"Lepaskan aku, Leon! Kau menyakitiku," ucap Rebecca terisak menangis.
Dia ditarik dengan kasar oleh Leon menuju apartemennya. Kali ini, Leon tidak bisa menahan amarahnya. Dia sangat marah pada Rebecca yang telah membohonginya.
Leon membawa Rebecca dan mendorongnya di kursi sofa, gadis itu sungguh ketakutan melihat Leon yang sangat marah padanya.
Dengan tega, Leon mencengkram leher gadis itu, hingga Rebecca mendongak menatapnya.
"Awalnya gue percaya lo gak akan bohong sama gue, tapi saat Nathan mengirim video lo lagi pacaran sama Justin membuat gue geram Becca, lo udah merusak kepercayaan gue!" bentak Leon marah.
"Ma-maaf!" ucap Rebecca terbata.
Leon terkekeh sembari menggeleng, lelaki itu tidak akan menoleransi apapun kesalahan yang dilakukan oleh gadis dihadapannya.
"Sayangnya udah gak ada kata maaf untuk lo," ucap Leon tepat didepan wajah Rebecca.
Plak! Plak!
Dua kali Leon menampar pipi Rebecca, gadis didepannya menangis pilu menerima perlakuan itu, ditambah Rebecca mengingat semua perlakuan yang pernah Beni perbuat padanya.
Gadis itu dengan kuat berusaha memberontak, hingga Leon tergeletak di lantai. Rebecca bangun dan berlari menuju pintu apartemen dan berusaha ingin keluar, belum sempat keluar Leon sudah menyusulnya dan kembali menarik rambutnya.
"Arrggh!" ringis Rebecca.
"Ternyata milik gue udah pintar ya caranya melawan," bisiknya tepat ditelinga Rebecca.
"Ampun Leon, maafkan aku." ucap Rebecca terisak menangis.
Dia sungguh bersalah dan sangat menyesal karena telah melanggar perintah Leon, Rebecca menangis memeluk tubuh Leon meminta ampun pada lelaki itu.
"Aku sungguh minta maaf Leon, aku menyesal." isaknya dengan tubuh yang bergetar.
Leon diam tak membalas ucapan Rebecca, dia bisa merasakan bagaimana Rebecca menangis sesegukan di pelukannya meminta ampun atas perbuatannya.
"Lo udah ngecewain gue," ucap Leon dengan nada tegas.
"Maaf Leon, aku hanya ingin merasakan menjadi gadis remaja pada umumnya yang bermain dengan teman-teman sekolahnya." sahut Rebecca memberi alasan.
"Bohong! lo bohongi gue, buktinya lo malah ketemu sama si anak baru,"
Rebecca menggeleng tidak membenarkan,"Aku tidak tau jika Justin sepupu Salma, Leon. Aku tidak tau jika dia ikut dengan kami," ucap Rebecca memberi penjelasan.
"Maafkan aku Leon, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." tangis Rebecca manatap Leon.
Leon menengok kearah Rebecca, dia melihat bagaimana gadis itu masih memeluknya erat sembari menangis. Dengan berat hati dan perasaan yang masih kesal, Leon pun akhirnya mengalah. Lelaki itu tanpa bersuara membawa Rebecca kembali masuk kekamarnya, dan menyuruh gadis itu untuk beristirahat.
"Cepat berbaring!" ucap Leon dengan tegas.
Rebecca menatap mata Leon,"Apa kau memaafkanku?" tanya Rebecca.
"Cepat baring Rebecca!!" sahut Leon tanpa menjawab pertanyaan Rebecca barusan.
Rebecca pun akhirnya menurut walau dia belum tau apa Leon telah memaafkannya, ataukah belum.
Gadis itu berbaring di tempat tidurnya, lalu kemudian Leon menyusul dan berbaring disamping Rebecca.
Leon mendekap tubuh gemuk Rebecca, dan mengelus bekas tamparan yang dia lakukan di kedua pipi gadis itu hingga Rebecca terlelap tidur.
"Lo milik gue Rebecca, sampai kapanpun itu lo gak akan pernah lepas dari gue." kata Leon dalam hatinya.
Dia tidak tau persis kapan rasa memiliki itu ada, tapi yang pasti sampai kapanpun Rebecca adalah miliknya dan tidak boleh ada satu pun orang yang mendekatinya atau bahkan merebutnya dari Leon.
Nathan, Stefano, dan Daniel tengah bersantai di kamar milik Stefano, mereka tengah membahas Leon yang ternyata sudah tinggal satu atap bersama dengan Rebecca.
"Kayanya si Leon suka beneran deh sama si gendut," ucap Daniel sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Gue pun berpikir begitu," sahut Nathan merasakan hal yang sama.
"Ya gak masalah sih menurut gue, kenapa di permasalahin! Selama Leon sukanya sama cewek kenapa harus di perdebatkan." ucap Stefano tidak mau ambil pusing.
"Tapi ya Fano, ini tuh kejadian langka! gue awalnya cuma main-main dong nyuruh si Leon pacaran sama Becca, tapi kok dia beneran sih mana jauh banget lagi sama selera Leon yang dulu-dulu." ujar Nathan heran dengan selera Leon yang berubah.
"Ini semuakan karena permainan konyol lo Nath," sahut Daniel menyalahkan Nathan.
Nathan menatap sengit pada sahabatnya itu, dia sudah menyuruh Leon menghentikan tantangan tersebut tapi Leon sendiri yang tidak ingin.
Leon datang membuka kamar Fano, lelaki itu ikut duduk dan bergabung bersama dengan sahabat-sahabatnya.
"Si gendut mana?" tanya Nathan mencari Rebecca.
"Lo ngapain sih nyariin si Rebecca, suka lo sama dia?" tanya Daniel mengejek.
Nathan memutar mata malas, dia hanya penasaran gadis itu sekarang dimana tapi Daniel malah mengejeknya.
"Gue tetanggaan sama lo tapi gue baru nyadar ternyata Becca satu apartemen sama lo juga." ucap Fano yang baru menyadari kehadiran Rebecca di apartemen Leon.
"Lo beneran pacaran sama Becca?" tanya Daniel penasaran.
Leon begitu jengah dengan ketiga sahabatnya, lelaki itu ke apartemen Fano untuk meredakan amarahnya tapi malah sebaliknya, dia malah di cecar banyak pertanyaan oleh mereka yang baru mengetahui fakta mengenai Rebecca.
Bukannya menjawab, Leon malah memejamkan matanya dan memutuskan untuk tidur. Lelaki itu tidak ingin terlalu jauh membuat sahabatnya tau tentang hubungannya, bersama dengan Rebecca.
"Bukannya jawab malah dia tidur," ucap Nathan mengendus kesal.
Dikamarnya, Justin terlihat sedang melamun memikirkan Rebecca. Dia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu.
Justin sungguh menyesal, membiarkan Rebecca pergi bersama Leon sore tadi.
"Gue bego banget, ngelepasin dia gitu aja." ucap Justin menyesal.
"Justin sayang, ayo makan!" ucap Melani membuka pintu kamar putranya.
Justin menengok Melani,"Nanti Ma, Justin masih kenyang." sahut Justin berbohong.
Leon sebenarnya belum makan, tapi entah kenapa kali ini dia sungguh tidak berselera menyentuh makanan sedikit pun.
"Ada apa sayang? Mama liat kau sepertinya begitu sangat cemas?" tanya Melani yang datang menghampiri putranya.
Justin tersenyum dan menggeleng menatap sang Mama, Melani tersenyum simpul pada putranya. Wanita itu mengelus lembut rambut sang putra, dia sangat tau bahwa Justin tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Mau bercerita?" tawar Melani.
Wanita itu duduk disamping putra tunggalnya, menunggu Justin mengungkapkan kegelisahannya.
"Mama masih ingat sama gadis yang Justin bawa ke rumah sakit waktu itu kan?"
"Iya, Rebecca bukan namanya?" tanya Melani memastikan.
"Iya Ma," jawab Justin membenarkan.
"Ada apa dengannya sayang,"
Justin menghela nafas sejenak sebelum menjelaskan semuanya pada sang Mama, setelah dirasa tenang barulah Justin memberi tau semua kegundahannya.
Melani pun nampak serius mendengarkan putranya bercerita, wanita itu merasa bahwa Justin sepertinya memiliki rasa pada gadis tersebut.
"Apa kau menyukainya sayang?" tanya Melani menggoda putranya.
"Mama, aku hanya mengkhawatirkannya." elak Justin.
Melani tersenyum saat melihat putranya seperti salah tingkah, dia tidak masalah jika Justin menyukai Rebecca.
Bagaimana Melani tidak curiga, sebelumnya Justin tidak seperduli ini terhadap seseorag apalagi seorang wanita, tapi saat dia membawa Rebecca ke rumah sakit saat itu, Melani merasakan ada yang berbeda pada putranya, bagaimana Justin menunggu keluarga Rebecca yang tidak kunjung datang dengan sabar hingga mengantar pulang Rebecca pada saat itu dan dia yakin sekali bahwa Justin sekarang memiliki rasa pada Rebecca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments