Bangkitnya Tuan Muda Lumpuh
...⦆⦈⦇⦅...
“Kesepian ini bisa membunuhku secara perlahan.”
Laveron Mirabeth memandang sekitarnya yang sepi. Langit biru yang membentang sejauh mata memandang dan angin yang membelai rambut hitamnya.
Tempat ini bernama alam para dewa dan sudah menjadi tempat tinggalnya sejak Laveron terbunuh karena sihir dari seorang penyihir hitam bernama Destroy. Kini yang bisa dilakukannya hanyalah menikmati kesunyian yang ada.
“Laveron, apa kamu ingin hidup kembali?” Laveron menoleh ke arah seorang pria dengan rambut hitam dan mata emas yang mendekat ke arahnya.
Laveron mengerutkan kening dan menganggukkan kepalanya. “Tentu saja, Tuan Aabai. Bohong jika aku tidak ingin hidup kembali.”
Seorang wanita dengan mata kuning dan rambut biru yang tergerai indah mendekat ke arah Laveron dan langsung merangkul bahu sang pemuda.
“Bagus. Kami akan memberikannya kepadamu. Ini juga bentuk penebusan rasa bersalah kami kepadamu.”
Laveron menatap wanita di sampingnya, Ochid. Seorang dewi yang mengambil wujud sebagai anggrek biru untuk penyamarannya.
“Lalu dunia seperti apa itu? Aku yakin itu bukan dunia asalku.”
Aabai menganggukkan kepalanya dan menata Ochid. Wanita itu melepaskan rangkulannya dari Laveron dan menjentikkan jarinya. Manik navy Laveron menatap layar yang muncul di depannya dan pulau-pulau yang terapung di udara.
“Saat mencari solusi tentang reinkarnasi dirimu. Kami menemukan serpihan jiwamu di dunia ini, Laveron. Itu adalah serpihan asli jiwamu sebagai Caron.”
Laveron tersentak dan menatap Aabai. Apa itu mungkin? Sebelum menjadi Laveron Mirabeth, dirinya hanya manusia biasa dengan identitas sebagai Caron Ajerta.
Lalu kecelakaan itu terjadi di dunia asalnya, membuat dirinya transmigrasi ke dalam novel dan menjadi Laveron Mirabeth.
“Saat kamu transmigrasi untuk pertama kalinya, jiwamu terpecah menjadi dua. Beberapa bagian keluar dari tubuh barumu sebagai Laveron Mirabeth dan menuju dunia lain.”
Laveron kembali menatap dunia baru yang berisi pulau-pulau terapung itu. Pygena. Itulah dunia baru dimana serpihan jiwa aslinya berada. “Lalu apa yang terjadi jika aku tidak mengambil serpihan jiwa itu?”
Aabai menatap Ochid. “Kamu mungkin … tidak bisa lahir lagi sebagai manusia. Kamu akan menjadi hewan atau kupu-kupu yang terbang bebas di langit. Tanpa identitas, tetapi tetap membawa ingatan saat menjadi manusia.”
Laveron mengerutkan keningnya. Itu cukup mengerikan. Membawa ingatan sebagai manusia, tetapi terjebak di dalam tubuh hewan.
“Kalian hanya membuang-buang waktu.”
Laveron menoleh saat mendengar suara lain di belakangnya. Ochid dan Aabai hanya diam saat melihat pria dengan mata coklat terang dan rambut merah dengan ujung perak menatap tajam mereka.
“Singkat saja, Laveron. Kamu harus mengambil kesempatan ini. Kumpulkan kembali serpihan jiwamu, agar kekuatan di dalam dirimu tidak hilang.”
Ochid berdecak kesal dan memukul pelan bahu pria tersebut. “Jelaskan dengan baik, Grein. Sebagai dewa semesta kamu seharusnya paham dengan hubungan sebab-akibat waktu.”
Grein berdecak kesal dan kembali menatap Laveron. Bagaimana caranya menyampaikan hal rumit dan penuh sejarah itu kepada pemuda di depannya.
“Pertanyaanku hanya satu dan hal itu akan mewakili semuanya. Kamu bilang kamu bersedia untuk hidup kembali, bukan?”
Laveron menganggukkan kepalanya dan menatap senyum kecil di wajah Grein. “Baik, yang perlu kamu lakukan hanyalah menutup matamu dan serahkan semuanya kepada kami.”
“Hei! Tunggu dulu, Grein! Bukankah ada ritual pemurnian jiwa dulu?”
Grein berbalik menatap Orchid yang membawa beberapa anggrek biru bersama bulu emas di tangannya.
“Apa itu perlu?” Aabai menganggukkan kepalanya, sedangkan Laveron hanya diam menatap interaksi ketiga dewa di depannya.
Ochid mulai menggumamkan mantra yang tak Laveron ketahui dan setelah wanita itu selesai mengucapkannya, bulu-bulu emas itu beterbangan bersamaan dengan lingkaran sihir berwarna merah yang muncul di bawah Laveron.
Laveron mendongak dan memandang ketiga dewa yang saling beradu mantra di depannya. Manik kuning Ochid bertemu dengan manik navy Laveron. “Kami para dewa semesta, merestui jiwa di depan kami untuk memulai kehidupan barunya.”
“Kami mengizinkan dirinya membawa berkah ingatan sebagai bekal untuk memulai kehidupannya.”
Aabai menatap Laveron dan menggerakkan tangannya. “Selamat, Laveron. Perjuangkan kehidupan barumu dan jangan sampai kematian datang menjemputmu.”
...***...
Laveron mengerutkan keningnya saat samar-samar mendengar samar-samar suara di dekat telinganya. Pemuda itu dengan malas membuka mata dan menatap lampu gantung yang berkilau di atas kepalanya. Laveron langsung bangkit dan kaget menatap sekitarnya.
Inikah dunia baru itu? Batin Laveron menyapu pandangannya.
“Tuan Muda Caron? Anda baik-baik saja?” Laveron menoleh dengan cepat saat mendengar seseorang kembali memanggilnya dengan namanya yang lain.
“Siapa? Aku?”
Pria dengan mata perak dan setelan jas berwarna coklat itu mengerutkan keningnya dan menyentil pelan dahi Laveron yang langsung berteriak kaget.
“Jangan main-main, Tuan Muda. Anda harus hadir makan pagi bersama nona muda hari ini. Apa Anda lupa? Apa ini sandiwara baru Anda karena tidak ingin bertemu nona muda? Saya tidak terima apa pun alasan Anda!”
Laveron menatap malas pria yang mengoceh di sampingnya. Pemuda itu mengerutkan keningnya saat tak bisa menggerakkan kakinya. Laveron segera menyibak selimutnya dan menatap kakinya yang baik-baik saja.
“Hei, kenapa kakiku tidak bisa digerakkan?” Pria dengan mata perak di samping Laveron mengerutkan keningnya.
Apa Tuan Muda amnesia? Apa terkena lemparan telur di kepala bisa membuat seseorang amnesia? Batin pria itu menghela nafas dan menarik kursi roda di sisi lain tempat tidur Laveron.
“Anda kecelakaan empat tahun yang lalu, Tuan Muda. Sejak saat itu kaki Anda lumpuh dan kekuatan Anda hilang. Anda berhenti memimpin perusahaan dan nona muda menggantikan Anda dan nama saya Veistar. Apa penjelasan saya sudah menghilangkan tanda tanya di kepala Anda?”
Pria yang cepat tanggap. Mari kita cari informasi lebih lanjut. Batin Laveron menganggukkan kepalanya dan segera menggeser tubuhnya ke kursi roda yang sudah disiapkan Veistar.
“Jadi, tahun berapa saat ini? Umurku?” Veistar tersenyum hambar dan menarik nafasnya panjang.
“Sekarang kita berada di tahun 2050 dan umur Anda 24 tahun. Apa Anda benar-benar amnesia, Tuan Muda? Hanya karena kepala Anda terkena lemparan telur?”
Laveron menoleh ke arah Veistar yang menatapnya penuh tanya. Alasan yang konyol memang, tapi dirinya tak punya pilihan lain. Amnesia adalah alibi terbaik dirinya sambil mengumpulkan informasi.
Laveron menganggukkan kepalanya, sedangkan Veistar menghela nafas dan membantu Laveron untuk mempersiapkan kebutuhan paginya.
Pemuda yang Laveron ketahui bertugas sebagai sekretaris dan pelayannya itu meninggalkan pakaian yang akan dirinya gunakan di dekat pintu.
Laveron menatap kursi rodanya yang otomatis bergerak dan menyesuaikan diri saat terkena air. Kursi roda itu mulai terpisah menjadi beberapa bagian dan menyisakan tempat yang menjadi tempat duduk Laveron. Laveron menatap pantulan dirinya dari cermin yang berada tak jauh darinya.
Fisik yang sama, mata navy yang bersinar terang dan juga rambut hitam legamnya. Laveron juga ingat dari kalimat Veistar bahwa dirinya punya kekuatan yang kembali tidak aktif semenjak kakinya lumpuh.
Laveron berusaha menggali ingatannya dan menemukan petunjuk lainnya. Sayangnya, satu-satunya hal yang bisa diingat hanyalah namanya.
“Jadi namaku tetap Caron di dunia ini? Caron Ajerta Lacrymos?” Laveron tertawa kecil menatap bayang dirinya.
Pemuda itu mengepalkan tangannya dan mengibaskan rambutnya yang basah oleh air. “Saatnya menjelajahi dunia baru!”
...⦆⦈⦇⦅...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments