Bel pulang sekolah berbunyi dan ketika aku ingin menjelaskannya kepada Hana, Elena dan temannya menghampiri kami.
“Kau ingin mencari masalah denganku?” Elena dan temannya hanya tertawa dan menatapku dengan tatapan merendahkan.
“Kau masih bersikap angkuh ketika aku sudah membawa temanku?” katanya dengan seringai sombong dan mengetuk jarinya dimejaku seolah dia menunggu sesuatu
“Itu tidak masalah untukku” aku menjawab tanpa rasa takut.
"Aku akan melihat apa kau bisa merebut anak-anak dikelas dan bisa menang dariku?” kata Elena masih dengan tatapan yang sombong dan seringai licik
“Cepat selesaikan ini”
Aku kemudian mencengkram kerah bajunya dan menjambak rambutnya. Temannya yang lain tentu saja membela Elena tapi Hana menghalangi mereka, dan menendang mereka dengan mudah. Aku terkejut ketika tahu bahwa Hana ahli beladiri.
Aku tidak melepaskan Elena dan terus mencengkram rambutnya dan tangannya sehingga dia tak bisa bergerak. Tapi bukan Elena jika tidak melawan. Dia kemudian mendorongku dengan kaki nya dan menindih tubuhku lalu mencekik leherku.
“Mati kau kali ini”
Elena melototi ku dan terdengar percaya diri. Aku mencengkram pergelangan tangan Elena dan menendang perutnya dengan lututku sehingga dia ambruk dan merintih. Hana masih mengurus teman Elena yang lain
“Sialan kau”
Ucap Elena dengan nada tinggi sambil menggertakkan giginya dan mulai menggila. Dia mendekat kearahku dan ingin menyerangku. Namun sebelum dia bisa menyentuhku, Mike tiba-tiba datang
“Dasar perempuan gila”
Ucap Mike tiba-tiba dengan santai menjepit leher Elena dari belakang dengan lengannya. Lalu Mike menoleh kearahku memintaku untuk pergi. Elena memberontak, membuat Mike mundur kebelakang tapi dia tetap merangkul lehernya.
“Jangan ikut campur!”
Elena menatap Mike dengan menggila dan dia terus memberontak. Tapi Mike memiliki fisik yang tangguh, dia tidak bergeming sama sekali. Aku kemudian menghampiri Hana dan menarik nya keluar dari sekolah.
“Elena benar-benar menggila” ucap Hana ketika kami sudah berada diluar gedung sekolah
“Dari awal, dia hanya ingin menjatuhkanku”
“Ya. Tidak masalah. Aku akan membantumu”
Kemudian aku melihat kak Philips lagi-lagi menjemputku dengan mobilnya. Hana menyadari itu, lalu dia langsung pamit padaku dan pergi sementara aku menghampiri kak Philips.
“Bagaimana sekolah-“ ucap kak Philips,yang belum selesai berbicara, tapi aku sudah masuk kedalam mobilnya tanpa basa basi. Kakakku yang melihat itu hanya menghela nafas nya dan masuk kedalam mobil juga dan mulai menyetir
Tampak hening didalam mobil karena kak Philips tidak berbicara sedikitpun. Tiba-tiba aku mendengar suara hatinya
‘Aku harus memberinya sesuatu’
Batinnya sambil menyetir mobil dan aku melihat dia mencengkram setir mobil dengan erat. Saat aku menoleh kearahnya, dia melirikku sedikit
“Ada apa?” ucapnya dengan nada datar sambil melihat kearah jalan lagi.
Aku hanya menggeleng dan melihat keluar jendela mobil sambil bersandar dikursi mobil. Tapi saat ditengah jalan, aku menyadari dia tidak membawaku pulang kerumah, tapi menuju ke perusahaannya. Aku pun terkejut lalu berbicara
“Kenapa-“ belum sempat aku berbicara, kak Philips memotong ucapanku
“Ya benar. Aku akan mengajakmu ke perusahaanku. Kau pasti bosan dirumah”
Aku memiringkan kepalaku sedikit dan menatapnya dengan bingung, lalu melihat kembali kejalanan. Kenapa dia ingin membawaku ke perusahaan?
Setelah dia memarkirkan mobilnya, aku keluar bersama dengan kak Philips. Tapi dia tidak berjalan lebih dulu, tapi dia menggenggam tanganku secara tiba-tiba. Perasaan ini, agak berbeda. Aku hanya kebingungan sambil menatapnya.
Kami berdua tiba didalam. Orang-orang memandangiku. Ini karena kak Philips tidak pernah membawaku ke sini. Lalu dia memandangi orang yang melihat kami, dengan tatapan sinis. Dia seolah menegur mereka agar jangan menatap kami.
Setelah menaiki lift menuju lantai atas, kak Philips membawaku ke kantornya. Orang-orang berfikir bahwa aku adalah tunangan kak Philips dan itu membuat wajahnya memerah tapi juga kesal.
“Dia adikku. Siapapun yang berbicara buruk, akan dipecat “
Suaranya menggema diseluruh kantor dan karyawannya yang mendengar itu ketakutan lalu melanjutkan pekerjaan mereka. Aku tidak menyangka dengan situasi sekarang. Dia lalu menarik tanganku masuk kedalam kantornya.
Setelah masuk, dia melepaskan jasnya dan duduk dikursi kantornya.
“Duduk saja disofa” kata kakakku dengan nada santai sambil menunjuk sofa yang ada disamping lemari dokumen.
“Jadi, kenapa tiba-tiba membawaku kemari?
Sejauh ini dia biasanya tidak peduli, tapi tiba-tiba dia bersikap baik padaku dan itu hal yang aneh. Aku tidak bisa membaca emosinya dan membaca pikirannya.
Setelah beberapa menit hening, tiba-tiba aku mendengar suara hatinya.
‘Apa yang harus kukatakan? Apakah aku harus mengatakan bahwa aku sebenarnya baik padanya? Atau haruskah aku mengatakan bahwa aku hanya ingin membantunya? Tidak itu takkan berhasil’
Dia tampak kebingungan sambil terus menatapku dan menggenggam kedua tangannya. Dia terlihat berfikir keras. Aku hanya duduk sambil memperhatikannya
“Aku hanya ingin tahu bagaimana sekolahmu” ucap kak Philips memotong keheningan setelah cukup lama dia terdiam. Aku yang mendengar itu menaikkan sebelah alisku, terlihat terkejut dan bingung disaat yang sama
“Sekolahku?” ucapku mengulangi perkataan kakakku dengan bingung lalu aku bersandar di sofa dan menghela nafas panjang.
“Baik-baik saja walau ada sedikit masalah” aku menambahkan dan hanya melihat kelantai. Kakakku yang mendengar itu memasang telinganya baik-baik dan terlihat penasaran.
“Masalah apa?” tanyanya dengan nada penasaran dan matanya terfokus padaku.
Aku menatapnya dan berpikir haruskah aku memberitahunya tentang masalahku dengan Elena? Aku hanya diam disana sambil berpikir beberapa kali. Lalu aku mendengar suara hatinya.
‘Kenapa dia diam? Apa masalahnya begitu serius?’
Dia tampak khawatir. Aku kemudian memutuskan untuk memberitahunya meski aku tidak tahu niatnya tapi instingku mengatakan bahwa tidak akan ada masalah jika aku memberitahunya.
“Ada seseorang yang menggangguku”
Aku kemudian menggeleng lalu tertawa kecil sambil mengangkat bahu seolah menyepelekan masalahku dengan Elena.
“Yah... itu tidak masalah, hanya masalah kecil.”
Kakakku yang mendengarnya tampak terkejut dan tidak menerima sikap ku yang tenang. Dia kemudian mengernyitkan alisnya lalu berdiri dari kursi kulitnya dan menghampiriku. Matanya menatapku dengan tegas
“Kau harus melakukan sesuatu”
Ucap kakakku dengan nada serius dan dalam. Dia masih mengernyitkan alisnya. Aku kemudian mendongak menatap kakakku dan menyadari bahwa dia tampak khawatir karena aku diganggu
“Aku tahu. Itulah sebabnya aku melawan”
Kataku dengan nada tegas sambil menatap kakakku. Kak Philips yang mendengar itu hanya diam beberapa saat lalu dia duduk disebelahku
“Melawan? Kau bisa beladiri?” Tanya kakakku dengan rasa ingin tahu. Dia salah paham tentang apa yang aku lakukan untuk menghadapi Elena
“Aku hanya melawan balik ketika dia menggangguku”
Kakakku tidak menerima kata-kata ku. Dia menggeleng dan memijat pangkal hidungnya.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengajarimu bela diri”
Aku terkesiap mendengar perkataan kak Philips. Membela diri? Apakah maksudnya berkelahi? Aku tidak mengerti mengapa dia ingin menolongku.
“Tunggu dulu, kau ingin aku berkelahi?”
Aku menatap kak Philips dengan mata terbelalak seolah tidak percaya bahwa kak Philips akan memperbolehkan ku berkelahi. Namun dia mengangguk dengan cepat tanpa ragu.
“Ya. Apa itu ide yang buruk?” Tanya kak Philips seolah mengira aku tak menyukai idenya. Aku kemudian menggeleng
“Itu tidak buruk”
“Itu bagus. Kalau begitu, setelah ini aku akan mengajakmu ke tempat latihan khusus bela diri” katanya dengan santai sambil berdiri dari sofa lalu mengambil jas kantornya
“Tunggu dulu. Kau tidak sibuk?”
Aku tidak mengerti. Dia tampak sangat bersemangat, daripada aku meskipun wajahnya masih datar
“Tidak. Ayo kita pergi”
Aku tahu bahwa dia adalah pemimpin perusahaan yang sibuk, aku tidak menyangka dia akan memberikan waktunya padaku. Aku hanya diam sambil mengikutinya dari belakang.
"Darimana kau kenal latihan organisasi itu?” tanya ku sambil menatap kakakku dengan heran. Kakakku melirikku dan tiba-tiba menggenggam tanganku
“Dia kenalanku” ucap nya dengan bangga sambil kembali melihat kedepan. Aku hanya mendengarkan tanpa banyak bicara lagi.
Aku kemudian keluar dari kantornya dan dia membatalkan semua rapatnya hanya untuk mengajakku latihan. Aku merasa aneh dengan sikapnya, dia tiba-tiba menjadi sangat baik.
Saat aku dijalan bersama kakakku didalam mobil, dia tampak sangat bersemangat meski pun dia tidak menunjukkannya. Sementara aku hanya melirik keluar jendela. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara hati kakak ku
‘Aku harap ini akan membantu’
Aku tidak mengira bahwa dia benar-benar tulus ingin membantu. Selama ini dia tidak pernah peduli. Apakah akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengacuhkan ku lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
ntap 1 vs everybody /Proud//Doge/
2024-03-22
0
R Knight
gampang banget ngeluarin kata "membunuh"
2024-03-03
0