"Ibu bagaimana keadaan ayah bu," ucap ku.
Aku tidak bisa menahan air mata ku saat melihat ayah yang terbaring kaku hingga lemas di tempat tidur.
"Kita harus bawa ayah secepat nya kerumah sakit Nak." Ibu mencoba untuk tegar meski rapuh hati nya, demi tetap terlihat kuat di depan anak anak nya.
"Apa ayah mau Bu, kerumah sakit?" Tanya ku. Karna sebenarnya ayah tidak mau ke rumah sakit, dia yakin kalau penyakitnya itu murni karna guna guna.
Kami pun terus membujuk nya, walapun kami tau ini penyakit campur tangan manusia, kami tetap ingin ayah di bawa ke rumah sakit karna ayah sudah sangat lemas.
Setelah kami berhasil membujuk ayah. Kami pun berangkat ke rumah sakit melalui rujukan setempat dan alhamdulillah, untuk biaya nya gratis karna ada Bpjs.
Sesampai nya di rumah sakit. Kami langsung memberikan berkas kepada mereka, mereka pun langsung bertindak lanjuti.
Ayah pun di infus karna tubuh nya sangat lemas.
"Kenapa baru bawa sekarang, setelah bapak ini kehabisan cairan di dalam tubuhnya?" Ucap Bu Doktor di samping ku.
"Kami sudah rawat jalan, Bu," ucap ibu berbohong, padahal hanya periksa saja.
"Kita harus bertindak, untuk pemeriksaan lebih lanjut lagi." Ucap Bu Dokter lagi.
...........
Tiga hari kemudian Dokter memeriksa keadaan ayah lebih serius lagi.
Setelah selesai kami pun menemui Bu Dokter, untuk menanyakan penyakit apa yang Ayah derita.
"Bu Dokter, bagaimana kondisi suami Saya, penyakit apa yang menyerang tubuhnya?"tanya ibu dengan rasa khawatir.
"Kita harus melakukan operasi secepat nya, bapak menderita penyakit Hernia dan Disantri yaitu, jaringan penghubung perut yang bapak miliki rusak dan hancur, dan buah za*ar nya ikut turun hingga kepangkal paha, kita tidak boleh menunggu lebih lama lagi Bu," ucap Bu Dokter lirih.
"Apa!" hancur, Ya Allah, begini saja Dok.
Kami serahkan semua pada Bu Dokter, mana baik nya kami terima, untuk biaya operasi nya berapa Dok?" tanya Ibu lirih.
"Biaya operasinya gratis, dikarenakan adanya bpjs. Tapi, untuk jaring penghubung perut harus di beli secara terpisah, harganya 2 juta," jelas nya.
........
Setelah operasi, Ayah semakin kesakitan, semua yang menempel di bagian tubuhnya di tarik, dia pun sudah tidak bisa berbicara lagi, sungguh malang nasibnya.
Dia hanya dapat mengeliat kesana kemari seperti cacing ke panasan, Aku yang melihatnya tidak dapat menahan tangis terasa sesak di ulu hati, hancur hatiku melihat pemandangan seperti ini.
Tiga hari kemudian tepat di Tanggal 19/2/2012.... Ayah menghembuskan nafas terakhir.
***
Jadi 2 tahun yang lalu.....
Ayah bekerja sebagai seorang montir di bengkel nya sendiri, dia memiliki 2 karyawan yang bertugas untuk membantunya dalam memperbaiki motor yang rusak, dia sangat mahir dalam memperbaiki motor yang rusak, selain itu di tempat Ayah ongkos nya termasuk murah jadi banyak pelanggan yang setia di sana.
Sudah jalan tujuh belas tahun Ayah menjadi seorang montir di bengkel nya sendiri, itu jelas dari hasil kerja keras nya selama bertahun tahun dalam mengelola usaha bengkelnya.
****
"Pak kok begong, ada masalah apa Pak, Cerita dong sama Ibu?" Tanya Ibu Mala seraya menuangkan kopi hangat ke dalam gelas yang baru saja dia buat.
"Tidak Bu, tidak ada apa apa, Bapak cuma gak enak badan saja," ucapnya kala itu.
"Ya sudah, Bapak istirahat saja dulu, karna sebentar lagi mau azan magrib, kita sekalian sholat berjamaah."
"Iya Bu, tapi Bapak mandi dulu ya, Biar lebih segar," ucapnya lirih.
Bapak pun menuju ke kamar mandi untuk membersih kan diri.
*****
Waktu magrib sudah tiba, kami pun sholat berjamaah bersama-sama, kami berempat sholat di depan tv, karna tidak ada ruangan khusus untuk sholat.
Setelah selesai sholat kami pun lanjut ke dapur, untuk makan malam yang sudah di sediakan sama Ibu tadi sore,
...Sssrrrriiiiittttttttt ssssrrrrrriiiiiiitttt...
Entah suara apa di atap sana, seperti ada orang yang menyiramkan secuil pasir atau semacam kerikil yang berjatuhan, bikin seketika bulu kuduk ku ikut merinding.
...bummmmmpak...
Dan, tiba tiba saja ada yang jatuh di atap rumah seperti buah kelapa atau sejenis nya, bikin kami semua kaget, hampir saja gelas di tangan ku ikut terjatuh.
"Bu kok malam ini serem sekali Bu, suara apa itu tadi?" hawa rumah juga gak karuan, bikin bulu kuduk ku ikut merempang," tanya Ku seakan rumah ini sudah lama di tinggalkan seakan asing.
"Mungkin perasaan bunga saja, habisin makan mu Nak, Setelah itu pergi tidur ya, besok kan sekolah."
"Ia bu, ni dah siap bu, Bunga izin tidur dulu ya, oa Rafi gimana Bu, apa dia juga ikut tidur?"
Rafi adik ku satu satu nya, yang berusia Empat belas tahun, Kami cuma dua saja anak dari Pak Jamil dan Ibu Mala, karna Ibu Mala tidak bisa hamil lagi, karna suatu penyakit di bagian ovarium.
"Ajak Adik mu sekalian, tidur ni kan udah malam,"pinta Ibu.
"Baik Bu," ucapku seraya meninggalkan Ibu di dapur sendirian.
.......
Aku benar benar penasaran, suara apa itu tadi, secara di sekeliling rumah tidak ada pohon atau pasir, suara itu pun baru saja aku dengar, padahal kami tinggal di sini sudah 18 tahun, tapi tidak pernah ada suara seperti tadi.
..."Ahh ah_" tiba tiba Ibu teriak histeris di dalam kamarnya....
Kami sama sama berlari menghampiri ibu yang sendirian di kamar, karna bapak lagi keluar.
..."Ibu kenapa bu, Ada apa?" Tanya ku dengan rasa penasaran....
"Bunga, coba liat di kolong itu apa?" Sambil menunjuk ke arah bawah tempat tidur.
Perlahan Aku membungkuk kan tubuhku setegah berjongkok, dan melihat apa yang membuat ibu histeris, Ternyata Kodok yang sudah mengenaskan dengan isi perut yang keluar.
"Cuma ini Bu, Kodok mati," Lalu aku membuang Kodok itu dengan tangan yang sudah Aku pakek in plastik, ku pegang kaki nya lalu ku lempar ke luar rumah."
"Kok bisa ada kodok bu, di bawah kolong tempat tidur ?" Tanya Rafi kebingungan.
"Ibu juga gak tau Nak, padahal tiap hari Ibu bersihin bawah kolong itu, tapi anehnya kok bisa ada Kodok mati di situ, Ibu juga merasa bingung.
"Ya sudah jangan di pikirkan, mungkin aja kebetulan dia lewat dan mati di sana. Iya kan bu?" tanyaku, aku mencoba menenangkan keadaan , padahal aku juga merasa aneh, secara rumah kami gak ada lobang, rumah juga di tambak agak lebih tinggi karna sering banjir.
...***...
Setelah kejadian itu, rumah kami sudah seperti Kuburan, hawa nya begitu negatif, bikin merinding, kadang kalau lagi sore tepat jam 5, sering ada orang ketawa di dalam kamar, tapi herannya pas di cek gak da apa apa.
*****
Sepulang sekolah aku melihat Ayah masih tertidur, padahal ini sudah jam 2 siang, apa Ayah sakit.
"Ayah kenapa gak kerja hari ini?" Tanya ku yang menghampiri Ayah yang sedang duduk di depan tv.
"Ayah lagi gak enak badan Nak, dari tadi perut Ayah mules terus," ucap Ayah sambil memegangi perutnya yang sakit.
"Apa Ayah ada makan sesuatu yang bikin Ayah sakit perut?" Tanya ku mengerutkan dahi.
"Seingat Ayah, Ayah gak makan apa apa Nak, mungkin saja Ayah cuma masuk angin.
"Ya sudah, Bunga buatin minuman Jahe sama Kunyit ya, mungkin aja Ayah masuk angin."
Setelah membuatkan minum untuk Ayah, aku pun masuk ke dalam kamar.
*****
"Bu, sakit sekali perut Ayah ini, kita ke Doctor ya bu," ucap Ayah benar benar merasa kan sakit di bagian perut, hingga ia mengeluarkan air mata.
"Ya sudah kita ke klinik saja ya, biar cepat. Karna kalau ke rumah sakit umum, kita harus tunggu antrian dulu."ucap Ibu.
Ibu dan Ayah pun segera ke klinik untuk pemeriksaan.
*****
"Bagaimana Bu, apa kata Doctor?" Tanya ku ketika Ibu dan Ayah sudah sampai di rumah, Tak sabaran Aku menunggu penjelasan dari Ibu, karna aku ingin tau apa yang terjadi sebenarnya.
"Aneh sekali Bunga, Ibu juga bingung, kata Pak Doctor Ayah sehat sehat aja, Mungkin masuk angin katanya," jelas ibu.
"Apa mungkin seperti itu bu?" Mending Bapak istirahat dulu aja Bu, mungkin Bapak hanya kecapean saja.
******
Setelah pemeriksaan 2 minggu yang lalu, Ayah semakin sakit pada area bawah perut, sesekali mencret yang membuat iya harus menahannya.
"Ayah mau kemana Yah?" Tanya Ibu yang mencegah Ayah untuk pergi.
"Ayah harus kerja Bu, Bagaimana mungkin Ayah cuma diam diri di rumah seperti ini, anak kita masih sekolah Bu, Tidak mungkin mereka libur tiap hari," ucap Ayah.
"Ia Yah, tapi Ayah kan masih sakit, Bagaimana kalau Ayah mules tiba tiba?" tanya Ibu khawatir.
"Nanti Ayah pulang jika mules datang bu," Ucapnya menyakinkan Ibu.
Aku yang mendengarkan pembicaraan mereka, membuat hati ini rasanya ingin menangis. Dalam keadaan sakit saja, Ayah masih sempat memikirkan sekolah kami, Aku pun masih sekolah belum bisa bekerja.
...BERSAMBUNG...
"Bunga, tolong belikan Ibu garam sebentar Nak, tempat Bu Ijah," Ucap Ibu.
Aku pun segera pergi membelikan pesanan Ibu, belum sampai pagar, Aku melihat Ayah dengan terburu buru masuk ke dalam rumah. Tanpa menegur Ku terlebih dulu yang berdiri di depan pintu pagar."
"Ada apa dengan Ayah." gumamku.
Aku yang mengikutinya dari belakang, melihat Ayah dengan berlari kecil menuju ke kamar mandi yang terletak di bagian dapur, saat ini Ayah seperti sedang menahan rasa sakit pada bagian perut nya, terlihat dari ia memegangi bagian perutnya.
"Kenapa Ayah Bunga?" tanya Ibu seketika aku terkejut dari lamunan ku.
"Tidak tau Bu, tiba tiba Ayah pulang dan langsung berlari ke arah kamar mandi." ucapku
Setelah beberapa menit kemudian.
"Lama sekali kok Ayah keluar Bunga, Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ibu pada Ku. Namun Aku hanya mengelengkan kepala, tanda Aku tidak mengetahui .
"Bu..... tolong Ayah Bu, panggil Ayah yang masih berada di dalam kamar mandi.
"Iya Yah, Ibu akan segera ke sana." ucap Ibu. Ibu pun segera menuju dapur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah lama di kamar mandi, Ibu dan Ayah pun keluar, terlihat Tubuh Ayah yang lemas di bantu oleh Ibu untuk berjalan ke arah Ku.
"Kenapa Ayah Bu?" Tanya ku kebingungan harus apa, melihat Ayah yang lemas seperti itu, Aku jadi gak tega liatnya.
"Ayah banyak mengeluarkan darah dari an*s nya Nak. Tolong Kamu jaga rumah Nak ya, nanti kalau Rafi pulang ngaji jangan biarkan ia keluar untuk bermain. Bilang pada nya, kalau Ibu sama Ayah mau ke rumah sakit dulu, antar Ayah berobat." jelas Ibu.
"Iya Bu, hati hati ya Bu, Ayah harus kuat ya." Ucapku seraya melihat kepergian Ibu dan Ayah hingga menjauh dan menghilang dari pandangan.
****
Belum sampai Ibu dan Ayah masuk, aku sudah berlari menghampiri mereka berdua.
"Apa kata Doctor Bu?" Tanya ku dalam keadaan cemas. Aku takut jika harus mendengarkan hal yang tidak di inginkan.
"Kata Doktor, Ayah kena Asam Lambung, sering telat makan. Jadi di kasih obat Lambung ini, tolong Bunga ambilkan air buat Ayah, biar Ayah minum obat ya." jelas Ibu.
"Baik Bu, akan Bunga ambilkan." Ucapku.
Aku segera berlari ke arah dapur dan mengambilkan segelas air putih untuk Ayah.
"Ni Bu air nya." ucapku seraya memberikan segelas air putih.
Ibu langsung mengambil air nya dan memberikan kepada Ayah, lalu Ayah meminum nya dengan segera, sekalian dengan Obatnya.
Setelah beberapa saat Ayah minum Obat, lalu Ayah merebahkan Tubuh nya ke sandaran sofa.
mungkin obatnya sudah mulai bekerja, terlihat dari Ayah yang sudah mulai memejamkan mata.
"Ibu, Aku ke tempat Bu Ijah dulu ya, beli garam yang Ibu pesan tadi." Ucapku seraya meninggalkan Ayah dan Ibu di ruang tamu.
"Iya Bunga, cepat ya." Ucap Ibu yang masih terlihat khawatir tentang kesehatan Ayah.
.........
Belum sampai satu jam. Ayah sudah mulai merasakan sakit lagi, yang membuat iya merintis, lalu iya berlari ke arah kamar mandi.
"Ada apa Bu?" Tanya Ku yang berada di depan Tv.
"Ibu juga gak tau Nak, Ayah mu mulai sakit lagi. Coba Bunga telpon Nenek, kita tanyakan padanya, mungkin Dia tahu." Ucap Ibu memberi saran, agar aku menelpon Nenek di luar Kota.
Tut tut tut....
"Assalammualaikum Nek," ucap ku.
"Waalaikumsalam, ada apa Bunga, kok tumben sore sore nelpon Nenek?" tanya Nenek.
"Nek, Ayah Sakit, tapi tidak tau Sakit apa yang jelas, Ayah mondar mandir ke kamar mandi, Perut nya sakit dan mengeluarkan Darah segar lewat an*s.
"Ya Allah kenapa bisa begitu Nak?" tanya Nenek.
"Kami juga gak tau, Nek." ucapku.
"Sudah di bawa ke Rumah sakit Nak?" tanya Nenek lagi.
"Sudah Nak, tapi kata Doctor Ayah kena Asam Lambung," embuh ku.
"Tapi aneh, kalau Asam Lambung biasa nya cuma pusing di sertai sakit Perut dan mencret, tidak mengeluarkan Darah. Apa lagi Ayah mu kan baru sakit, kok sudah separah itu dalam waktu dekat." ucap Nenek.
"Kami juga heran Nek, Soal nya Penyakit Ayah ini gak selalu datang, cuma di waktu waktu tertentu saja," jelasku.
"Ya sudah, Kamu coba bikinin ramuan dari Kunyit, Jahe, Sereh, Lada di tambah Madu sedikit saja, jangan di kasih gula ya." pinta Nenek.
"Iya Nek, Bunga buatin ramuan nya dulu ya, nanti Bunga kabarin Nenek lagi." Ucapku.
..."Assalamualaikum Nek."...
..."Waalaikumsalam."...
...Sambungan telpon pun putus. Aku segera ke dapur untuk membuat apa yang di suruh Nenek tadi....
...Setelah selesai Aku membuatkan ramuan yang di bilang Nenek tadi, Aku kasih langsung pada Ayah, dengan sekali teguk air yang setegah gelas itu raib sudah ....
..."Makasih ya Nak," ucap Ayah sambil memberikan gelas yang sudah kosong....
..."Iya Yah, sekarang Ayah istirahat. Biar sakitnya berkurang, biar lebih cepat ramuan itu bekerja," ucapku memberi semangat pada Ayah....
Setelah Ayah meminum air ramuan tadi, terlihat Ayah sudah membaik, karna tidak merasa kan sakit di bagian Perut lagi, ia pun bisa tertidur dengan nyenyak.
Kami pun yang melihat nya sedikit lega, karna tidak harus melihat Ayah kesakitan lagi untuk malam ini, karna pastinya ramuan itu hanya bekerja sesaat, bukan sifat menyembuhkan.
*****
Enam bulan sudah berlalu, tapi Ayah masih sakit bahkan, semakin hari semakin kurus badannya. Dulu badannya sekitar delapan puluh kilo dan sekarang hanya tinggal lima puluh kilo saja.
Sedih rasa nya melihat Orang yang Kita sayangin menderita seperti ini, bukan tidak berusaha dalam menyembuhkannya, tapi semua sudah di lakukan baik berobat secara ilmiah, maupun alamiah,( berobat kampung),tapi tetap saja tidak sembuh.
"Ayah kenapa?" tanya Ibu yang melihat Ayah sedikit oleng.
"Gak pa pa bu, Ayah hanya lemas saja," jawab Ayah yang membuat kami penasaran, karna dari tadi pagi Ayah tidak di rumah, pulang malah dengan keadaan lemas tak berdaya, seperti orang mabuk.
"Memang nya Ayah kemana, seharian gak bilang sama Ibu, Ibu kan khawatir Ayah, apalagi kesehatan Ayah semakin hari semakin parah?" tanya Ibu yang geram akan perilaku Ayah.
"Ayah tadi pagi ke Kampung Duku Bu." Jawab Ayah yang membuat mata kami melotot, sangking terkejut nya Kami mendegarkan jawaban Ayah. Gimana tidak, Kampung Duku itu kalau dari tempat kami butuh waktu tujuh jam perjalanan.
"Apa yah, Kampung Duku, ngapain Ayah ke sana, Ayah kan lagi Sakit, seharus nya Ayah istirahat bukan jalan jalan!" teriak Ibu yang tidak memberi celah untuk Ayah bicara.
"Maaf Bu, kalau Ayah kasih tau pasti Ibu gak akan izinin Ayah pergi," Jawab Ayah dengan menundukkan Kepalanya.
"Jadi Ayah ngapain ke sana?" tanya Ibu penuh dengan Intimidasi.
"Kemarin Kawan Ayah bilang. Kalau di Kampung Duku ada klinik penyembuhan secara gaib. jadi Ayah penasaran, mungkin saja Ayah bisa sembuh di sana Bu," jelas Ayah sambil mengeluarkan air mata, mungkin Ayah sedang menahan rasa sakit.
"Terus kek mana pengobatan yang sudah Ayah lakukan di sana?" tanya Ibu penasaran dengan cara pengobatan di sana, karna Ayah bilang secara gaib.
Aku yang duduk di dekat Ayah jadi merinding dengar penjelasan Ayah, sekaligus penasaran dengan pengobatan nya, karna zaman sekarang udah canggih tapi masih juga pakek cara gaib.
...BERSAMBUNG...
"Jadi, setelah Ayah sampai di tempat itu, Ayah di suruh masuk oleh beberapa Pria yang memakai baju putih dengan celana hitam, mereka semua yang bekerja di sana, pakaiannya sama dari warna dan bentuk nya, mereka juga memakai masker hitam. Terus Ayah di suruh tunggu sebentar karna Orang yang bertugas sedang ada Tamu." jelas Ayah.
"Setelah beberapa menit Ayah menunggu, tiba tiba Ayah di suruh masuk ke dalam sebuah ruangan, seperti ruangan operasi, karna di sana ada banyak peralatan medis. Seperti gunting kecil, gunting besar bermacam bentuk, silet, dan baskom kecil yang terbuat dari besi."Jelas Ayah lagi.
"Lalu Ayah di baringkan di atas Ranjang yang tidak beralas kasur, hanya tikar saja. setelah berbaring, kemudian mereka membuka baju Ayah hingga telanjang Dada. Kemudian tanpa persetujuan dari Ayah mereka mengikat kedua tangan dan kaki Ayah." jelas nya lagi.
"Ayah heran apa yang ingin mereka lakukan.
Tiba tiba mereka mengambil sebuah silet dan di arahkan ke bagian Perut, saat itu Ayah tidak merasakan apa apa. Namun saat ayah melihat ke bagian perut, mereka sudah membelah perut Ayah dengan sebuah silet kecil," ucapnya.
"Apa tidak sakit Ayah, kan tidak di bius?" tanya ku dengan bergidik ngeri, membayangkannya.
"Itu yang membuat Ayah heran, tidak ada rasa sakit sedikit pun entah apa yang di liat dari dalam Perut Ayah. Karna mereka tidak mengambil atau menaruk sesuatu apa pun ke dalamnya, hanya membaca beberapa Mantra. Setelah beberapa menit mereka langsung menjahit nya kembali, lalu mereka meminta uang sebesar 1 juta," jelas Ayah lagi.
..."Terus Ayah kasih uang nya?" tanya ku....
"Iya Ayah kasih. Walaupun hanya begitu saja tehnik nya, mereka tetap minta biayanya." jawab Ayah yang masih memegang Perut nya.
"Trus Yah, kenapa lemas waktu pulang?" tanya ku dengan anggukkan dari Ibu.
"Itu masalah nya, sewaktu di jalanan Ayah kan tidak kebagian kursi penumpang. Jadi Ayah harus berdiri selama tujuh jam dari Kampung Duku hingga sampai ke Cimpedak." Jawab Ayah.
"Ya Allah Yah, dalam keadaan seperti ini Ayah berdiri selama tujuh jam. Bagaimana Ayah ini, kan Ayah baru saja di operasi," Ucap Ibu yang mengusap wajah nya dengan kedua tangannya.
"Coba Ibu liat, Perut bekas operasi tadi Yah." ucap Ibu dengan perlahan Ibu membuka baju kemeja Ayah. Terlihat jelas bekas jahitannya yang belum mengering, seketika membuat mata kami ikut basah.
Aku tidak habis pikir. Bagaimana jalan pikiran Ayah sebenarnya, karna operasi tanpa Sertifikat yang jelas kita tidak bisa semudah itu untuk operasi sembarangan. Apalagi ini menyangkut urusan perut, fatal akibatnya.
"Ya sudah Ayah istirahat saja," ajak Ibu sambil membantu Ayah untuk berjalan menuju kamar utama.
Aku pun beranjak dari sofa menuju ke kamar untuk merehatkan tubuh ku yang terasa kaku.
iiiihhhhhhh......
'Suara apa itu,"Gumamku bikin merinding tubuh ku ini.
Aku pun beranjak dari tempat tidur, ingin ku pastikan itu benar benar suara orang menangis atau Aku yang salah dengar.
iiiihhhhhhhh ....
Aku tidak salah dengar, suara itu semakin menjauh, Aku pun mengikuti suara itu hingga tepat berada di depan pintu kamar Rafi Adik ku.
Aku mencoba membuka pintu secara perlahan, ku intip lewat pintu yang sudah terbuka sedikit, tapi Aku tidak melihat apa pun di dalam sana, apa mungkin itu tadi hanya perasaanku saja.
............
Satu tahun sudah berlalu, tapi kondisi Ayah semakin hari semakin memprihatinkan, berbaring saja tidak bisa. Selain sakit daerah Perut, ia juga merasa kan sakit saat bab, sampai ia mengeluarkan darah segar, minum dan makan pun sudah sangat sulit untuk membujuknya.
Kita Sayang liat dia menderita seperti itu. Kadang terlintas dalam hati, dari pada ayah tersiksa, lebih baik Allah mencabut saja nyawanya, begitu lah niat ku, karna aku gak sanggup liat Ayah sakit sakitan terus menerus.
"Pak Jamil sakit apa rupanya, dan kenapa belum di bawa kerumah sakit?" tanya Pak Ahmad tetangga kami. Yang berkunjung ke rumah untuk menjenguk Ayah yang sedang sakit, dia merasa kasian melihat keadaan Ayah seperti ini.
"Gini Pak Ahmad saat Saya periksa di Rumah sakit umum, katanya Sakit lambung. Selalu itu yang di katakan sama mereka, jadi Saya bingung kenapa penyakit Saya ini beda dengan apa yang mereka jelaskan,"Ucap Ayah menjelaskannya.
"Gini saja Pak Jamil, Bapak ke Ustad Hasan saja, mungkin saja ia dapat menemukan jawabannya," Ucap Pak Ahmad memberikan saran untuk memeriksa ke Ustad, yang punya Mata Batin dan Ilmu Spiritualitas.
"Terima kasih Pak atas saran nya, memang di mana tempat nya Pak", Ucap Ayah yang kemungkinan sudah mendapat solusi dari Penyakit yang sudah setahun ia deritakan,
"Nanti Saya kirim kan Alamatnya, Pak Ustad ini bisa melihat penyakit apa yang sedang Bapak alami ini, Rumah Sakit kah atau Gaib kah." Ucap nya memperjelaskan.
"Baik Pak, saya akan segera ke tempat Pak Ustad Hasan."ucap Ayah.
****
"Bu ayok kita ke tempat Pak Ustad Hasan," Ucap Ayah yang sudah tidak sabar lagi.
"Bunga kamu juga ikut ya, biar kamu bisa temenin Ibu, Ibu malu kalu sendirian yang Perempuan di sana," pinta Ibu, Aku pun penasaran apa yang akan Ustad itu katakan,
"Baik Bu, Bunga ambil ponsel dulu," Jawabku yang berlari mengambil ponsel yang terletak di dalam kamar.
.............
Sesampainya di rumah Pak Ustad.
"Assalamualaikum," Ucap Kami serentak. Kami terkejut karna di sini banyak sekali orang yang mungkin juga sedang berobat, seperti kami.
"Waalaikum salam, jawab Para Tamu dan Ustad Hasan, silahkan masuk Pak, Buk," ucap Ustad Hasan yang mempersilahkan kami untuk masuk.
Sungguh terkejut Pak Ustad ini, melihat kondisi Ayah yang benar benar memprihatinkan.
"Ada apa Buk?" tanya Pak Ustad pada Ibu, karna mungkin Bapak tidak sanggup untuk berbicara terlalu banyak.
"Gini Pak Ustad," lalu Ibu ku menceritakan secara detil tentang apa yang telah Ayah alami.
"Ya sudah tolong baringkan Bapak ke kasur ini," Ucap Pak Ustad seraya membantu Ayah untuk tidur di kasur yang sudah tersedia.
"Amel, tolong ambilkan air putih satu gelas dan garam ya," Pinta Pak Ustad pada Anak sebaya Aku, mungkin Dia anak nya Pak Ustad karna ada kemiripan.
"Ini Abi, air nya dan garam yang Abi minta." ucap Amel. Setelah ia memberikan apa yang Ustad minta, ia pun kembali duduk di tempat semula.
"Bismillah,
************
**************
Entah apa yang Ustad Ucapkan, Aku hanya mengerti Bismillah saja yang lain tidak.
Setelah Lima belas menit Pak Ustad itu membacakan Ayat Suci, Dia terkejut bukan main, sampai ia menumpahkan air di gelas tadi yang iya minta.
"Bagaimana Pak Ustad?" tanya Ibu yang mulai khawatir dengan apa yang barusan ia lihat.
...BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!