Misteri Kematian yang tidak wajar
"Ibu bagaimana keadaan ayah bu," ucap ku.
Aku tidak bisa menahan air mata ku saat melihat ayah yang terbaring kaku hingga lemas di tempat tidur.
"Kita harus bawa ayah secepat nya kerumah sakit Nak." Ibu mencoba untuk tegar meski rapuh hati nya, demi tetap terlihat kuat di depan anak anak nya.
"Apa ayah mau Bu, kerumah sakit?" Tanya ku. Karna sebenarnya ayah tidak mau ke rumah sakit, dia yakin kalau penyakitnya itu murni karna guna guna.
Kami pun terus membujuk nya, walapun kami tau ini penyakit campur tangan manusia, kami tetap ingin ayah di bawa ke rumah sakit karna ayah sudah sangat lemas.
Setelah kami berhasil membujuk ayah. Kami pun berangkat ke rumah sakit melalui rujukan setempat dan alhamdulillah, untuk biaya nya gratis karna ada Bpjs.
Sesampai nya di rumah sakit. Kami langsung memberikan berkas kepada mereka, mereka pun langsung bertindak lanjuti.
Ayah pun di infus karna tubuh nya sangat lemas.
"Kenapa baru bawa sekarang, setelah bapak ini kehabisan cairan di dalam tubuhnya?" Ucap Bu Doktor di samping ku.
"Kami sudah rawat jalan, Bu," ucap ibu berbohong, padahal hanya periksa saja.
"Kita harus bertindak, untuk pemeriksaan lebih lanjut lagi." Ucap Bu Dokter lagi.
...........
Tiga hari kemudian Dokter memeriksa keadaan ayah lebih serius lagi.
Setelah selesai kami pun menemui Bu Dokter, untuk menanyakan penyakit apa yang Ayah derita.
"Bu Dokter, bagaimana kondisi suami Saya, penyakit apa yang menyerang tubuhnya?"tanya ibu dengan rasa khawatir.
"Kita harus melakukan operasi secepat nya, bapak menderita penyakit Hernia dan Disantri yaitu, jaringan penghubung perut yang bapak miliki rusak dan hancur, dan buah za*ar nya ikut turun hingga kepangkal paha, kita tidak boleh menunggu lebih lama lagi Bu," ucap Bu Dokter lirih.
"Apa!" hancur, Ya Allah, begini saja Dok.
Kami serahkan semua pada Bu Dokter, mana baik nya kami terima, untuk biaya operasi nya berapa Dok?" tanya Ibu lirih.
"Biaya operasinya gratis, dikarenakan adanya bpjs. Tapi, untuk jaring penghubung perut harus di beli secara terpisah, harganya 2 juta," jelas nya.
........
Setelah operasi, Ayah semakin kesakitan, semua yang menempel di bagian tubuhnya di tarik, dia pun sudah tidak bisa berbicara lagi, sungguh malang nasibnya.
Dia hanya dapat mengeliat kesana kemari seperti cacing ke panasan, Aku yang melihatnya tidak dapat menahan tangis terasa sesak di ulu hati, hancur hatiku melihat pemandangan seperti ini.
Tiga hari kemudian tepat di Tanggal 19/2/2012.... Ayah menghembuskan nafas terakhir.
***
Jadi 2 tahun yang lalu.....
Ayah bekerja sebagai seorang montir di bengkel nya sendiri, dia memiliki 2 karyawan yang bertugas untuk membantunya dalam memperbaiki motor yang rusak, dia sangat mahir dalam memperbaiki motor yang rusak, selain itu di tempat Ayah ongkos nya termasuk murah jadi banyak pelanggan yang setia di sana.
Sudah jalan tujuh belas tahun Ayah menjadi seorang montir di bengkel nya sendiri, itu jelas dari hasil kerja keras nya selama bertahun tahun dalam mengelola usaha bengkelnya.
****
"Pak kok begong, ada masalah apa Pak, Cerita dong sama Ibu?" Tanya Ibu Mala seraya menuangkan kopi hangat ke dalam gelas yang baru saja dia buat.
"Tidak Bu, tidak ada apa apa, Bapak cuma gak enak badan saja," ucapnya kala itu.
"Ya sudah, Bapak istirahat saja dulu, karna sebentar lagi mau azan magrib, kita sekalian sholat berjamaah."
"Iya Bu, tapi Bapak mandi dulu ya, Biar lebih segar," ucapnya lirih.
Bapak pun menuju ke kamar mandi untuk membersih kan diri.
*****
Waktu magrib sudah tiba, kami pun sholat berjamaah bersama-sama, kami berempat sholat di depan tv, karna tidak ada ruangan khusus untuk sholat.
Setelah selesai sholat kami pun lanjut ke dapur, untuk makan malam yang sudah di sediakan sama Ibu tadi sore,
...Sssrrrriiiiittttttttt ssssrrrrrriiiiiiitttt...
Entah suara apa di atap sana, seperti ada orang yang menyiramkan secuil pasir atau semacam kerikil yang berjatuhan, bikin seketika bulu kuduk ku ikut merinding.
...bummmmmpak...
Dan, tiba tiba saja ada yang jatuh di atap rumah seperti buah kelapa atau sejenis nya, bikin kami semua kaget, hampir saja gelas di tangan ku ikut terjatuh.
"Bu kok malam ini serem sekali Bu, suara apa itu tadi?" hawa rumah juga gak karuan, bikin bulu kuduk ku ikut merempang," tanya Ku seakan rumah ini sudah lama di tinggalkan seakan asing.
"Mungkin perasaan bunga saja, habisin makan mu Nak, Setelah itu pergi tidur ya, besok kan sekolah."
"Ia bu, ni dah siap bu, Bunga izin tidur dulu ya, oa Rafi gimana Bu, apa dia juga ikut tidur?"
Rafi adik ku satu satu nya, yang berusia Empat belas tahun, Kami cuma dua saja anak dari Pak Jamil dan Ibu Mala, karna Ibu Mala tidak bisa hamil lagi, karna suatu penyakit di bagian ovarium.
"Ajak Adik mu sekalian, tidur ni kan udah malam,"pinta Ibu.
"Baik Bu," ucapku seraya meninggalkan Ibu di dapur sendirian.
.......
Aku benar benar penasaran, suara apa itu tadi, secara di sekeliling rumah tidak ada pohon atau pasir, suara itu pun baru saja aku dengar, padahal kami tinggal di sini sudah 18 tahun, tapi tidak pernah ada suara seperti tadi.
..."Ahh ah_" tiba tiba Ibu teriak histeris di dalam kamarnya....
Kami sama sama berlari menghampiri ibu yang sendirian di kamar, karna bapak lagi keluar.
..."Ibu kenapa bu, Ada apa?" Tanya ku dengan rasa penasaran....
"Bunga, coba liat di kolong itu apa?" Sambil menunjuk ke arah bawah tempat tidur.
Perlahan Aku membungkuk kan tubuhku setegah berjongkok, dan melihat apa yang membuat ibu histeris, Ternyata Kodok yang sudah mengenaskan dengan isi perut yang keluar.
"Cuma ini Bu, Kodok mati," Lalu aku membuang Kodok itu dengan tangan yang sudah Aku pakek in plastik, ku pegang kaki nya lalu ku lempar ke luar rumah."
"Kok bisa ada kodok bu, di bawah kolong tempat tidur ?" Tanya Rafi kebingungan.
"Ibu juga gak tau Nak, padahal tiap hari Ibu bersihin bawah kolong itu, tapi anehnya kok bisa ada Kodok mati di situ, Ibu juga merasa bingung.
"Ya sudah jangan di pikirkan, mungkin aja kebetulan dia lewat dan mati di sana. Iya kan bu?" tanyaku, aku mencoba menenangkan keadaan , padahal aku juga merasa aneh, secara rumah kami gak ada lobang, rumah juga di tambak agak lebih tinggi karna sering banjir.
...***...
Setelah kejadian itu, rumah kami sudah seperti Kuburan, hawa nya begitu negatif, bikin merinding, kadang kalau lagi sore tepat jam 5, sering ada orang ketawa di dalam kamar, tapi herannya pas di cek gak da apa apa.
*****
Sepulang sekolah aku melihat Ayah masih tertidur, padahal ini sudah jam 2 siang, apa Ayah sakit.
"Ayah kenapa gak kerja hari ini?" Tanya ku yang menghampiri Ayah yang sedang duduk di depan tv.
"Ayah lagi gak enak badan Nak, dari tadi perut Ayah mules terus," ucap Ayah sambil memegangi perutnya yang sakit.
"Apa Ayah ada makan sesuatu yang bikin Ayah sakit perut?" Tanya ku mengerutkan dahi.
"Seingat Ayah, Ayah gak makan apa apa Nak, mungkin saja Ayah cuma masuk angin.
"Ya sudah, Bunga buatin minuman Jahe sama Kunyit ya, mungkin aja Ayah masuk angin."
Setelah membuatkan minum untuk Ayah, aku pun masuk ke dalam kamar.
*****
"Bu, sakit sekali perut Ayah ini, kita ke Doctor ya bu," ucap Ayah benar benar merasa kan sakit di bagian perut, hingga ia mengeluarkan air mata.
"Ya sudah kita ke klinik saja ya, biar cepat. Karna kalau ke rumah sakit umum, kita harus tunggu antrian dulu."ucap Ibu.
Ibu dan Ayah pun segera ke klinik untuk pemeriksaan.
*****
"Bagaimana Bu, apa kata Doctor?" Tanya ku ketika Ibu dan Ayah sudah sampai di rumah, Tak sabaran Aku menunggu penjelasan dari Ibu, karna aku ingin tau apa yang terjadi sebenarnya.
"Aneh sekali Bunga, Ibu juga bingung, kata Pak Doctor Ayah sehat sehat aja, Mungkin masuk angin katanya," jelas ibu.
"Apa mungkin seperti itu bu?" Mending Bapak istirahat dulu aja Bu, mungkin Bapak hanya kecapean saja.
******
Setelah pemeriksaan 2 minggu yang lalu, Ayah semakin sakit pada area bawah perut, sesekali mencret yang membuat iya harus menahannya.
"Ayah mau kemana Yah?" Tanya Ibu yang mencegah Ayah untuk pergi.
"Ayah harus kerja Bu, Bagaimana mungkin Ayah cuma diam diri di rumah seperti ini, anak kita masih sekolah Bu, Tidak mungkin mereka libur tiap hari," ucap Ayah.
"Ia Yah, tapi Ayah kan masih sakit, Bagaimana kalau Ayah mules tiba tiba?" tanya Ibu khawatir.
"Nanti Ayah pulang jika mules datang bu," Ucapnya menyakinkan Ibu.
Aku yang mendengarkan pembicaraan mereka, membuat hati ini rasanya ingin menangis. Dalam keadaan sakit saja, Ayah masih sempat memikirkan sekolah kami, Aku pun masih sekolah belum bisa bekerja.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments