"Siapa sebenarnya kalian ini?" Tanya Pak Roni dalam keadaan menahan rasa sakit di bagian kepala dan juga jantungnya.
"Aku, Aku adalah anak dari orang yang telah kau bunuh 5 tahun yang lalu, sekarang aku kembali untuk membalaskan dendam ku, masih ingat kah kau padaku?" Ucapku seraya merapikan baju ku yang tadi kebuka, dan aku melangkah mendekat ke arah Pak Roni dan mejambang rambutnya.
"Katakan yang sebenarnya kamu siapa, aku tidak mengenalmu, arrggthhh," Ucap nya dengan mengerang kesakitan, aku tau racun itu sudah mulai menyebar.
"Aku adalah Bunga Om, apakah Om masih ingat?" tanyaku lagi dengan terus mengangkat kan kepala nya menatapku.
"Jadi kamu ingin membunuhku, bukan cuma aku yang membunuh ayah mu itu, tapi kami ber 5 yang telah bersengkokol untuk membunuh ayah mu itu," ucap nya membuat aku harus berfikir terlebih dulu, setau ku mereka cuma ber 4 tapi siapa yang ke 5 itu.
"Tolong jujur siapa saja orang yang telah membunuh Ayah ku, dan kenapa?" jawab pertanyaanku, Jawab aku. Aku langsung menendang kepala nya, hingga tersungkur kebelakang, geram sekali aku melihat nya.
"Aagggrrrtttt, tolong, bunuh saja aku, aku sudah tidak tahan lagi sakit di sebagian tubuhku, panas aww aku sungguh sudah tidak sanggup menahannya," teriak nya.
"Jawab aku?" tanya ku, aku menancap belati untuk yang ke dua kalinya di bagian perut nya.
"Auuuwww, tolong jangan siksa aku seperti ini bila kau ingin aku mati, bunuh aku segera," Ucapnya bagian yang ku tancapkan sudah mengeluarkan darah, tubuhnya juga sudah kehijaun.
"Aku akan terus menyiksa mu jika kamu belum menjawab pertayaanku ini,"ucap ku yang melotot ke arah nya .
"Iya aku akan menjawab pertayaanmu, tapi setelah itu kamu harus cepat membunuh aku, jangan kau siksa lagi, aku sudah tidak kuat lagi," ucapnya dengan kegemetaran menahan rasa sakit akibat racun yang sudah menyerang persendian dan juga jantungnya.
"Ok, aku janji setelah kau jawab pertanyaanku, akan ku lepas nyawa mu dari jasad mu itu," ucapku dengan menginjak jari jari nya.
"Auuwww sakit, jadi kami ber 5. Aku, Pak Ramli, Pak Baron, Doni dan juga Bos," ucap nya membuat aku terkejut sesaat dengan apa yang ku dengar tadi, Bos siapakah dia.
"Apa maksud mu itu bos, siapa dia?" Ucapku.
"Bos itu adalah dalang dari semua itu," ucapnya dengan nafas yang sulit untuk di atur.
"Tapi kenapa, Apa yang sebenarnya terjadi, Dan jawab siapa bos itu, Apa alasan untuk membunuh Ayah ku?" tanyaku lagi lagi aku menendang tubuh nya.
Tapi kali ini dia tidak mengerang kesakitan.
Saat Arman memeriksanya, ia sudah mati duluan, tanpa harus ku bunuh duluan, tapi jawaban nya masih gantung, aku masih belum menemukan titik terang nya,
"Sial, dia sudah mati," ucap Arman saat memeriksa nafas nya.
"Aku sudah tau itu, racun sudah menyebar ke seluruh tubuhnya tapi kita belum tau siapa Bos itu," ucapku dengan rasa kesal.
"Jangan di pikirkan, yang penting satu musuh mu sudah mati, terus kita apakan mayat ini?" Tanya nya yang membuat aku harus berfikir sejenak.
Aku mencoba mencari jawaban dengan mondar mandir di depan mayat manusia berhati iblis ini.
"Bakar saja mayat ini, coba liat ada kah tempat yang cocok untuk kita bakar jenazah nya?" Tanya ku membuat Mas Arman tercengang sesaat.
"Gila kamu, main bakar bakar aja, kamu pikir ayam di bakar," ucap nya ngeledek, bisa bisanya dia masih bercanda dalam keadaan genting seperti ini.
"Trus kita apa kan dia, buang ke tong sampah, besok nya kita yang di tangkap dengan sidik jari di jenazah ini," ucapku.
Aku pikir mudah setelah aku melenyapkannya semua urusan beres tapi kenyataannya aku salah, jenazah nya pun ikut bikin aku sulit seperti ini.
"Gini aja kita tanya Pak Ustad dulu, kita apakan mayat ini," ucap nya dengan mengeluarkan ponsel dari saku baju nya.
"Ok," ucapku singkat.
"Assalammualaikum Pak Ustad.
"Bagaimana ini Pak Ustad, dia sudah kita bunuh dan mayat nya masih di sini, kita apa kan mayat ini Pak Ustad?"
"Tidak ada Pak Ustad, rumah ini sedang kosong, mungkin yang lain sedang berlibur."
"Baik Pak Ustad, kami tunggu di sini."
"Tidak Pak Ustad dia bukan tipe ku, aman."
Entah apa yang sedang mereka bicarakan, maksudnya apa bukan tipe nya. Dasar cowok aneh entah siapa yang mengharap dia.
"Bagaimana, Apa yang ustad katakan?" tanya ku menepuk bahu nya, membuat ia tersentak kaget.
"Ah, kamu ini ngagetin aku aja," ucap nya mengatur nafas.
"Kamu pikir aku setan apa, bikin kaget segala," ucapku sewot.
"Hampir mirip sih," ucap nya cengengesan.
"Resek lo, cantik cantik di bilang hantu," ucap ku sambil mencubit perut nya.
"Hhhaahhhaa sudah sudah," ucap Mas Arman kegelian sampai ia meronta ronta membuat kami sama sama jatuh ke lantai dia berhasil menindih tubuhku dan sempat bibirnya mencium bibirku.
Aku kaget setegah mati, saat bibir itu mencium bibir ku apa ini, tiba tiba aliran yang aneh mengalir di tubuhku, detak jantungku begitu cepat hampir terlepas dari asalnya.
Kami saling menatap satu sama lain, merasakan getaran yang tak biasa, kami sama sama malu, tiba tiba
kkkkkkkkrrrrttttttttt
Membuat kami sama sama terkejut akan sesuatu yang bergetar di bagian bawah sana , ternyata ponsel Mas Arman bergetar di dalam saku celananya,
"Emmm aku pikir apa tadi di bawah, menyentuh bagian sensitif ku, rupanya getaran ponsel." Gumamku dalam hati.
Arman tiba tiba bangkit dan menjawab telpon yang bergetar.
"Assalammualaikum Pak Ustad, ada apa Pak Ustad?"
"Baik Pak Ustad, kami masih menunggu di sini."
"Waalaikum salam."
"Apa sebenarnya yang Pak Ustad katakan?" tanyaku, seraya bangun dari lantai.
"Kata Pak Ustad biarkan dulu mayat ini di sini, sampai Pak Ustad kemari, kita akan menguburkan mayat ini dengan layak," jelas Mas Arman, di sertai dengan anggukan dari ku.
Tiba tiba...
Mas Arman membalutku dengan jaket milik nya, membuat aku terkejut.
"Semoga ini bisa menghangatkan tubuhmu," ucap Mas Arman, setelah memakaikan jaket ke bagian tubuhku.
"Terima kasih Mas, tapi Mas Arman tidak merasa dingin?" Tanya ku dengan menundukkan pandanganku.
"Tidak aku seorang laki laki sudah terbiasa dengan angin malam, jadi kamu tidak usah khawatirkan aku." Ucap Mas Arman, ternyata dia pengertian juga, walaupun ngeselin.
"Gimana tadi?" tanya Mas Arman dengan mencolek lengan ku,
"Maksud Mas Arman apa?" Tanya ku bingung dengan pertayaannya.
"Tadi gimana rasanya dengan permainan Pak Roni ,aku lihat saat Pak Roni menjilati itu , seakan kamu menikmati dengan penuh gairah," ucap Mas Arman bikin aku malu setengah mati, berarti tadi dia memperhatikan permainan Pak Roni di bagian g*n*ng k*mb*rku ini.
"Ah Mas Arman ini, aku malu Mas, jangan di ingat tin lagi, aku jijik Mas." ucapku sewot.
"Ok, maafkan aku," ucap Mas Arman dengan memegang telinga nya, seperti anak kecil yang sedang meminta maaf.
...BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments