Menemui Pak Ustad

Disaat aku menuju ke rumah Pak Ustad, aku bertemu dengan beberapa warga di jalan, karna mereka tidak mengenaliku, jadi aku tidak harus menyapa mereka.

............

Saat ini aku sudah sampai di depan rumah Pak Ustad Hasan, rumah yang pernah aku datangi bersama kedua orang tua ku saat 5 tahun yang lalu, dan sekarang rumah ini terlihat begitu sepi, padahal biasanya rumah Pak Ustad Hasan, selalu tampa ramai dengan banyak orang yang berdatangan untuk berobat di sini.

"Apa yang sebenarnya sudah terjadi pada pak ustad hasan ya," Batinku.

Lalu aku melangkah kan kaki ku mendekat ke arah pintu utama dan mengetuk pintu beberapa kali.

Tok tok tok......

"Assalammualaikum , Pak Ustad," Ucap ku beberapa kali, setelah tiga kali aku memberikan salam, baru Pak Ustad membukakan pintunya.

Saat pintu sudah terbuka, dia pun tercengang beberapa saat, dan memandangiku dari ujung kaki hingga ujung kepala, seakan aku sedang di selidikinya, seketika membuat hati ku ini terasa risih.

Bagaimana pun aku kan seorang wanita, rasa malu itu pasti ada, meskipun sudah menyamar sebagai laki laki, aku masih tetap risih meskipun Pak Ustad sebenarnya sudah berusia 40 tahun. Tapi wajah nya tetap seperti pria 30 tahun lainnya.

"Maaf Nak, mau cari siapa ya?" Tanya Pak Ustad, aku tau dia tidak mengenaliku dengan penampilan baru ku seperti ini.

"Kenalkan Pak nama saya Raihan Adista , saya ingin bertemu dengan pak ustad, boleh kah saya masuk Pak Ustad?" Ucap ku seraya meminta izin untuk masuk,

"Silahkan masuk nak Raihan," ucap nya mempersilahkan aku untuk masuk, saat aku masuk, terlihat sudah sangat berubah dengan letak ruangan ini, mungkin sudah di renovasi sebelumnya.

Setelah aku masuk, aku pun di persilahkan untuk duduk di atas sofa di bagian ruang tamu.

"Ada yang bisa saya bantu Nak Raihan, ada keperluan apa Nak Raihan dengan saya, karna saya sudah tidak berobat lagi," Ucap Pak Ustad dengan sedikit penjelasan.

"Iya Pak Ustad, tapi sebelum saya sampai kan niat saya datang kemari, saya ingin mengetahui sedikit tentang apa yang terjadi pada Pak Ustad, kenapa Pak Ustad sudah tidak berobat lagi, dan sekarang terlihat sepi dari pasien?" Tanya ku yang membuat Pak Ustad merenungkan sesuatu.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Pak Ustad, selama kami pindah ke luar kota,"gumamku.

"Apa kah kamu orang sini, Atau pernah tinggal di sini, Kenapa kamu tau bahwa dulu rumah saya ramai dengan pasien," ucap Pak Ustad yang membuat aku harus berkata jujur, karna niat ku dari awal memang ingin meminta pertolongan dari nya.

"Iya Pak Ustad, sebenarnya saya ini lagi menyamar, saya ini adalah Bunga Pak Ustad," ucapku seraya menundukkan pandangan, karna Pak Ustad menatap ke arahku.

"Apa!" jadi kamu ini nak Bung, Anak dari Pak Jamil dan Ibu Mala ya?" tanya Pak Ustad yang terlihat terkejut dengan jawaban saya.

"Iya Pak Ustad, benar sekali." ucap ku singkat.

"Jadi begini Bunga, setelah kalian pindah ke kota, sudah banyak kejadian yang tak di inginkan terjadi di Kampung Duku ini, dan ini semua terjadi saat lima tahun yang lalu.

...LIMA TAHUN YANG LALU.......

"Para warga datang ke rumah Pak Ustad, setelah kalian sekeluarga pindah ke luar Kota," ucapnya.

"Pada Hari Minggu jam 10 malam mereka semua datang ke rumah saya, semua menyalahkan saya, atas kematian Pak Jamil Ayah mu, dan lebih parah lagi saya di fitnah meneror keluarga mu, dan melakukan pesugihan,"jelasnya lagi.

"Lalu mereka menyuruh saya untuk menutup pengobatan di rumah saya ini, karna saya di anggap telah melakukan santet pada Ayah mu, sehingga balai di sini di hancurkan dan dibuat seperti ruang tamu, seperti ini," ucapnya sambil menunjuk nya ke arah yang sudah di renovasi.

"Semenjak kalian pergi ke Kota, Kampung ini selalu di teror, setiap jam 11 malam orang sudah tidak berani keluar rumah lagi, dan mereka beranggapan bahwa yang meneror Kampung ini adalah Pak Jamil Ayah mu itu, karna Ayah mu mati secara tidak wajar." jelasnya.

"Saya pun di ancam supaya saya tidak ikut campur dengan masalah ini, kalau tidak anak istri saya yang akan jadi korban," jelas nya lagi.

"Namun saya tetap ingin membebaskan fitnah itu, dengan menyuruh istri dan anak saya pergi ke luar Kota, karna apa pun yang terjadi sama saya, mereka tidak boleh terlibat." ucapnya.

"Saya pikir, setelah Ayah saya meninggal dan kami memutuskan pergi keluar Kota, semua nya sudah membaik Pak Ustad, namun kenyataanya fitnah untuk Ayah saya lebih parah dari sebelumnya, pantesan jika hampir tiap malam saya bermimpi tentang Ayah, Ayah seakan meminta keadilan, ternyata dia belum terbebas dari fitnah dunia," ucapku.

"Apa Pak Ustad Hasan tau siapa yang mengfitnah Ayah saya?" tanya saya pada Pak Ustad yang lagi termenung.

"Saya tidak tau pasti, tapi saya tau orang yang mengancam saya itu siapa," Jelas Pak Ustad.

"Siapa Pak Ustad, siapa orang nya?" Tanya ku gak sabar lagi ingin mendengarkan jawabannya.

"Pak Baron nak Bunga, dia yang datang ke tempat saya, dan mengancam saya untuk tidak ikut campur." Ucap Pak Ustad, aku kenal dengan Pak Baron, dia termasuk sahabat Ayah juga, namun dia jarang ke rumah.

"Jadi Pak Baron, mungkin saja dia yang melakukan ini pada Ayah saya Pak Ustad," ucap ku dengan rasa hati yang terluka, saat harus mengingat kembali luka lama ini.

"Bisa jadi, tapi kita harus selidiki dulu kebenarannya, bisa saja mereka bersekutu," ucap Pak Ustad.

"Terus bagaimana kita cari tau, siapa yang terlibat dengan persekutuan ini Pak Ustad?" tanya ku dengan serius.

"Gini saja, nanti malam jam 11 kita bertemu di rumah lama kamu, kita cari tau di sana, mungkin di sana ada pentunjuk lain," saran Pak Ustad yang membuatku sedikit terkejut.

"Apa Pak Ustad, Tapi kan kita tau bahwa rumah itu sudah lama kosong, jadi apa mungkin di sana kita dapat sesuatu?" Tanya ku yang belum percaya dengan saran Pak Ustad ini.

"Rumah itu memang sudah lama kosong, tapi semenjak kalian tinggalkan rumah itu, banyak orang yang melihat kalau rumah itu mengeluarkan cahaya setiap malamnya, tapi menurut mereka itu teror dari Pak Jamil Ayah mu, tapi kita tau Ayah mu itu tidak mungkin meneror warga sini, jadi kita harus periksa apa benar ada orang lain di sana." Jelas nya. Setau aku tidak mungkin itu ayahku, karna pemakamannya sudah dilakukan secara agama, Jadi tidak mungkin gentayangan.

"Baik Pak Ustad, jadi nanti malam jam 11 kita bertemu di rumah itu?" tanyaku lagi memastikan .

"Iya, ini no saya, jika terjadi sesuatu langsung telpon saya, sekarang kamu pulang dulu, jangan keluar rumah sebelum jam 11 malam, karna jika kamu keluar sekarang, takut ada orang yang ngikutin kamu kemana pun kamu pergi, jadi kalau kamu keluar jam 11, orang pada gak berani keluar lagi, itu kesempatan kita untuk keluar, paham," Jelas Pak Ustad.

"Baik Pak Ustad, saya ngikutin aja bagaimana usul Pak Ustad, ya sudah sekarang saya permisi dulu Pak Ustad ini pun sudah hampir Magrib, saya pamit Pak Ustad," ucap ku meminta izin.

"Ok, hati hati di jalan, ingat jika ada apa apa langsung telpon Pak Ustad ya," ucap nya.

"Baik Pak Ustad, terima kasih.

Assalammualaikum," ucapku.

"Waalaikum salam," jawab Pak Ustad, setelah itu iya pun menutup pintu rumah nya kembali.

...BERSAMBUNG.............

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!