Aku memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.
aaahhhhhhhhh...teriak ku.
"Bunga, Bunga, kenapa berteriak nak, ada apa nak," Panggil ibu dengan mengguncangkan tubuh ku yang mampu mengalihkan pandangan ku dari mahkluk menyeramkan itu..
"Bu itu, itu bu," ucapku sambil menunjukkan ke arah jalan raya yang ada pohon besar depan rumah,
"Kenapa dengan pohon besar itu Bunga," ucap ibu dengan terus menggosok pundak ku.
"Ada Mahkluk besar berbulu lebat di sekujur tubuhnya, dan memiliki mata besar dan menyala seperti api Bu, Bunga takut, dia sedang melototin bunga terus Bu," jelasku dengan apa yang aku liat di depan mata.
"Astagfirullah Bunga, Ibu tidak melihat apa apa nak, mungkin Bunga salah liat," ucap Ibu tidak mempercayainya.
"Bunga tidak salah liat bu, tadi di sana_ saat aku menunjukkan kearah pohon besar tiba tiba mahkluk itu hilang,
" Kok sekarang sudah tidak ada lagi Bu, kemana mahkluk itu pergi,"ucap ku bingung.
"Mending, Bunga sholat dulu, biar hatinya tenang ya," ajak ibu. Aku benar benar yakin dengan apa yang aku liat tadi, tidak mungkin aku salah liat.
"Aku lagi libur Bu, Ibu aja duluan sholat, nanti keburu habis waktu nya," ucap ku menyuruh masuk duluan, aku masih penasaran dengan apa yang aku liat tadi.
"Baik, Ibu sholat dulu tapi, kamu masuk. Jangan di luar lagi, apa lagi sedang datang bulan gak baik," ucap Ibu. Dengan cepat Ibu menutup pintu nya, supaya aku tidak keluar lagi.
Ibu pergi meninggalkan ku serta membawakan kunci pintunya, mungkin Ibu takut kalau aku keluar, karna ibu tau kalau aku itu nekat orangnya.
Aku langsung pergi ke arah kamar, tapi bukan ke kamar. Aku masih penasaran dengan apa yang aku liat tadi, karna jelas aku tidak mungkin salah liat, jadi aku menuju pintu samping.
Klik.
Aku memutar kunci pintunya lalu melangkah keluar rumah.
'Eessstttt. Dingin sekali di luar sini," gumamku. Sambil merapatkan kedua tangan ku.
Aku tidak lagi melangkah, kali ini aku sedikit berlari, supaya ibu masih dalam keadaan sholat, karna kalau ibu sudah selesai sholat aku pasti tidak di izinkan ke luar rumah lagi.
Sesekali aku hampir terjatuh, karna menginjak tanah yang sedikit licin habis di siram hujan tadi sore.
Akhirnya aku sampai di depan pohon besar hanya dengan penerangan dari senter ponsel saja.
"hhhuuuufffffffhhhh!!!! "hhhhhuuuuuuffffhhhh..
Tiba-tiba aku mendengarkan sesuatu.
Seketika bulu roma ku berdiri, rasa takut itu pun menyerang ku, semoga yang barusan aku dengar bukan suara setan.
Aku tidak memutuskan untuk pergi, malah aku ingin mencari sumber suara itu.
"hhhuuuuffgghhh,
'Dan lagi, Suara itu tiba-tiba terdengar dari balik pohon besar ini." batinku.
Aku mencoba memutari pohon ini dan tiba tiba aku melihat sesuatu, tapi di sini begitu gelap, jadi aku tidak tau pasti apa yang aku liat. Senter ponsel tidak sepenuh nya memberikan penerangan.
Saat aku mendekati nya, terasa dada ku turun naik, sesak, belum sempat aku menarik nafas dalam dalam, aku di kejutkan oleh gumpalan asap tebal.
iiiiiiiiiiihhhhhhhhh........iiiiiiiiihhhhhhh
Suara itu semakin mendekat ke arahku.
Rasa panik ku semakin menjadi jadi, aku berlari pergi meninggalkan pohon besar ini.
"Tolong.Tolong," teriakku.
Dalam berlari aku berteriak ketakutan.
Jalanan yang licin membuat aku hampir terjatuh.
Saat aku menoleh ke belakang, gumpalan asap tebal itu berubah menjadi mahkluk menyeramkan bertubuh besar, berbulu dan bahkan mata nya menyala-nyala seperti api.
"Ibu tolong aku," aku sudah kelelahan dalam berlari, seakan akan aku berlari di tempat yang sama, padahal jelas jarak pohon ini dengan rumah ku cuma beberapa meter saja, tapi tidak sampai- sampai.
Saat berlari sesekali aku menoleh ke belakang, memastikan kalau mahkluk itu masih jauh.
Aaaaggggttthhh Plak bum.
Tiba -tiba aku menabrak seseorang.
"Aduh kepala ku sakit sekali," ucap ku yang memegang kepala yang terantuk.
"Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Pak Roni yang sudah terduduk di depan ku, mungkin akibat tabrakan tadi Pak Roni ikut terjatuh.
"Tidak pa pa Pak," ucapku sambil berdiri dan menepuk kotoran di celanaku.
"Kamu sedang apa di sini malam malam begini, Anak gadis gak boleh main diluar kalau malam. Apa lagi di sini sepi," ucap nya menasehatiku. Aku binggung dari mana Pak Roni ini muncul, apa dia melihat mahkluk seram itu juga.
"Iya pak, Bapak sendiri lagi apa di sini?" Tanyaku.
"Bapak mau jenguk Ayah mu, biasa sambilan cerita," Ucap nya. Pak Roni ini sahabat Ayah ku sejak masih kecil dulu, dia baik sekali, suka menolong kami.
"Ya sudah, Bunga masuk dulu, jangan beri tahu Ibu kalau tadi Bunga di luar ya Pak," pinta ku dengan anggukan iya dari Pak Roni.
Lalu aku pun pergi meninggalkan Pak Roni, dan masuk lewat pintu samping, setiba nya di dalam, baru Pak Roni mengetuk pintu dari depan.
"Bunga tolong nak, Liat siapa yang datang," ucap Ibu dari dalam kamar.
"Iya bu," ucapku. Aku pergi ke ruang tamu untuk membukakan pintu.
"Bu, Mana kunci nya?" tanya ku sambil mencari kunci di sekitar pintu.
"Ini Bunga, Ibu lupa tadi kebawa kuncinya, bentar ibu ke sana,"ucap nya seraya menuju ke ruang tamu.
Ibu lansung membuka kan pintu.
"Oh Pak Roni, silah kan masuk Pak," Ucap ibu sambil mempersilahkan Pak Roni menemui Ayah di ruang tv.
Kami pun sama sama menuju ke ruang tv.
"Yah, ni ada Pak Roni, silah kan duduk Pak," ucap ibu sambil menunjuk ke arah kursi dekat Ayah.
"Terima kasih Bu Mala," jawab Pak Roni yang duduk di samping Ayah.
"Aku ke kamar dulu ya Yah," ucap ku sambil menuju ke kamar, karna aku paling malas bila mendengarkan obrolan orang tua.
Aku masih takut dengan kejadian ini, membuat aku sulit untuk memejam kan mata walaupun hanya sesaat.
*********
Saat aku sedang memikirkan tentang kejadian semalam, tiba tiba aku melihat Pak Ustad Hasan menuju kemari dengan di dampingi oleh 2 orang laki laki.
"Assalammualaikum," ucap Pak Ustad memberikan salam.
"Waalaikum salam Pak Ustad, silahkan masuk Pak Ustad," ucap ku mempersilahkan Pak Ustad menuju ruang tamu.
"Ibu, Ayah ada Pak Ustad Hasan ni." panggil ku.
"Pak Ustad tunggu di sini sebentar ya, saya mau ke belakang dulu," ucap ku seraya meninggalkan mereka ber tiga di ruang tamu.
Aku pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman buat para tamu, setelah selesai aku pun ikut bergabung dengan mereka.
"Ini minumannya, tolong di minum," ucap ku mempersilahkan.
Aku pun duduk di samping Ibu, sedangkan Ayah duduk di samping Pak Ustad dan bersama kedua temannya.
"Gimana bu, tadi malam, Apa ada sesuatu yang aneh yang ibu rasakan?" Tanya Pak Ustad dengan tatapan tajam penuh arti.
"Tidak Pak Ustad, saya tidak merasakan apa apa," jawab ibu seadanya.
"Saya merasakannya Pak Ustad," jawabku seketika minuman di tangan Pak Ustad jatuh, sangking terkejutnya Pak Ustad.
"Apa yang kamu rasakan?" Ucap nya dengan wajah penuh ketegangan.
"Saya melihat sesosok mahkluk yang menyeramkan, bertubuh besar , berbulu, bertaring, dan mata nya merah besar seperti nyala api." Jelasku dengan berdirinya bulu kuduk ku, saat mengingat kembali kejadian semalam.
"Di mana kamu melihat mahkluk itu?" tanya nya dengan tatapan yang penuh selidik.
"Di sana, di belakang pohon besar itu Pak Ustad," ucap ku sambil menunjuk ke arah pohon yang ada di hadapan rumah ku.
"Berarti di sana lah syarat yang di tanam selama ini, kita harus menggali tanah di daerah itu," ucap Pak Ustad seketika aku merinding.
"Tapi kata Pak Ustad tidak akan terjadi apa apa, tapi kenapa dia muncul Pak Ustad?" tanya Ibu yang mulai merinding.
"Sengaja saya tidak memberitahu Ibu, supaya Ibu tidak merasa takut, saat menabur garam, mereka memang sengaja meneror supaya Ibu tidak melanjutkan nya." jelasnya.
"Ayok kita gali tanah itu, biar kita tau syarat apa yang di berikan pada Bapak ini," ucap Pak Ustad, kami pun mengikuti Pak Ustad dari belakang.
Sesampai di bawah pohon besar ini, ke dua orang tadi dengan cepat ia mengali tanah nya.
Setelah setegah jam kemudian galian nya pun mentok pada kotak besi yang berada di dalam tanah, mata kami semua saling memandang ke heranan, 'kotak apa itu dan isi nya apa?" batinku.
Sebelum Pak Ustad membuka nya, terlebih dulu Pak Ustad membacakan Ayat Ayat Suci, setelah itu baru Pak Ustad membukakan kotak besi itu.
"Coba ambil kan palu sebentar." pinta Pak Ustad, lalu aku pun mengambil palu dengan berlari ke dalam rumah.
Iiiiiiihhhhhhh......
Di dalam rumah aku mendegarkan suara tangis lagi, tapi kali ini aku tidak peduli, karna aku yakin ini semua hanya jebakan.
Setelah aku mengambil palu, aku pun berlari dengan cepat ke arah mereka yang sedang menunggu ku.
"Ini Pak Ustad palu nya." ucap ku sambil memberikan palu nya, aku tidak mencerita kan masalah tadi supaya Pak Ustad fokus membuka kotak tersebut.
Hantaman pertama gagal, hantaman kedua kotak itu baru bisa di buka.
Mata kami semua melotot, saat isi dalam kotak tersebut di keluarkan.
Aaaaaggggttthhhh....
Seketika membuat ibu ku menangis histeris saat melihat nya.
...BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments