Sudah dua hari setelah kejadian itu, Rebecca tidak terlihat di mana pun, baik di sekolah maupun di kediamannya. Justin merasa sangat khawatir pada sahabat barunya itu. Apakah dia baik-baik saja? Entahlah, lelaki bertubuh tinggi itu tidak tahu persis kondisi Rebecca sekarang.
Saat Justin sibuk dengan pikirannya, beberapa lelaki berseragam seperti dia masuk ke dalam kelas. Keempat lelaki itu melempar canda tawa dan saling mengejek satu sama lain.
"Gila banget, lo Leon. Bagi-bagi dong nomor WA-nya si Gisel," ucap Daniel, mengharapkan Leon memberi nomor ponsel kakak kelas yang dia taksir.
"Gak! Enak aja lo, itu target gue, tolol," tolak Leon, enggan memberi nomor ponsel kakak kelas yang dia punya.
Daniel pun cemberut. Dia kesal karena Gisel hanya membagi nomor ponselnya pada Leon saja, sedangkan dirinya tidak diberi dengan alasan yang tidak jelas.
Justin menoleh ke arah Leon yang sedang duduk. Lelaki itu mengamati ekspresi wajah Leon yang sama sekali tidak menunjukkan rasa sedih sedikit pun atas musibah yang Rebecca alami. Dia pun mulai yakin bahwa yang diucapkan Nesya kemarin ada benarnya, Leon hanya menjadikan Rebecca sebagai bahan taruhannya saja.
"Saya heran sama anak itu, pacarnya kena musibah, dia malah ketawa-ketawa bareng temannya," gumamnya.
"Maksud kamu Leon?" tanya Antonio yang tidak sengaja mendengar gumaman Justin barusan.
Justin mengangguk membenarkan. Dia muak melihat wajah Leon yang seperti biasa saja.
"Emang pacarnya Leon siapa?" tanya Antonio.
"Becca," jawab Justin.
"Hah? Serius?" tanya Antonio terkejut."Iya, Antonio, tapi Nesya bilang Becca cuma pacar taruhannya doang," ucap Justin.
Antonio membenarkan posisi duduknya. Lelaki itu tampak terkejut mendengar fakta yang ada.
"Dua hari yang lalu, aku melihat Leon dan Kak Gisel di perpus. Mereka lagi bercumbu," bisik Antonio.
"Sial," umpat Justin dalam hati.
"Leon sering berbuat tak pantas di sekolah, jadi saran saya, jauhkan teman kamu dari dia," bisiknya lagi.
Justin menggeleng pelan. "Gue gak bisa menjaga dia, Antonio. Sampai sekarang pun gue gak tahu di mana Becca berada. Dia menghilang setelah kejadian itu," ucapnya lemah.
"Kenapa kamu tidak bertanya pada Leon, siapa tahu dia mengetahui keberadaan Becca." usul Antonio.
"Lo bener juga," ucap Justin menerima usulan.
Justin pun berdiri, dan menghampiri Leon yang bercanda di tempatnya.
"Leon, gue mau ngomong!" ucap Justin.
Leon yang dipanggil menoleh, lelaki itu mengendus kesal melihat Justin menghampirinya.
"Mau apa lo?" tanya Justin ketus.
Fano, Daniel, dan Nathan mengamati interaksi kedua manusia tersebut.
"Dimana Rebecca?" tanya Justin tanpa basa-basi.
Leon berdiri dari duduknya, dia menghampiri Justin dan menarik kerah baju lelaki itu.
"Gue gak tau, dan gue gak perduli." ucapnya menatap tajam kepada Justin.
Justin menghempas lengan Leon di kerah baju seragamnya, dia kesal dengan respon Leon yang berlebihan.
"Aneh lo gak tau dimana Becca, sedangkan lo pacarnya dia."
Leon terkekeh mendengar ucapan Justin barusan,"Lo salah orang tanya si gendut itu sama gue!"
Justin menatap kesal pada Leon yang berada didepannya, dia mengira akan mendapatkan informasi tentang keberadaan Rebecca tapi nyatanya malah sebaliknya.
Justin yang kesal meninggalkan Leon, dia merasa tidak ada gunanya berlama-lama didepan lelaki itu.
Ditempat berbeda, Rebecca tengah duduk di balkon Apartemen seorang diri. Gadis itu melamun didepan gedung-gedung tinggi pencakar langit.
"Ayah Bunda, kenapa kalian tidak mencariku. Bahkan Leon bilang Ayah malah mengadakan pesta ulangtahun Nayla." ucapnya miris.
Tanpa sadar Rebecca menangis, dia merasa iri pada adiknya, yang selalu mendapat kebahagiaan dibanding dirinya.
"Jadi kamu enak ya Nay, punya orangtua yang menyalangi dirimu. Aku iri sekali denganmu." Rebecca tidak dapat mempungkiri, bahwa dia juga merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh adiknya.
Klik!
Seseorang masuk kedalam kamar Rebecca, wanita itu tersenyum pada gadis malang yang meringkuk di balkon kamar sambil menangis.
"Hai Becca," sapa Sisilia dengan begitu ramah.
Rebecca segera berdiri dan menghampiri Sisilia, gadis itu tersenyum memdengar sapaan Sisilia barusan.
"Selamat pagi Nyonya." balas Rebecca.
"No sayang, panggil aku Mama. Aku bukan majikan kamu." tolak Sisilia saat Rebecca memanggil dengan sebutan nyonya.
"Tapi sepertinya, saya lancang jika memanggil anda dengan sebutan Mama." ucap Rebecca merasa tidak nyaman.
"Tidak Becca sayang, mulai sekarang biasakan dirimu memanggilku dengan sebutan itu ya." ucap Sisilia meyakinkan Rebecca.
Rebecca terdiam ditempatnya, dia merasa haru saat Sisilia memintanya memanggil wanita itu dengan sebutan Mama.
"Terimakasih Ma-mama," ucapnya dengan nada sedikit gugup.
Sisilia mengetahui Rebecca ingin menangis, wanita itu mendekati gadis didepannya lalu dia mendekap putri dari sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang.
"Becca jangan menangis lagi ya nak, sekarang kamu adalah bagian dari keluarga kami. Anggaplah kami adalah rumah kamu, jadi jangan merasa sendiri lagi ya." ucapnya ikut menangis haru.
Wanita itu berjanji akan selalu menjaga Rebecca dan mencintainya seperti dia mencintai Leon, putra kandungnya sendiri.
"Terimakasih Mama, Becca tidak menyangka masih ada orang yang perduli pada Becca."
Sisilia lalu mengelus pipi Rebecca yang selalu pucat, dia sedih sekali dengan nasib gadis didepannya. Saat Leon memberi tau bahwa dia membawa Rebecca, dia pun teramat senang, dia yakin sekali bahwa Beni dan Nina adalah orangtua kandung Rebecca, dan ternyata benar mereka berdua adalah orangtua kandung anak tersebut.
Sislia berada di apartemen Leon hanya sebentar, wanita itu hanya mampir dan melihat kondisi Rebecca dan setelah itu dia pamit karena harus pergi ke tempat acara temannya yang sedang berulang tahun.
Setelah Sisilia pergi barulah Leon pulang, lelaki itu masuk dan menemukan Rebecca tengah mamasak untuk makan siangnya.
Dengan masih memakai baju seragam, lelaki itu mendekap tubuh gemuk Rebecca dari belakang dia mengendus leher gadis itu hingga membuat Rebecca merasa kegelian.
"Menjauhlah Leon, kau menggangguku." usir Rebecca.
Bukannya menjauh, Leon malah semakin erat mendekap tubuh Rebecca setelah itu dia mencium pipi chuby gadis didekatnya.
"Lebih cepat masaknya, gue lapar."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Leon melepaskan pelukannya dan masuk kedalam kamar pribadinya.
Rebecca pun sedikit lega, karena Leon sudah pergi menjauh.
Sekitar sepuluh menit, Leon keluar dengan pakaian rapinya. Dia menghampiri Rebecca kembali dan duduk disamping gadis itu, dan dengan cekatan Rebecca kembali menyuapi bayi besar disampingnya.
"Gue mau jalan sama Gisel, jadi lo jangan keluar rumah!" ucapnya disela kunyahan.
"Iya Leon," hanya itu jawaban yang Rebecca berikan.
Kenapa saat Leon menyebut nama Gisel, ada sedikit rasa mengganjal dihatinya. Tapi dia berusaha untuk menepisnya.
"Kau harus sadar diri Becca, dia tak sungguhan kekasihmu." ucapnya dalam hati.
"Mama tadi kesini?" tanya dirinya kembali.
"Iya Leon, Ibu Sisilia dia mampir kesini. Dia menitipkan sesuatu untukmu, aku menaruhnya diatas meja." jawab Rebecca sembari menunjuk kotak hitam diatas meja.
Leon pun berdiri dan mengambil barang yang diberikan sisilia, dan meletakannya diatas meja makan.
"Ini kado untuk Gisel, gue nitip mama untuk dibelikan gaun cantik untuk orang yang cantik seperti dirinya." ungkap Leon menerangkan isi dari kotak tersebut.
Rebecca hanya bisa tersenyum saja, dia dan Gisel berbeda dan dia yakin Leon pasti akan memilih Gisel yang lebih cantik dari dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ria Nasution
pergilah yang jauh bersama Justin, Rebecca dari pada kamu sama Leon yang ada akan selalu menambah luka di hati sebelum rasa itu semakin tumbuh
2024-01-06
1