LEON'S SECRET GIRLFRIEND
Becca berjalan menuju kelas dengan kepala tertunduk, berusaha berjalan lebih cepat untuk menghindari pandangan orang-orang di koridor sekolah.
Dengan mengenakan cardigan oversized, gadis berbadan besar ini tampaknya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu di tubuhnya hasil dari karya sang ayah, yang memukulnya pagi tadi saat dia terlambat bangun.
Sebelum masuk ke kelasnya, Becca berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia selalu merasa gugup setiap kali akan memasuki kelas, terlebih lagi saat teman-temannya menatapnya dengan ekspresi tak menyenangkan.
"Hei, gendut, buang sampah lo itu, jangan menumpuknya! Lo pikir kelas kita ini tempat pembuangan sampah?" ucap salah satu teman sekelasnya dengan nada kasar.
Tanpa mengeluarkan suara, Becca berjalan menuju meja dan kursinya yang sudah berantakan, dengan sampah-sampah di atasnya.
Gadis itu mengambil sapu dan sekop untuk membersihkan semua kekacauan ini. Dengan sabar, Becca membersihkannya meski caci maki terdengar jelas di telinganya.
"Sabar, Becca, kamu harus sabar," ucapnya, mencoba menguatkan hatinya sendiri.
Saat Becca sedang membersihkan kekacauan yang ada, Nasya, Belle, dan Maria datang menghampirinya.
"Si gendut benar-benar rajin banget membersihkan kelas," ejek Nasya sambil tertawa.
"Haha, setelah ini kelas gue yang lo bersihkan ya Becca," tambah Maria sambil tertawa.
Sementara itu, Belle menendang tong sampah yang ada di dekat Becca, membuat sampah berhamburan ke seragam sekolah Becca.
"Ups, sorry," ucap Belle sambil menatap Becca.
Becca melihat ke arah Belle yang menatapnya dengan pandangan tajam, kemudian Becca memutuskan untuk menghindari kontak mata diantara mereka.
Becca memilih untuk mengabaikan mereka bertiga, karena bel sekolah akan berbunyi sebentar lagi dan dia harus segera menyelesaikan kekacauan yang telah terjadi.
Di tempat lain, seorang pria sedang duduk di depan televisi dan memainkan PlayStation. Dia tampak tegang dan berusaha memenangkan permainan yang sedang dia mainkan bersama sahabatnya.
"Sial, lo curang, Nath!" umpat Leon dengan kesal.
Nathan tertawa sumringah ketika dia menang dalam permainan PlayStation yang mereka mainkan.
"Gue menang taruhan, dan lo harus mengikuti semua perintah gue," ucapnya sambil tersenyum jahil.
"Gak mau! Gak sudi gue," tolak Leon.
"Gak bisa begitu, taruhan tetap taruhan," sahut Daniel.
Nathan mengangguk setuju dengan ucapan Daniel.
Sementara itu, Stefano tampak malas untuk ikut campur dalam permainan mereka bertiga.
Leon, yang merasa kesal, beranjak ingin pergi dari apartemen milik Stefano, salah satu sahabatnya.
"Mau kemana lo, Leon?" tanya Nathan.
"Pulang, lo main curang!" jawab Leon dengan nada kesal.
"Curang? Gue yang menang, lo aja yang sial, Leon," balas Nathan.
"Ih, gak asik lo, Leon," ucap Daniel, tampak sedikit kesal melihat Leon ingin pergi.
"Bagaimana kalau kita main sekali lagi? Jika gue menang, lo gak boleh menghindari taruhan kita, tapi jika gue kalah, lo bisa minta apa saja dari gue. Gimana, lo setuju?" tawar Nathan.
Leon tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju.
"Oke, gue terima penawaran lo," jawab Leon.
Nathan dan Leon pun kembali bermain PlayStation.
Leon tampak sangat berambisi untuk menang, karena dia tidak mau kalah taruhan dari Nathan.
Setelah bermain selama satu jam, akhirnya Nathan lagi-lagi menjadi pemenangnya.
Leon tampak kesal dengan hari sialnya dan dengan terpaksa menerima kekalahannya.
"Cepat katakan, apa yang lo mau?" tanya Leon dengan tidak sabar.
Nathan tertawa mendengar ucapan Leon.
"Lo gak sabaran banget," ejeknya.
Leon tampak kesal pada Nathan. Jika Nathan bukan sahabatnya, dia mungkin sudah menghajar pria itu sejak tadi.
"Oke, oke. Gue akan memberitahu apa yang gue mau," ucap Nathan sambil menahan tawa.
"Gue pengen lo pacari Rebecca, siswi kelas 11 IPS 5. Keren, kan, permintaan gue?"
Semua orang di sana menatap Nathan dengan heran, terutama Leon. Dia menggeleng, tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Apa gue gak salah dengar?" tanya Leon, memastikan.
"Lo gak salah dengar, Leon. Lo harus pacari gadis gemuk itu sampai masa sekolah kita selesai!" ucap Nathan, memperjelas semuanya.
Stefano menatap kedua sahabatnya dengan waspada, khawatir Leon dan Nathan akan membuat keributan di rumahnya.
"Gue gak mau!" tolak Leon dengan tegas.
"Ya, jika lo gak mau, gak apa-apa. Tapi itu sama saja dengan mengakui bahwa lo adalah pecundang. Lo gak mau menerima kekalahan sejak awal," ejek Nathan.
Daniel, yang sejak tadi berdiri di antara mereka, siap mengambil langkah jika Leon dan Nathan mulai bertengkar.
"Oke, Fine! Gue terima tantangan lo!" ucap Leon dengan suara tinggi.
Pria itu mengambil tasnya dan pergi dari rumah Stefano, sementara yang lainnya menatap heran ke arah Nathan.
"Permintaan lo itu gila, menurut gue, Nath," ucap Daniel yang duduk dan menggantikan Leon bermain PlayStation.
"Gue gak mau persahabatan kita hancur hanya karena taruhan konyol kalian," sahut Stefano.
"Gak akan. Gue yakin Leon cukup berani terima tantangan ini," ucap Nathan dengan yakin.
Di dalam mobilnya, Leon tampak menunggu seseorang di depan sekolahnya. Dia ingin membuktikan kepada ketiga sahabatnya bahwa dia bukan pecundang.
Sambil menunggu bel pulang sekolah berbunyi, Leon mengambil sebatang rokok dari dasbor mobilnya.
Dia menyalakan rokok itu dan menghisapnya. Dia merasa sangat kesal hari ini dan satu-satunya cara untuk mengusir rasa kesalnya adalah dengan menghisap sebatang rokok.
Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya pagar tinggi itu terbuka lebar. Siswa-siswi SMA Mulia berhamburan keluar dan pulang.
Setelah sekolah tampak agak sepi, barulah gadis yang ditunggu-tunggu Leon muncul. Dengan wajah tertunduk, Becca berjalan kaki keluar dari gerbang sekolah.
Leon pun keluar dari mobil dan menghampiri Becca yang berjalan di depannya.
"Hei, gendut, tunggu!" teriak Leon.
Merasa dipanggil, Becca menoleh ke belakang dan melihat Leon menghampirinya.
"Ada apa, Leon?" tanya Becca dengan suara pelan.
"Ikut gue!" perintah Leon, menarik lengan Becca.
Cengkraman tangan Leon membuat Becca meringis, karena Leon mencengkram lengan Becca yang memar.
"Lepaskan tanganmu, Leon," ucap Becca, menahan tangis.
Leon menghempas lengan Becca dengan kuat, saat mereka sudah berada di tempat yang sepi.
"Gue gak mau basa-basi dengan lo. Mulai hari ini sampai lulus SMA, kita pacaran! Tidak ada protes apa pun dari lo karena gue gak peduli,"
"Dan satu lagi, jangan biarkan semua orang di sekolah tahu bahwa kita pacaran! Jika mereka tahu, itu berarti karena lo," ucap Leon, mencengkram wajah Becca dengan kuat.
Setelah itu, Leon menghempas wajah Becca hingga tertoleh ke samping.
"Pergi sana, gue muak melihat wajah jelek lo!" ucap Leon, mengusir Becca.
Leon mendorong Becca untuk segera menjauh darinya. Becca tidak bisa menolak karena Leon tidak mau mendengarnya.
"Apa yang salah dengannya, sangat tidak jelas," gumam gadis itu sambil berjalan menuju rumahnya yang sangat jauh dari sekolah.
Dia harus berjalan selama sekitar satu jam untuk sampai ke rumah orangtuanya.
Rebecca, tidak pernah menyangka bahwa menjadi pacar Leon akan membuat hidupnya semakin hancur di masa mendatang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments