Selama beberapa jam Ayah tidak sadarkan diri setelah operasi, namun pada saat Ayah sudah sadarkan diri, dia seakan tidak mengenal aku lagi, Ayah hanya menatap aku dengan tatapan kosong, bahkan Ayah hanya diam saja, tanpa berbicara sepatah kata pun, sesekali iya menarik silang -silang yang menempel pada bagian tubuh nya.
Aku tau itu sangat menyakitkan, terlihat dari matanya, Ayah mengeluarkan air mata di bagian sudut mata, aku yang melihat nya saja tidak mampu untuk menahan rasa sakit yang ada di sekujur tubuh nya, apa lagi perut yang baru saja dibelah. Aku benar benar tidak kuat melihat Ayah seperti ini.
Pukul LIMA sore Ayah di pindahkan keruangan khusus bagi orang yang sudah di operasi, namun setelah beberapa jam kemudian Ayah mulai berbicara, dan bercerita akan masa depan yang bahagia. Kami pun ikut bahagia melihat Ayah sesekali ia tertawa, seakan rasa sakit itu menghilang sesaat.
Malam nya kami kedatangan Pak Ustad, dengan membawa orang yang lebih sakti lagi, dan di rumah sakit ini dia di rajah(di bacakan Ayat Ayat Suci) secara diam diam, karna apa bila orang rumah sakit tau kita mencampurkan pengobatan medis dan gaib secara bersama akan membuat mereka marah.
Ayah tiba tiba sedikit melawan akan sakit di bagian perut nya, namun setelah itu Ayah sudah mulai membaik, kami pun ikut senang , melihat Ayah terlelap dalam tidurnya, Pak Ustad dan orang sakti itu pun pamit pulang karna sudah larut malam.
...KE ESOKKAN HARI NYA........
Ayah mulai sedikit aneh, namun ibu selalu menyuruhnya untuk berzikir dalam hati, supaya jin dan setan tak mudah untuk memperdaya,
Walaupun Ayah mata nya terpejam, namun mulut nya selalu bertasbih, aku selalu memperhatikan gerak bibir nya.
Sesekali aku mendengar Ayah menyebutkan nama ALLAH.
Tepat pukul jam lima sore, para tetangga dan termasuk Pak Roni ikut menjenguk Ayah di rumah sakit.
Suasana nya begitu memilukan, sesekali Ayah tersentak seperti orang kaget, padahal dia sudah pingsan dari tadi siang.
Mungkin Ayah merasakan kehadiran sahabat dan tetangganya yang mau menjenguk nya.
Setelah semua orang telah berpamitan untuk pulang, kami mulai membisikkan kalimat ALLAH di telinga nya, walaupun Ayah pingsan bukan berati hati nya juga ikut pingsan,
Kami juga membacakan surah yasin di samping Ayah, Ayah hanya terlelap dalam tidurnya, damai sekali rasanya bila melihat Ayah dalam keadaan seperti ini, tanpa ada rasa sakit yang selalu iya ngeluh.
Tepat jam enam Magrib Ayah beberapa kali tersentak dan sampai akhirnya tidak bergerak lagi, nafas nya pun tiba tiba berhenti, kami ketakutan, Rafi berlari mencari Doctor untuk mengecek kondisi Ayah.
...Saat Doctor memeriksanya,...
"Innalillahi wainnailaihiroziun, saat Doktor mengeluarkan kalimat itu, seakan hati ini terasa penuh dengan tumpukan di dada, terasa sesak, tanpa sadar air mata ku mengalir begitu saja, tubuh ku bergetar hebat, aku masih belum percaya bahwa ini lah kenyataan yang sedang aku hadapi.
Ibu langsung memeluk kami, dan berkata "jangan nangis nak, ini yang terbaik bagi Ayah mu, sekarang Ayah sudah tenang di alam sana, apa lagi ayah meninggal karna kejahatan orang lain, pasti keadilan berpihak pada nya.
"Jangan menangis Nak, kalau kita tidak iklas maka ayah mu akan di siksa," ucap ibu lagi memberikan nasehat pada kami berdua.
Aku memaksa untuk tidak menangis, tapi aku gagal, dengan sendirinya air mata ini mengalir dari mata ku, tidak ku pungkiri ini adalah kenyataan yang paling sulit untuk aku lupakan, mungkin sampai ajal menjemput ku kisah ini tetap abadi.
Ayah ku menutup mata di usia 42 Tahun, pada jam 18 : 35 malam Senin Tanggal 19/2/2012. Tepat di Bulan Kelahiran Nabi Muhammad Swa.
........
Setelah mengurus semua berkas di rumah sakit, tiga jam kemudian Kami pun membawa pulang Ayah dengan Ambulans dari rumah sakit ini.
Sesampai di rumah, semua keperluan sudah di siap kan oleh tetangga dan juga Kepala Desa, karna kami sudah memberitahu mereka terlebih dahulu.
Pemakaman di lakukan besok di hari Senin, karna ini sudah jam 10 sudah tidak bisa melakukan pemakaman, namun semua warga berdatangan untuk memberikan semangat pada keluarga yang di tinggalkan.
...........
Pagi ini semua sudah selesai dari pemandian, pensholatan dan jenazah Ayah sudah siap untuk di makamkan.
Aku mengikuti semua orang ke pemakaman, sampai acara menguburan selesai.
"Yang sabar Bu Mala ya, kami ikut berduka atas kepergian Pak Jamil, semoga ibu tabah dalam menjalani semua ujian ini," ucap para pelayat memberi sedikit dukungan.
"Iya bu, terima kasih atas dukungan nya dan rasa kepedulian nya," ucap ibu dalam kesedihan.
Kami sebagai orang yang mengerti Agama, kami iklaskan kepergian Ayah, karna memang ini yang terbaik bagi nya, dari pada ia harus merasakan sakit demi sakit setiap hari sungguh aku lebih sakit dari ini.
Kami juga di larang meratap oleh Ibu atas kematian Ayah, yang terpenting bagi kami adalah selalu mengirimkan doa untuk beliau.
...jam 10:05...
Acara pemakaman pun selesai, dengan penutup yang di sertakan doa bersama, akhir nya pelayat berpamitan untuk meninggalkan kawasan pemakaman ini.
Tinggal kami bertiga sebagai keluarga yang masih di pemakaman , untuk mendoakan beliau.
"Aku janji Ayah, akan ku balas setiap sakit dan luka yang engkau rasakan," batinku.
Setelah semua selesai kami pun pulang ke rumah, hari demi hari kami lewati bertiga, hati ini begitu kehilangan, kadang masih terlintas di ingatan ku saat beliau berbaring di ruang tv, saat beliau mengeluh kesakitan.
Memang sungguh sedih bila di tinggalkan oleh orang tua, kesedihan itu tetap terasa sampai akhir hayat.
Memang sulit untuk melupakan orang tersayang dalam ingatan kita, kejadian ini akan selalu abadi dalam ingatanku.
Setelah beberapa bulan kami pun memutuskan untuk pergi ke luar kota, karna di sini sudah tidak aman lagi, teror demi teror kami rasakan setiap malam, ada tangisan seseorang, bunyi air cran, dan sesekali ada penampakan mahkluk mengerikan, rumah ini benar benar seperti kuburan.
Kami tidak menjualnya hanya pindah sementara saja, mungkin setelah beberapa tahun teror itu bisa menghilang dengan sendirinya.
************
2017 aku kembali dengan rasa dendam di hati, sekarang penampilan ku seperti seorang laki laki, aku memutuskan untuk kembali sendiri ke Desa Duku, tanpa sepengetahuan ibu, karna kalau aku bilang sama ibu, pasti ibu tidak akan mengizinkan aku kembali, jadi aku bilang jika aku ke kota besar untuk mencari pekerjaan.
Bagamana tidak hampir tiap malam aku bermimpi tentang Ayah, seakan Ayah masih terluka di sana.
Selama 5 tahun di kota aku belajar silat untuk bela diri ku, mungkin aku tidak punya ilmu sihir, setidak nya punya ilmu bela diri.
Aku pun turun dari bis kota di persimpangan menuju ke arah rumah aku yang dulu.
Saat aku berada tepat di didepan rumah ku, betapa hancur nya hatiku melihat rumah ku yang sudah di tumbuhi tanaman liar, tidak terurus lagi.
Tapi aku kembali sebagai seorang pria, jadi aku harus menutupi identitasku pada warga di sini, dan mencari tau dalang dari semua kehancuranku.
**********
......BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments