lalu masuk dalam kelas.

“Hei Hazel. Sepertinya kau sudah berani padaku karena aku terlalu memanjakanmu” ucap Elena sambil mendekatkan dirinya padaku setelah Zen masuk kedalam kelasnya.

Aku menoleh kearah Elena dengan datar “Benar aku sudah berani. Dan bersiaplah untuk menderita” ucapku dengan nada dingin seolah mengancam Elena.

Elena menggertakkan giginya, menatapku dengan penuh kebencian dimatanya. Lalu aku hanya berlalu melewati Elena dengan angkuh.

Bel istirahat pertama berbunyi. Aku dan Hana berjalan menuju kantin. Zen yang sudah lebih dulu ada dikantin menyapaku agar aku duduk bersamanya. Tapi Elena kebetulan ada disana bersama temannya dan ketika dia melihat itu, tanpa pikir panjang berlari menghampiri Zen.

“Hai Zen”

Elena menyapa Zen sambil tersenyum. Tetapi Zen hanya menatap kearahku yang membuat Elena semakin membenci ku. Lalu aku makan bersama Hana berlalu melewati Zen.

“Hazel apakah kamu ikut ekskul nanti?”

Dia memegang tanganku. Aku berhenti dan menatap kearah Zen

“Entahlah aku belum memikirkannya” jawabku dengan nada cuek

Melihat hal itu sepertinya membuat Elena kesal karena aku menjawabnya dengan nada malas.

Ketika selesai makan, Rai dan Zen kembali ke kelas bersama. Hanya tersisa aku, Elena dan Hana. Elena masih menatapku, lalu tiba-tiba menarik tanganku. Sambil mendekatkan dirinya, dia berbisik

“Hazel ayo temani aku ketoilet sebentar.”

Awalnya aku tidak tahu apa yang ingin dilakukannya, tetapi aku setuju untuk menemaninya ke toilet. Hana menatapku dengan khawatir diwajahnya tapi aku tersenyum mencoba meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Aku mengikuti Elena ketoilet, sesampainya di toilet dia mendorongku dengan kasar ke dinding dan mencengkram erat tanganku. Dia melototiku. Dia terlihat kesal karna aku mendekati Zen. Aku tidak terkejut. Karna aku tahu ini akan terjadi, karena inilah sifat aslinya.

“Hazel, ini peringatan terakhir. Jauhi Zen, atau kau akan kubuat menderita” ucap Elena dengan nada mengancam sambil menatapku dengan tajam

Aku tidak ikut campur dan tidak peduli. Biarlah mereka bersama lagipula mereka cocok. Sesama binatang yang tidak tahu malu, cocok untuk dipasangkan

“Ya baiklah” kataku tampak tidak peduli.

Mendengar itu Elena kemudian menyeringai puas dan menatapku dengan angkuh

“Itulah yang ingin aku dengar, teman baikku.“ katanya dengan nada sarkastik sebelum dia keluar dari toilet.

Ketika pulang sekolah aku dan Hana berpapasan dengan Elena saat berjalan keluar sekolah, aku melihat kak Philips menungguku dan Zen dengan motor disampingnya. Melihat Zen, Elena kemudian menghampiri dan langsung memeluknya dengan manja.

Zen yang melihat itu terkejut lalu mulai panik. Dia takut bahwa rahasia mereka berpacaran terbongkar, meski aku sudah tahu fakta bahwa mereka berpacaran. Aku tidak menanggapinya dan berlalu melewati nya

Melihat itu Zen hanya menatapku dengan kecewa saat aku menghampiri kak Philips. Kemudian aku mendengar suara hati Zen.

‘Apakah Hazel sudah tahu bahwa aku berpacaran dengan Elena?’

Batin Zen sementara aku terus berjalan tanpa berbalik sedikitpun dan menghampiri kak Philips

“Kau menjemputku lagi” aku memulai pembicaraan duluan

Dia menatapku dengan tatapan datar, tanpa basa basi menyuruhku untuk masuk kedalam mobil.

“Hari ini aku akan menemanimu membeli gaun”

Dia berkata sambil menyalakan mobil. Aku terkejut dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba menjadi dingin kembali setelah kemarin sangat lembut padaku. Tapi aku hanya diam tidak memikirkan itu.

“Ya baik.” Ucapku dengan singkat

Seperti biasanya kak Philips tidak mengatakan apapun selama perjalanan, tetapi walau begitu aku bisa merasakan kak Philips terlihat sangat tidak tenang.

Sesampainya ditempat toko baju, dia sibuk memilih pakaian bagus untukku pakai.

“Coba ini dulu”

Dia memberikan dress berwarna ungu tanpa lengan dengan hiasan permata kecil berwarna biru di bagian dada. Aku mengganti pakaianku, dan keluar dari ruang ganti.

“Bagaimana?” Aku bertanya sembari berjalan keluar menghampiri kak Philips yang duduk di sofa

Kak Philips terdiam sejenak seolah mengagumi penampilanku. Wajahnya sedikit memerah. Aku hanya terdiam, lalu aku memanggil kakak.

“Kak? Bagaimana?”tanyaku sambil menatap wajah kakak ku

Kakakku tersentak, sambil memalingkan wajah sejenak dan mengusap wajahnya dengan lembut lalu dia berkata

“Ya bagus, cobalah yang lain”

Jawab kakakku dengan santai duduk di sofa dan berusaha untuk tetap tenang, tapi aku tahu dia seperti salah tingkah. Aku lalu berbalik dan ketika ingin masuk keruang ganti aku mendengar suara hati kakakku

‘Kenapa dia sangat cantik?’

Aku berbalik badan lalu kakakku terkejut melihatku membalikkan badan, aku lupa kakak tidak tahu aku bisa membaca pikiran orang.

“Apa?” kak Philips bertanya dengan bingung sambil menaikkan sebelah alisnya

Aku menghela nafas pelan lalu menggeleng “tidak” Jawabku dan berjalan cepat menuju ruang ganti untuk mengganti gaun lagi. Kali ini gaun berwarna merah dengan lengan panjang serta di tutupi dengan kain tipis putih dibagian dada. Setelah selesai aku keluar dari ruang ganti

"Bagaimana dengan ini?" Aku bertanya pada kakak sambil sesekali merapikan gaunku

"Ya bagus, kurasa beli keduanya tidak masalah”

Kakak ku mengalihkan pandangannya dan aku bisa melihat telinganya memerah karena tersipu ‘Aku bisa gila’

Batin kakakku. Aku merasa aneh dengannya, tapi aku tidak memikirkan itu lebih jauh. Setelah selesai memilih baju, kami berdua pulang kerumah. Dalam perjalanan kak Philips berkata.

“Jika kau merasa tidak nyaman dengan pria itu, kau bisa kembali kerumah"

Sambil mencengkram erat sabuk pengaman. Aku mengira aku salah dengar, tetapi ternyata dia memang berkata seperti itu. Aneh, aku tidak mengerti dengan sikapnya

Sesampainya dirumah, aku terkejut melihat mobil mewah didepan halaman. Sepertinya kak Philips juga tidak tahu ada seseorang yang datang.

Aku dan kakak masuk kedalam rumah. Disana ayah dan ibu sedang mengobrol dengan seseorang sambil tersenyum lebar serta kakak keduaku berdiri disamping mereka

"Ada apa ini?"

Tanya kak Philips terdiam sambil berdiri melihat situasi itu

"Duduk lah dulu Philips"

Ucap ayah pada kak Philips sambil menunjuk sofa disamping. Kemudian aku dan kak Philips duduk di sofa menyamping dengan orang itu

“Mengapa CEO Hyun datang kemari?" Tanya kak Philips penasaran.

Ada seorang laki-laki yang duduk tegap memakai jas hitam rapi dan memakai kacamata hitam dengan melipat kedua kakinya serta dua orang pengawal dibelakang nya dan sekretaris yang sangat cantik duduk disampingnya. Aku rasa dia orang penting yang dimaksud.

"Apakah aku tidak boleh kemari?"

Orang itu berbicara dengan dingin dan penuh aura mengintimidasi saat menjawab pertanyaan kakak Philips. Dia menatapku, kemudian membuka kacamata nya

"Ini orangnya?" dia bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya dan masih memegang kacamata di tangannya

"Ya tuan, bagaimana menurut anda?" jawab ayahku

Dia hanya mengangguk sambil melihat kearahku dengan seringai lebar

Dia memasang kembali kacamatanya. Kemudian beranjak pergi tanpa basa basi. Sambil berjalan keluar dia berkata

“Ingatlah pada akhir pekan aku akan menunggu kedatangan kalian”

Pria itu pergi tanpa berbalik. Aku hanya diam merasakan aura yang menekan darinya. Setelah pria itu pergi, ayah dan ibu berbicara dengan ramah padaku. Kak Philips kemudian berbisik.

“Dengar, jika suatu saat orang itu melukaimu aku tidak akan mengampuninya” ucap kak Philips berkata dengan tegas.

Aku menyorot mataku pada kakak. Lalu dia beranjak dari sofa dan pergi masuk kedalam kamar nya.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

3 like mendarat buatmu thor. semangat ya kak

2024-04-14

1

Jumli

Jumli

kak, kok orang tuanya jahat banget.
apa bukan anak kandung ya

2024-03-04

1

R Knight

R Knight

alur nya menarik

2024-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 (JSP chapter 1) Menderita
2 (JSP chapter 2) Memulai hari
3 (JSP chapter 3) Sosok misterius
4 (JSP chapter 4) Konflik
5 (JSP chapter 5) Konflik kedua
6 (JSP chapter 6) Perubahan
7 (JSP chapter 7) Dimulai
8 (JSP chapter 8) Sangat manis
9 (JSP chapter 9) Peristiwa
10 (JSP chapter 10) Romantis?
11 (JSP chapter 11) Problematika
12 (JSP chapter 12) Gangguan
13 (JSP chapter 13) Kenyataan
14 (JSP chapter 14) Kembali
15 (JSP chapter 15) OSIS
16 (JSP chapter 16) Sekolah
17 (JSP chapter 17) Perusahaan
18 (JSP chapter 18) Rencana
19 (JSP chapter 19) Permulaan
20 (JSP chapter 20) Bantuan
21 (JSP chapter 21) Penyusupan
22 (JSP chapter 22) Bukti
23 (JSP chapter 23) Lebih banyak bukti
24 (JSP chapter 24) Bertemu Ken
25 (JSP chapter 25) Perlawanan
26 (JSP chapter 26) Terbongkar
27 (JSP chapter 27) Terdesak
28 (JSP chapter 28) Penculikan
29 (JSP chapter 29) Membawa kembali
30 (JSP chapter 30) Persidangan
31 (JSP chapter 31) Perpisahan senior
32 (JSP chapter 32) Season 1 selesai
33 (JSP chapter 33) Masa lalu Hazel
34 (JSP chapter 34) Bertemu keluarga Eric
35 (JSP chapter 35) Masa lalu Elena
36 (JSP chapter 36) Dilarang melukis
37 (JSP chapter 37) Viviana
38 (JSP chapter 38) Philips atau Hyun?
39 (JSP chapter 39) Jebakan Viviana
40 (JSP chapter 40) Ken diculik
41 (JSP chapter 41) Penyelamatan Ken
42 (JSP chapter 42) Serangan balik
43 (JSP chapter 43) Mundur
44 (JSP chapter 44) Memutuskan pertunangan
45 (JSP chapter 45) Masa lalu Philips
46 (JSP chapter 46) Viviana dan Hyun
47 (JSP chapter 47) Ditolak
48 (JSP chapter 48) Identitas orang tua Hazel
49 (JSP chapter 49) Masa lalu
50 (JSP chapter 50) Masa lalu (2)
51 (JSP chapter 51) Masa lalu (3)
52 (JSP chapter 52) Tamat
Episodes

Updated 52 Episodes

1
(JSP chapter 1) Menderita
2
(JSP chapter 2) Memulai hari
3
(JSP chapter 3) Sosok misterius
4
(JSP chapter 4) Konflik
5
(JSP chapter 5) Konflik kedua
6
(JSP chapter 6) Perubahan
7
(JSP chapter 7) Dimulai
8
(JSP chapter 8) Sangat manis
9
(JSP chapter 9) Peristiwa
10
(JSP chapter 10) Romantis?
11
(JSP chapter 11) Problematika
12
(JSP chapter 12) Gangguan
13
(JSP chapter 13) Kenyataan
14
(JSP chapter 14) Kembali
15
(JSP chapter 15) OSIS
16
(JSP chapter 16) Sekolah
17
(JSP chapter 17) Perusahaan
18
(JSP chapter 18) Rencana
19
(JSP chapter 19) Permulaan
20
(JSP chapter 20) Bantuan
21
(JSP chapter 21) Penyusupan
22
(JSP chapter 22) Bukti
23
(JSP chapter 23) Lebih banyak bukti
24
(JSP chapter 24) Bertemu Ken
25
(JSP chapter 25) Perlawanan
26
(JSP chapter 26) Terbongkar
27
(JSP chapter 27) Terdesak
28
(JSP chapter 28) Penculikan
29
(JSP chapter 29) Membawa kembali
30
(JSP chapter 30) Persidangan
31
(JSP chapter 31) Perpisahan senior
32
(JSP chapter 32) Season 1 selesai
33
(JSP chapter 33) Masa lalu Hazel
34
(JSP chapter 34) Bertemu keluarga Eric
35
(JSP chapter 35) Masa lalu Elena
36
(JSP chapter 36) Dilarang melukis
37
(JSP chapter 37) Viviana
38
(JSP chapter 38) Philips atau Hyun?
39
(JSP chapter 39) Jebakan Viviana
40
(JSP chapter 40) Ken diculik
41
(JSP chapter 41) Penyelamatan Ken
42
(JSP chapter 42) Serangan balik
43
(JSP chapter 43) Mundur
44
(JSP chapter 44) Memutuskan pertunangan
45
(JSP chapter 45) Masa lalu Philips
46
(JSP chapter 46) Viviana dan Hyun
47
(JSP chapter 47) Ditolak
48
(JSP chapter 48) Identitas orang tua Hazel
49
(JSP chapter 49) Masa lalu
50
(JSP chapter 50) Masa lalu (2)
51
(JSP chapter 51) Masa lalu (3)
52
(JSP chapter 52) Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!