"Ingat ya, lo jangan macam-macam. Mata-mata gue ada di mana-mana," pesan Leon sebelum Rebecca turun dari mobilnya.
"Iya, Leon. Aku masuk dulu," pamit Rebecca.
Dia keluar dari mobil dan pergi masuk ke dalam gedung sekolah barunya. Ini adalah hari pertama Rebecca di sekolah barunya, dan dia masih merasa sedikit deg-degan dan takut jika teman-teman barunya sama seperti di sekolah lamanya.
"Di mana ruang kepala sekolah? Sulit sekali menemukannya," gerutu Rebecca pelan.
Dia bingung di mana letak ruang kepala sekolah karena dari tadi ia mencari tidak menemukannya.
"Lo lagi cari apa?" tanya seorang gadis berambut pendek padanya.
Rebecca menoleh dan tersenyum pada gadis tersebut. "Hai, aku ingin bertanya di mana ruang kepala sekolah. Sedari tadi aku mencarinya tetapi tidak ketemu," ucapnya bertanya.
"Ruang kepala sekolah di ujung sebelah sana. Lo salah lewat kalau di sini," balas gadis berambut pendek tersebut.
"Lo anak baru?" tanya gadis itu.
"Iya, ini hari pertama ku masuk," jawab Rebecca tersenyum.
"Ya udah sini biar gue anterin. Kebetulan gue mau ke ruang guru dan ruangan itu bersebelahan," tawar gadis itu pada Rebecca.
"Terima kasih. Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?" tanya Rebecca ingin mengetahui nama gadis yang sedang berjalan dengannya.
"Kenalin, nama gue Salma. Kalo lo?" tanya gadis itu mengulurkan tangannya.
Rebecca membalas jabatan tangan Salma. "Aku Becca."
Sepanjang perjalanan mereka berdua, asik mengobrol. Rebecca sangat senang mendapatkan teman baru di hari pertamanya bersekolah.
"Becca, ini ruang kepala sekolah. Lo ketuk aja pintunya. Kayanya Ibu Shofia udah datang," sarannya dari Salma.
"Baiklah, terima kasih Salma," ucap Rebecca berterima kasih.
"Tentu, kalau gitu gue masuk ke ruang guru dulu ya," kata Salma.
Rebecca mengangguk pelan mengiakan. Setelah itu, Salma pergi dan masuk ke dalam ruangan guru karena ia harus bertemu dengan salah satu guru yang memanggilnya.
Rebecca baru saja ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu ruang kepala sekolah sudah terbuka dan menampilkan seorang wanita putih dan berbadan tinggi menatapnya dengan senyum ramah.
"Hai, apa kamu Rebecca?" tanya wanita yang Rebecca yakini adalah Ibu Shofia.
"Iya, Ibu. Saya Rebecca," jawab Rebecca sedikit gugup.
"Silakan masuk, Nak. Untung kamu cepat datang. Kalau tidak, pasti aku tidak akan bertemu denganmu," ucapnya masih dengan senyum ramah yang merekah di bibirnya.
Rebecca dan Ibu Shofia berbincang-bincang sedikit mengenai semua peraturan yang ada di sekolah baru tersebut, dan Ibu Shofia cukup ramah menjelaskan semuanya. Bahkan, Ibu Shofia sempat beberapa kali melempar candaan pada Rebecca, hingga gadis itu menarik senyumnya dengan lebar.
Setelah menerangkan semuanya, Rebecca diantar oleh Ibu Shofia menuju kelas barunya yang masih berada di lantai satu.
"Selamat pagi, anak-anak," sapanya Ibu Shofia pada seluruh muridnya.
"Selamat pagi, Bu," sapai seluruh siswa di kelas.
"Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, dan ini dia," ucap Ibu Shofia dengan riang menyambut Rebecca yang berjalan masuk ke dalam kelas.
"Yah, gue kira cewek cantik! gak taunya cewek gendut dan cacat." celetuk kecewa salah satu siswa.
"Anjir, gue berekspetasi ketinggian." ucap salah satu siswi yang menyangka akan kehadiran siswa baru yang tampan.
"Stop menghujat, anak-anakku! Saya tidak suka sekolah ini ada yang namanya pembullyan. Kalian semua sama, mendapatkan hak untuk bersekolah di sini dan ada di dunia ini. Anak-anakku sayang," ujar Ibu Shofia dengan tegas.
"Jadi, saya harap, kalian jangan pernah yang namanya membully. Jika sampai ketahuan kalian membully siapapun, saya tidak segan-segan mendepak kalian dari sekolah tercinta ini."
"Kalian semua mengerti?" tanya Ibu Shofia dengan tegas.
"Mengerti, Ibu Shofia," jawab mereka serentak.
Ibu Shofia melihat ke arah Rebecca yang merunduk menatap lantai di bawahnya. Gadis itu menangis tanpa suara, teringat kembali pada penolakan dari semua orang terhadap dirinya.
Ibu Shofia menyentuh pundak Rebecca yang terasa sedikit bergetar. "Tidak apa-apa, Nak. Semua akan baik-baik saja," bisik Ibu Shofia.
Awalnya, Rebecca senang sekali menginjakkan kakinya di sekolah baru. Dia senang karena awalnya merasa tidak ada penolakan dari yang lain. Namun, ternyata saat tiba di kelas barunya, semua orang tidak se-ramah Salma, gadis berambut pendek yang Rebecca temui tadi.
"Terima kasih, Ibu Shofia," ucap Rebecca tersenyum tegar.
Setelah perkenalan, Rebecca pun duduk di kursi dan meja pilihan dari Ibu Shofia.
Rebecca sangat canggung saat beberapa siswa melihatnya dengan tatapan mengejek. Gadis itu pun menjadi sedikit sedih.
"Ternyata semua orang sama," kata Rebecca dalam hati.
Tidak lama kemudian, seorang gadis berambut pendek berjalan menghampiri Rebecca.
"Loh, Becca, lo satu kelas sama gue ternyata," ucap Salma terlihat senang.
"Hai, Salma. Senang bisa satu kelas dengan kamu," balas Rebecca sambil tersenyum.
Siswa dan siswi di kelas terbengong melihat interaksi Rebecca dan Salma. Mereka tidak menyangka bahwa Salma yang anti-sosial bisa se-ramah itu dengan Rebecca yang notabene adalah siswi baru di sekolah ini.
"Gue kaget," ucap Inggrid tidak menyangka.
"Bener sih, kayanya si Salma habis kerasukan setan taman belakang sekolah," sahut Chelsie, gadis yang duduk di samping Inggrid.
"Lo duduk di sini ternyata," ucap Salma yang duduk di samping Rebecca.
"Ini tempat kamu ya?" tanya Salma.
Salma mengangguk dan tersenyum membenarkan.
"Gue jadi senang punya teman sebangku kaya lo," ucap Salma.
Walaupun sebagian siswa belum menerima kehadirannya, Rebecca senang karena di sekolah ini dia bisa mendapat teman seperti Salma, yang selalu bercerita banyak hal tentang sekolah ini. Bahkan, Salma mengajaknya untuk nonton film saat akhir pekan nanti. Namun, Rebecca tidak bisa langsung menyetujuinya. Dia harus meminta izin pada Leon terlebih dahulu.
"Bec, bagi nomor handphone lo dong. Biar enak gitu gue chat sama lo," ucap Salma sambil menyodorkan handphone miliknya.
Rebecca tersenyum canggung. Dia bingung harus menjawab apa. Rasanya jika ia berkata jujur, sepertinya Salma tidak percaya bahwa dia tidak pernah memiliki handphone selama ini.
"Maaf, Salma. Handphone aku sedang rusak dan masih ditempat servis," ucap Rebecca berbohong.
"Oh, ya udah gak apa. Ngapain pake acara minta maaf," balas Salma memakluminya.
Salma senang memiliki teman seperti Rebecca, yang terlihat tulus dan juga polos. Berbeda dengan semua teman di kelasnya yang saling jatuh menjatuhkan.
Pulang sekolah telah tiba, Rebecca dan Salma keluar gerbang untuk mencari angkutan umum. Namun, saat mereka tengah menunggu, suara klakson membuat mereka menoleh.
"Siapa tuh?" tanya Salma.
"Aku tidak tahu, Salma. Mungkin itu jemputanmu," jawab Rebecca yang lupa bahwa Leon akan menjemputnya.
"Rebecca, cepat masuk nak," panggil Sisilia tersenyum manis pada kedua gadis di halte tersebut.
"Yaelah, jemputan lo tuh," ujar Salma terkekeh.
"Mama, kok jemput Becca?" tanya Rebecca, yang mengira bahwa Leon yang menjemputnya.
"Kebetulan mama lewat sini, jadi sekalian saja jemput kamu," jawab Sisilia.
Sisilia memang dengan sengaja menjemput Rebecca. Dia tidak ingin gadis itu harus berjalan kaki lagi, apalagi jarak sekolah dan apartemen lumayan jauh. Dia tidak mau membuat gadis malang itu menderita.
"Hai nak, ayo masuk juga. Biar tante yang antar kamu pulang," ajak Sisilia pada Salma.
"Gak usah tante, sebentar lagi angkutan umum bakal datang kok," tolak Salma dengan halus.
Namun, Sisilia tidak menerima penolakan. Wanita itu tetap mengajak Salma untuk pulang bersama dengan mereka. Hingga akhirnya, sekarang Salma dan Rebecca duduk di kursi penumpang.
"Sebelum pulang, kita mampir ke mall dulu gak apakan, Salma?" tanya Sisilia.
Salma menyikut lengan Rebecca dan meminta pendapat. Gadis itu mengangguk, meminta Salma menerima tawaran tersebut.
"Sembarang tante saja sih, Salma ikut saja," jawab Salma menampilkan senyum canggungnya.
Sisilia merasa senang dapat mengajak Rebecca dan Salma pergi ke mall bersama. Mereka berencana untuk mencari beberapa pakaian yang sesuai dengan selera dan kebutuhan Rebecca. Selain itu, mereka juga berencana untuk menikmati makanan enak bersama di restoran yang disukai oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments