(JSP chapter 7) Dimulai

Setelah beberapa saat kemudian aku dan kak Philips tiba di rumah, aku keluar dari mobil sementara kakakku memarkirkan mobilnya. Tiba-tiba saja ibuku keluar dan meneriaki ku

“Jalang, darimana saja kau?”

Katanya berteriak dengan nada tinggi dan mencengkram kerah bajuku. Kakakku yang melihat itu kemudian berusaha menenangkan ibuku dan memberitahunya bahwa aku bersamanya. Ibu kemudian menatap tajam kearahku sebelum melepaskan cengkramannya seolah tidak berani dengan kakakku.

Ibuku hanya diam lalu dia masuk ke dalam rumah. Kemudian aku menatap kakakku sejenak setelah itu aku masuk lebih dulu dan kakakku menyusul dari belakang. Tanpa basa-basi, aku masuk ke dalam kamar tidurku untuk pergi mandi dan meletakkan barang-barang ku.

Namun saat aku selesai mandi , ‘hantu ‘ itu muncul lagi. Aku sedang duduk di tepi kasur dan ‘hantu’ itu tiba-tiba duduk dibelakangku. Nafasnya yang dingin terasa begitu menyengat dileherku. Entah kenapa dia begitu dekat denganku. Aku hanya diam dan tidak bergerak sedikit pun lalu mulai bicara

“Ada apa?” kataku dengan nada pelan dan berusaha untuk tetap tenang walaupun aku tidak tahu apa niat ‘hantu’ ini

“Memastikan“

Katanya dengan suara yang tenang dan dalam sambil berbisik ditelinga ku karna dia begitu dekat denganku. Aku bingung, apa yang sebenarnya Dia pastikan? Lalu aku teringat bahwa dia pernah memperingatkanku untuk memilih jalan yang lain saat aku dalam perjalanan pulang dengan kakakku.

Ternyata Dia memastikan keselamatan ku, dan saat itu aku sadar bahwa ‘hantu’ ini tidak berniat buruk sedikitpun. Dia sangat dekat sampai rasanya aku ingin pindah.

“Apa kau punya nama?” tanya ku memberanikan diri untuk mengetahuinya lebih jauh

“Gyuu”

Katanya dengan nada yang dalam. Dia masih sangat dekat denganku. Aku kemudian mulai merasakan dia perlahan mencondongkan kepalanya dan mulai menoleh kearahku. Nafasnya terasa dingin di pipiku. Dia mengendus beberapa kali sebelum dia menghilang

Setelah dia menghilang, aku tak merasakan aura dinginnya lagi. Aku kemudian menoleh perlahan, dan memang benar dia sudah menghilang. Aku lalu duduk disana selama beberapa saat mencoba memproses semua yang terjadi dan aku masih bingung kenapa dia datang tiba-tiba.

Ketika hari sudah malam, Setelah selesai mandi aku langsung membantu ibuku untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi ibuku tiba-tiba melarangku untuk melakukan pekerjaan rumah. Dia seolah ingin menjagaku dan memperlakukanku dengan baik setelah perjodohanku waktu itu.

Aku melihat kak Philips tampak tenang, karna ibuku sudah tidak terlalu kasar. Bahkan ayahku hanya diam menatapku tanpa berkata apapun. Sementara kakak keduaku, Ken terlihat kesal sambil melipat tangannya di bawah dadanya. Dia seolah tidak terima aku diperlakukan begitu lembut dari sebelumnya meski itu hanya akting.

Saat aku menaiki tangga ingin masuk ke kamar tidurku untuk beristirahat, kak Ken tiba-tiba datang dari belakang dan menarik tanganku kemudian menjepitku ke dinding. Dia mencengkram daguku dan melototi ku

“Jangan senang dulu. Aku akan membuatmu menderita”

Ucapnya dengan pelan dan berbisik agar hanya aku yang dapat mendengarkan perkataannya. Aku kemudian menatap kak Ken beberapa saat sebelum menyeringai seolah mengejek kak Ken

“Benarkah? Aku akan menunggu” kataku dengan nada santai dan tidak terintimidasi oleh tatapan kak Ken padaku.

Kak Ken semakin emosi, dan urat syaraf dikepalanya terlihat. Sudah jelas bahwa tingkat kekesalannya tidak bisa di tahan lagi. Dia kemudian mengeluarkan tangan nya yang satunya dimana dia sudah memegang pisau kecil lalu mengarahkannya padaku.

“Menunggu ya?” katanya sambil menyeringai licik dan menodongkan pisau kecil nya di leher ku

“Jangan sombong. Kau bisa saja mati sekarang” ucapnya sambil berbisik ditelingaku dan mencengkram daguku lebih erat

Aku sempat terkejut menggenggam erat tangan kak Ken untuk membuat seolah-olah dia yang ingin membunuhku.

Aku sengaja menodongkan pisau lebih dekat ke leherku hingga tergores sedikit lalu aku berteriak sekeras mungkin sambil menangis.

Kak Ken yang melihat itu hanya terdiam sambil menatap ku dengan terkejut. Tidak lama setelah itu, ayah dan ibu datang bersamaan dengan kak Philips.

“Apa yang kau lakukan?” ucap ayah pada kak Ken sambil menamparnya dengan keras

“Dia berharga bagi keluarga kita. Jangan lupa itu” Ibuku menegur kak Ken sambil menunjuknya dengan kasar

Sementara kak Philips hanya diam menatap kak Ken dengan ekspresi dingin sambil merangkul pundak ku seolah ingin mengamankan ku dari kak Ken.

“Kau dikurung, sampai besok. Kau tidak akan mendapatkan makanan” ucap ayah pada kak Ken sebagai hukumannya karena menggangguku.

Kak Ken menatapku dengan kesal dan menggertakkan giginya. Sementara aku hanya memandangi kak Ken dengan puas ketika dia ketahuan dikurung dalam kamar seharian besok.

Kak Philips hanya menatapku dengan khawatir sambil menyentuh leherku yang tergores sedikit. Kak Philips langsung menyuruhku untuk masuk ke dalam kamar dan mengoleskan obat padaku

“Aku tidak bisa membiarkanmu lebih lama disini”

Ucap nya tiba-tiba sambil mengoleskan obat dileherku. Aku yang mendengarnya hanya terkejut dan tetap diam tanpa menjawab kak Philips

“Kau harus ikut denganku ke apartemen pribadiku”

Katanya setelah selesai menempelkan perban luka dileherku. Tangannya gemetar dan dia menggertakkan giginya seolah kesal dengan kak Ken. Dia tampak lebih khawatir daripada sebelumnya

“Kau yakin ibu dan ayah akan setuju?” kataku menatap kakak Philips dengan serius

Kak Philips berpikir sejenak sebelum menghela nafas “kau tidak perlu memikirkannya. Biar aku yang mengurus”

Ucap nya dengan santai seolah tak ingin aku memikirkannya lebih jauh. Dia berdiri setelah itu dan keluar dari kamar tidurku. Aku hanya mengernyitkan alis ku sebelum aku berbaring dikasur dan menatap langit-langit kamar ku sebelum aku perlahan tertidur.

Keesokan harinya ketika aku baru saja tiba disekolah, Zen berlari menghampiri ku dengan terburu-buru.

“Tunggu Hazel. Aku ingin berbicara dengan mu”

Katanya dengan nada suara bergetar dan wajahnya nampak sedih, dia seolah berharap aku akan mendengarkannya. Tapi sayangnya aku hanya diam sambil terus berjalan tanpa menghiraukannya. Namun Zen terus memegang tanganku lalu aku mencengkram tangannya dan berkata dengan nada yang kasar sambil memelototi matanya

“Ingat ini baik-baik. Jangan pernah muncul dihadapan ku lagi” Aku menatap Zen dengan serius dan mengernyitkan alis ku sebelum melepaskan tangannya dengan kasar.

Zen yang melihat itu hanya terkejut dan terdiam selama beberapa detik sebelum dia mengeluh

“Kenapa kau tidak mau mendengarkan ku?” katanya dan perlahan menitikkan air mata.

Aku yang melihat itu semakin kesal, lalu mencengkram dagu nya dengan erat sambil mendorongnya ke dinding.

“Kenapa aku harus peduli?” kataku dengan nada kasar sambil menyeringai licik kepada Zen

“Dan hentikan drama air mata mu itu” ucap ku dengan kasar sambil melepaskan dagunya dengan kasar.

Zen kemudian memegang kedua pundakku dengan lembut lalu berbicara dengan putus asa.

“Apa maksudmu kau sudah tahu aku berpacaran dengan Elena?” tanyanya sambil melihatku dengan penuh rasa bersalah

“Kau masih bertanya? Apa otak mu itu bodoh?” aku menusuk kepalanya dengan kasar

“Dengar tidak tahu kau mengetahui itu darimana” ucap Zen terlihat putus asa dan membiarkanku menusuk kepalanya dengan telunjuk ku secara kasar.

“Aku melihatmu dengan Elena didekat loker”

Zen yang mendengar itu terkejut lalu mundur selangkah. Dia kemudian berpikir sejenak seolah mencari alasan agar aku tidak marah padanya

“Dengarkan aku. Aku dihasut Elena waktu itu. Sekarang aku sudah tahu sifat aslinya”

Katanya dengan nada sedih dan masih terlihat putus asa sambil menggenggam kedua tanganku mencoba meyakinkanku. Tapi aku tidak peduli dan melepaskan genggaman tangannya dariku.

Aku kemudian berbalik, dan pergi menjauh darinya. Namun Zen masih mengikutiku dan berusaha menjelaskan kepadaku. Sampai Hana datang menghalangi Zen

“Cukup” ucap Hana dengan nada tegas sambil menghalangi didepan Zen dan mendorongnya menjauh

“Kau benar-benar laki-laki yang tidak tahu diri. Sungguh memalukan“

Ucap nya sambil mengernyitkan alisnya dan menatap Zen dengan dingin. Lalu Hana mengajakku ke kelas bersama meninggalkan Zen sendirian.

Saat memasuki kelas bersama Hana, kami terhenti menatap kursi kami dengan kaget. Disana penuh dengan paku, dan kami tahu siapa yang melakukannya. Aku kemudian berbalik dan menatap sekeliling, lalu melihat Elena duduk bersama temannya sambil menyeringai. Aku mengernyit, lalu membuang semua paku itu

Setelah selesai, aku kemudian duduk berdua dengan Hana dikursi dan bel masuk kelas berbunyi tidak lama setelah itu. Pelajaran berlangsung selama tiga jam sebelum bel istirahat berbunyi.

Aku melihat Elena menghampiriku dan Hana bersama teman-temannya setelah guru dan para murid lain keluar dari kelas. Dia menatapku dan menyeringai licik seolah merencanakan sesuatu yang jahat.

Tapi dia melewati kami begitu saja. Namun aku merasakan bahwa dia akan melakukan sesuatu.

“Sebaik nya kita berhati-hati” ucap Hana kepadaku dengan serius. Aku hanya mengangguk sambil berdiri dan mengajak Hana ke kantin

Di kantin, aku dan Hana bertemu dengan Mike. Dia melambai dan tersenyum lebar kepada kami seperti orang konyol. Kami kemudian menghampirinya dengan kebingungan.

“Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Hana kepada Mike. Sementara Mike hanya menyeringai tipis sembari memangku dagu nya di punggung tangannya

“Hm, hanya mencoba ramah” katanya sambil memandangi Hana lalu menatapku

“Kalian harus merencanakan sesuatu untuk menghadapi Elena”

Katanya secara tiba-tiba. Aku yang mendengarnya pun terkejut, Kenapa dia tiba-tiba malah membahas Elena?

“Menurutmu dia akan melakukan sesuatu?” tanya Hana dan perlahan duduk didepan Mike dan aku mengikutinya

“Ya dia sudah mencoba untuk mencelakai kalian beberapa kali bukan?” kata Mike dengan yakin. Aku dan Hana saling memandang, karena apa yang dikatakannya itu benar. Setelah itu dia tidak berbicara lagi, dan sibuk memakan makanannya

Setelah beberapa menit kami di kantin, barulah kami menyadari Elena tidak ada disana. Kami mulai mencurigai Elena. Setelah beberapa saat kami makan, kami kemudian berusaha mencari keberadaan Elena.

Sampai aku merasakan ada tangan yang menutupi hidungku. Kami berdua kemudian pingsan dan ketika sadar kami sudah berada di gudang sekolah dengan keadaan kedua tangan kami diikat dengan tali

Kami terkejut disana Elena bersandar didinding bersama dua orang teman nya berdiri disampingnya.

“Aku terkesan kau melihatnya lebih dulu sebelum mendudukinya” ucap nya dengan nada sombong mengungkit paku yang sebelumnya dia letakkan dikursiku

“Aku pikir kau akan langsung mendudukinya. Sayang sekali” ucap nya sambil terkekeh geli bersama temannya

“Lain kali aku akan menancapkan paku itu dibokongmu” ucap Hana dengan serius sambil menatap Elena dengan tajam

“Oh benarkah?”

Elena mendekatkan wajahnya dan menjambak rambut Hana. Hana merintih kesakitan dan melepaskan tangannya dari tali dan menahan tangan Elena. Elena terkejut namun tidak melonggarkan cengkraman nya.

“Lumayan,”

Ucap Elena dengan nada mengejek sambil menyeringai. Dan dua temannya yang lain hanya menonton dibelakang Elena. Aku memanfaatkan kesempatan itu, untuk melepaskan tali yang ada ditangan ku. Aku dengan cepat mendorong Elena menjauh dari Hana. Temannya terkejut, dan tidak sempat bereaksi, Hana menghalangi kedua temannya.

“Oh si kecil mulai merengek kelihatannya?” ucapku dengan nada mengejek sambil menahan tangannya menggantikan Hana

“Kau akan menyesali ini”

Ucap Elena dengan tatapan tajam sementara aku hanya diam lalu menghempaskan tubuhnya ke lantai dengan kasar. Saat itu, aku melihat alat perekam suara kecil terjatuh dari sakunya Elena tanpa dia sadari. Aku kemudian mengambilnya diam-diam dengan kakiku dan berdiri.

“Kurasa kau yang akan menyesal” kataku sambil menatap Elena tanpa ekspresi, kemudian kami pergi meninggalkan Elena dan temannya

Aku kemudian pergi ke kelas bersama Hana. Saat di dalam perjalanan Zen menghampiriku lagi, dia menatapku dengan rasa bersalah tapi dia juga mencoba untuk berbicara. Aku seolah menganggapnya tidak ada dan berlalu melewatinya begitu saja.

Aku hanya mengabaikan Zen dan terus berjalan bersama Hana menuju kelasku. Tidak lama kemudian bel masuk kelas berbunyi. Kami tiba lebih dulu daripada Elena dan temannya. Setelah kejadian tadi Elena bahkan tidak kesal sedikitpun. Sebaliknya dia terlihat senang. Namun aku hanya mendiamkannya saja dan tidak lama setelah itu guru pun masuk

Ketika guru masuk dan mencoba menjelaskan materi apa yang akan dipelajari berikutnya, Elena tiba-tiba berdiri dan dia seolah mengadukan apa yang kulakukan padanya sebelumnya

Aku melihat Hana terkejut dan matanya melebar sambil menatap Elena. Namun aku tetap tenang.

“Aku punya bukti nya” ucap Elena dengan percaya diri sambil menyeringai licik kearahku dan Hana. Teman sekelas yang mendengar mulai berbisik-bisik

Aku kemudian melirik Elena lagi saat dia berteriak seperti itu dan aku melihat dia berusaha mencari sesuatu di dalam saku nya, namun tidak ketemu. Elena mulai panik dan melihat teman-temannya. Namun tampaknya teman-temannya juga tidak tahu apapun. Elena hanya berdiri diam disana dengan panik

Elena kemudian mulai berteriak dan dia menatap ke arahku sambil menuduhku

“Kau yang mengambilnya kan?” kata Elena sambil berteriak lalu menghampiri kami

Elena mulai mencengkram kerah bajuku dan guru di depan terlihat panik saat Elena melakukan itu. Guru pun menghentikan Elena dan memarahinya

“Cukup. Duduk ditempatmu” Dia memelototi Elena. Elena hanya bisa tertunduk dan menggertakkan giginya sementara teman sekelas menertawakannya

Masalah itu kemudian selesai sampai disitu. Lalu setelah pulang sekolah, Hana mengajakku kesuatu tempat yang sepi. Dia mulai menanyakan apa yang terjadi sebelumnya.

“Kenapa Elena berteriak begitu? Kita akan tamat saat itu juga” katanya menatapku dengan kaget dan penasaran

“Dia merekam percakapan kita” kataku dengan santai lalu menunjukkan alat perekam suara yang sangat kecil itu.

“Aku tidak menyangka kau akan menyadarinya” ucap Hana sambil menyeringai lebar dan menepuk pundakku beberapa kali

“Ya” kataku sambil menginjak alat perekam suara itu untuk menghilangkan jejaknya

Seperti biasanya aku melihat Zen dan kak Philips di depan pagar sekolah. Zen menyadari bahwa aku sudah keluar dari kelas dan dia melambai ke arahku namun aku hanya mengabaikannya sementara aku melihat ke arah kak Philips.

Di satu sisi aku melihat Elena berjalan menghampiri Zen. Dan aku mengira mungkin mereka belum putus semenjak saat itu. Tetapi teriakan Zen tiba-tiba membuatku sangat terkejut

“Kenapa kau menghampiriku lagi bukankah hubungan kita sudah berakhir?” teriak Zen dihadapan Elena sementara Elena yang mendengarnya hanya menatap Zen dengan mata terbelalak karena terkejut dan juga tidak percaya bahwa Zen akan mengatakan itu padanya.

“Tapi aku tidak ingin putus denganmu dan aku tidak akan pernah memutuskan hubungan denganmu” ucap Elena dengan nada tegas dan seolah memaksa Zen agar tetap berhubungan dengannya

“Aku tidak peduli mulai sekarang hubungan kita sudah berakhir”

Ucap Zen dengan tegas di hadapan Elena yang membuatku terkejut. Tetapi kemudian aku kembali tenang dan mengabaikan mereka berdua karena aku memilih untuk menghampiri kak Philips.

Saat aku masuk ke dalam mobil kak Philips aku masih melihat Elena dan Zen masih berdebat di luar. Kak Philips menyadari hal itu kemudian dia melirik ku lalu melirik ke arah Elena dan Zen yang sedang berdebat

“Kau mengenal mereka?” tanya kak Philips penasaran sambil melirik ke arahku Dan Dia memegang setirnya

Aku kemudian mengalihkan pandanganku kearah kak Philips setelah dia bertanya seperti itu. Aku hanya mengangguk kearah kak Philips

“Ya. Dia yang menggangguku. Wanita itu” ucapku dengan nada santai sambil melirik Elena. Kakakku yang mendengar itu melebarkan matanya karena terkejut dan mencengkram setir mobilnya seolah kesal dengan Elena

“Apa kau ingin aku buat bangkrut keluarganya?” ucap kak Philips kesal sambil menggertakkan giginya.

“Tidak perlu" kataku dengan santai sambil mengalihkan pandangan ku kearah Elena dan mengepalkan tanganku

Kak Philips yang melihat hal itu tiba-tiba memegang tanganku untuk menenangkanku. Aku kemudian menoleh dan terlihat sedikit terkejut karena kak Philips memegang tanganku. Kak Philips menyadari itu, kemudian melepaskan tangannya dan menatap ke jalanan lalu mulai menyalakan mobil.

Terpopuler

Comments

R Knight

R Knight

panjang banget coook

2024-03-03

0

manzanita_w 🍏🍎🍏

manzanita_w 🍏🍎🍏

Thor, ini bikin penasaran banget! Jangan hentikan ya~

2024-01-28

1

lihat semua
Episodes
1 (JSP chapter 1) Menderita
2 (JSP chapter 2) Memulai hari
3 (JSP chapter 3) Sosok misterius
4 (JSP chapter 4) Konflik
5 (JSP chapter 5) Konflik kedua
6 (JSP chapter 6) Perubahan
7 (JSP chapter 7) Dimulai
8 (JSP chapter 8) Sangat manis
9 (JSP chapter 9) Peristiwa
10 (JSP chapter 10) Romantis?
11 (JSP chapter 11) Problematika
12 (JSP chapter 12) Gangguan
13 (JSP chapter 13) Kenyataan
14 (JSP chapter 14) Kembali
15 (JSP chapter 15) OSIS
16 (JSP chapter 16) Sekolah
17 (JSP chapter 17) Perusahaan
18 (JSP chapter 18) Rencana
19 (JSP chapter 19) Permulaan
20 (JSP chapter 20) Bantuan
21 (JSP chapter 21) Penyusupan
22 (JSP chapter 22) Bukti
23 (JSP chapter 23) Lebih banyak bukti
24 (JSP chapter 24) Bertemu Ken
25 (JSP chapter 25) Perlawanan
26 (JSP chapter 26) Terbongkar
27 (JSP chapter 27) Terdesak
28 (JSP chapter 28) Penculikan
29 (JSP chapter 29) Membawa kembali
30 (JSP chapter 30) Persidangan
31 (JSP chapter 31) Perpisahan senior
32 (JSP chapter 32) Season 1 selesai
33 (JSP chapter 33) Masa lalu Hazel
34 (JSP chapter 34) Bertemu keluarga Eric
35 (JSP chapter 35) Masa lalu Elena
36 (JSP chapter 36) Dilarang melukis
37 (JSP chapter 37) Viviana
38 (JSP chapter 38) Philips atau Hyun?
39 (JSP chapter 39) Jebakan Viviana
40 (JSP chapter 40) Ken diculik
41 (JSP chapter 41) Penyelamatan Ken
42 (JSP chapter 42) Serangan balik
43 (JSP chapter 43) Mundur
44 (JSP chapter 44) Memutuskan pertunangan
45 (JSP chapter 45) Masa lalu Philips
46 (JSP chapter 46) Viviana dan Hyun
47 (JSP chapter 47) Ditolak
48 (JSP chapter 48) Identitas orang tua Hazel
49 (JSP chapter 49) Masa lalu
50 (JSP chapter 50) Masa lalu (2)
51 (JSP chapter 51) Masa lalu (3)
52 (JSP chapter 52) Tamat
Episodes

Updated 52 Episodes

1
(JSP chapter 1) Menderita
2
(JSP chapter 2) Memulai hari
3
(JSP chapter 3) Sosok misterius
4
(JSP chapter 4) Konflik
5
(JSP chapter 5) Konflik kedua
6
(JSP chapter 6) Perubahan
7
(JSP chapter 7) Dimulai
8
(JSP chapter 8) Sangat manis
9
(JSP chapter 9) Peristiwa
10
(JSP chapter 10) Romantis?
11
(JSP chapter 11) Problematika
12
(JSP chapter 12) Gangguan
13
(JSP chapter 13) Kenyataan
14
(JSP chapter 14) Kembali
15
(JSP chapter 15) OSIS
16
(JSP chapter 16) Sekolah
17
(JSP chapter 17) Perusahaan
18
(JSP chapter 18) Rencana
19
(JSP chapter 19) Permulaan
20
(JSP chapter 20) Bantuan
21
(JSP chapter 21) Penyusupan
22
(JSP chapter 22) Bukti
23
(JSP chapter 23) Lebih banyak bukti
24
(JSP chapter 24) Bertemu Ken
25
(JSP chapter 25) Perlawanan
26
(JSP chapter 26) Terbongkar
27
(JSP chapter 27) Terdesak
28
(JSP chapter 28) Penculikan
29
(JSP chapter 29) Membawa kembali
30
(JSP chapter 30) Persidangan
31
(JSP chapter 31) Perpisahan senior
32
(JSP chapter 32) Season 1 selesai
33
(JSP chapter 33) Masa lalu Hazel
34
(JSP chapter 34) Bertemu keluarga Eric
35
(JSP chapter 35) Masa lalu Elena
36
(JSP chapter 36) Dilarang melukis
37
(JSP chapter 37) Viviana
38
(JSP chapter 38) Philips atau Hyun?
39
(JSP chapter 39) Jebakan Viviana
40
(JSP chapter 40) Ken diculik
41
(JSP chapter 41) Penyelamatan Ken
42
(JSP chapter 42) Serangan balik
43
(JSP chapter 43) Mundur
44
(JSP chapter 44) Memutuskan pertunangan
45
(JSP chapter 45) Masa lalu Philips
46
(JSP chapter 46) Viviana dan Hyun
47
(JSP chapter 47) Ditolak
48
(JSP chapter 48) Identitas orang tua Hazel
49
(JSP chapter 49) Masa lalu
50
(JSP chapter 50) Masa lalu (2)
51
(JSP chapter 51) Masa lalu (3)
52
(JSP chapter 52) Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!