Mata kami semua melotot, saat isi dalam peti tersebut di perlihatkan, berdiri bulu roma saat memandang ke dalam peti.
"Aaaaagggghhhh"_ .
Tiba tiba Ibu berteriak di samping ku yang membuat jantung ku hampir saja copot dari tempat nya , gimana tidak kita sedang fokus malah Ibu berteriak.
Seketika membuat Ibu ku menangis histeris saat melihat kenyataan pahit di depannya.
"Apa ini Pak Ustad?" tanya ibu dengan menutup mulut nya dengan tangan, tidak menyangka sesuatu yang mengerikkan ada di sana.
"Ini lah syarat yang di tanam dan di kirim kepada Bapak, supanya Bapak merasakan sakit," jelas Pak Ustad.
Pak Ustad lalu mengangkat dan mengeluarkan satu persatu isi dari dalam peti tersebut.
Terlihat Pak Ustad mengeluarkan jarum 3 biji, serpihan kaca yang seukuran jari manis 3 biji, paku kecil 3 biji, kawat yang sudah di patah patahkan 3 biji, Kodok mati yang terbelah perutnya, memperlihatkan isi dalam perut yang sudah hancur, yang terakhir sebuah foto, yaitu foto Ayah, betapa terkejutnya kami semua yang ada di depan mata.
"Pak Ustad, untuk apa itu semua Pak Ustad?" Tanya ibu dengan rasa sakit di dalam, gak menyangka syaratnya begitu banyak.
"Musuh kita bukan orang biasa bu, dia memiliki kekuatan alam gaib, dia tidak hanya ingin membuat Bapak menderita, tapi membuat Bapak mati," jelas Pak Ustad.
Seketika aku dan ibu saling memeluk, dalam tangisan saat mendegarkan penjelasan dari Pak Ustad.
"Bagaimana cara melindungi suami saya Pak Ustad, jika dia bukan orang biasa, dan untuk apa ini semua Pak Ustad," tanya ibu yang tidak bisa menahan air mata nya, luruh ke bagian pipinya, aku ingin membuat ibu lebih tegar, tapi aku sendiri saja tidak bisa menahan air mata, seakan dada ini sesak, berat sekali rasa nya menghirup udara walapun hanya sesaat.
"Begini Bu, kita hanya bisa berusaha semampu kita, yang menyembuhkan itu Allah Swt bu, doa kan saja Bapak bisa sembuh, dan barang ini di lakukan sebagai syarat bu, serpihan kaca, paku, kawat, dan jarum mereka mensyaratkan supaya perut Bapak terluka dengan 5 macam benda itu. Sedangkan Kodok mati dengan perut terluka, mereka mau Bapak mati dengan cara seperti itu, dan foto ini di syaratkan khusus untuk Bapak." Jelas Pak Ustad, seketika membuat ibu pinsan di pangkuan ku.
"Bu, ibu, sadar. Pak Ustad tolong Ibu Pak Ustad Ibu pingsan!" teriak ku saat tau Ibu sudah pingsan di dalam pelukanku.
Lalu kami membawakan Ibu ke dalam rumah, sesampainya di rumah kami membaringkan Ibu di sofa, sambil mengusap tangan nya dan memberikan minyak telon di bagian hidung dan kepala nya.
"Begini saja, kamu jaga Ibu mu di sini sampai dia bangun, Pak Ustad Pamit dulu, karna Pak Ustad ingin membakar semua ini, doa kan kita berhasil ya, atas kesembuhan Bapak mu itu, "ucap Pak Ustad pamit, ia pun langsung pergi meninggalkan ku ber 2 di ruang tamu.
Sedangkan Bapak dan Rafi lagi tidur di ruang tv, Rafi di tugas kan untuk menjaga Ayah, dari hal hal yang tidak kita inginkan.
.........
Waktu Magrib pun tiba, Ibu sudah beberapa jam pingsan, karna tekanan darahnya tiba tiba tinggi, Doctor menyarankan supaya Ibu jangan terlalu banyak pikiran, sehingga stabilan darah bisa tinggi.
Padahal Ibu tidak punya riwayat darah tinggi, tapi akibat stres yang berlebihan bisa memicu kepada tensi darah tinggi.
Saat kami sedang makan di ruang tv bersama sama, tiba tiba ada suara orang yang lagi ngetuk ngetuk pintu.
"Nak coba kamu liat siapa yang bertamu malam begini," ucap Ibu yang melanjutkan menyuapin nasi kepada Ayah.
"Baik Bu, akan Bunga liat dulu," ucap ku seraya melangkah ke keruang tamu, ku intim lewat jendela, dan ternyata Pak Roni yang datang, memang sering dia datang kerumah setiap malam, karna siang dia bekerja sebagai Dosen.
Aku pun membukakan pintu setelah memastikan siapa tamunya.
Klik.
Ku putar kan kuncinya.
Eeetth...(suara pintu ke buka)
"Pak Roni, silahkan masuk Pak," ucap ku mempersilahkan Pak Roni masuk.
"Terima kasih Bunga, Bapak hanya ingin menjenguk sahabat Bapak, bagaimana kesehatan Bapak Bunga?" tanya Pak Roni sambil melangkah kan kaki masuk kedalam rumah menuju ke ruang tv, tempat Ayah beristirahat.
"Saya tidak tau Pak, yang pasti doa kami tidak pernah putus untuk mendoakannya," ucapku bingung harus bicara apa, karna kesehatan Ayah semakin hari semakin menurun.
"Ya sudah kita doa kan yang terbaik bagi Ayah mu," ucap Pak Roni.
Akhirnya sampai juga di ruang tv.
"O ternyata lagi makan, maaf menganggu, kedatangan saya hanya untuk memberikan sedikit oleh oleh yang dari luar kota," ucap Pak Roni sambil memberikan oleh oleh nya.
"Gak apa Pak Roni, silahkan duduk Pak," ucap Ibu.
Aku pun beranjak pergi dari sana, untuk membuatkan minum buat Pak Roni, walaupun Pak Roni sering kemari tetap sebagai tuan rumah kami wajib memberikan minum, walaupun hanya sekedar air putih,
Setelah aku selesai memberikan minum, aku pun balik ke kamar, ingin rasa nya aku mengistirahatkan tubuh yang lelah ini,
Setelah Pak Ustad mengambil syarat itu, tiap malam seperti ada orang yang menangis di bawah pohon itu, dan juga ada suara suara aneh di dalam rumah.
Setiap jam 1 dini hari di rumah kami ada suara seperti lemparan barang kesegala arah, suara dispenser yang di ambil air nya, dan juga suara kran di kamar mandi pun sering hidup mati sendiri.
Hampir setiap malam kami mendapatkan teror itu, jujur aku sangat takut, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa, saat kami sama sama memeriksa keadaan di luar kamar, tapi seakan- akan tidak terjadi apa apa, sunyi.
Kami pun sudah melapor kepada Pak Ustad, tapi katanya itu sisa sisa syarat yang belum pergi.
..............
DUA tahun sudah kami lewati, tidak ada perubahan pada Ayah, malah penyakit Ayah lebih parah lagi, sekarang seluruh ototnya melemah, tubuhnya sangat kurus seperti papan, gak bisa di gerak lagi.
Dan Ayah semakin parah, mulai merasakan seperti teriris perut nya, dan mengeluarkan nanah pada bagian operasi gaib yang terjadi beberapa bulan yang lalu, mengeluarkan bau amis yang amat menyengat dan menimbulkan benjolan pada daerah sekitar sayatan, di karenakan luka itu menyebabkan gatal-gatal.
Aku begitu kasian dengan nasib Ayah, kesalahan apa yang membuat beliau seperti ini, ingin rasa nya aku membunuh orang yang telah berbuat seperti ini kepada Ayah, tak akan ku biar kan mereka hidup bahagia, siapa pun itu.
Kami pun memutuskan untuk membawa Ayah ke rumah sakit.
******
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments