Pertukaran Jiwa Aster
"Bagus yah kamu, pulang hanya untuk makan. bisanya hanya membuatku susah saja!. Belum puas kamu membuat ibu mu meninggalkan diriku!" cercah pria paruh bayah dengan tampang premannya, sesekali mendorong - dorong belakang kepala Aster dengan telunjuknya. Membuat kepala Aster beberapa kali terdorong ke depan dibuatnya.
perempuan itu hanya diam, berusaha mengacuhkan perlakuan semena-mena yang dia dapatkan. Membiarkan pria itu melanjutkan perbuatannya hingga terhenti dengan sendirinya seperti biasa.
Segera Aster mempercepat gerakan tangannya memasukkan nasi yang dia siram menggunakan kuah mie instan. Mengisi perutnya yang terasa kosong, setelah pria itu berhenti
Melihat perkataan dan tindakannya dihiraukan, pria itu semakin bertambah geram. Dengan ringan tangan pria itu menarik rambut Aster dengan kuat, Membuat beberapa rambut Aster ikut tercabut dan menimbulkan rasa sakit pada bagian belakang kepalanya.
"Auhh... ishh..." rintih Aster memegangi punggung tangan pria itu, berusaha menahan tarikan tangan ayahnya berharap rasa sakit yang dia rasakan bisa sesikit berkurang.
"Kalau orang tua bicara itu dijawab! jangan hanya diam, mau pura - pura tuli kamu" bentak pria itu semakin mempererat cengkraman tangannya. Membuat Aster semakin mengaduh sakit dengan rintihannya.
"Lalu aku harus jawab apa?, Ayah" ucap Aster menatap nanar pria itu dengan ekor matanya. Dia berusaha menekan sebutan ayah pada akhir ucapannya, berharap bisa mendapatkan belas kasih pria itu.
"ah sial..." melihat bola mata yang mulai berembun itu membuatnya mengingat kembali istrinya, pria itu kemudian melepaskan rambut kemudian beralih mencengkram lengan Aster dengan kuat. Melemparkan tubuh ringkih itu dengan kasar ke dalam kamar di sudut ruangan.
"Ingat besok kau harus ke pelabuhan, jangan sampai besok kau terlambat lagi mengambil barang" bentak pria itu sebelum membanting kasar daun pintu. Membuat tubuh Aster ikut terperanjak kaget dibuatnya.
"ibu, apa kau melihat pria brengsek itu?. mengapa kau harus memilih pria itu dari sekian banyaknya pria di dunia? Mengapa membiarkan dirinya menjadi ayah untuk diriku?, mengapa membiarkan darahnya mengalir di dalam tubuhku? mengapa kau harus meninggalkanku dengannya?. Mengapa bu?... Mengapa?.. Mengapa tak membawaku bersamamu?..." ucap Aster menatap liontin yang selalu melingkar indah pada lehernya. Banyak hal yang ingin dia keluhkan pada potret perempuan yang tersemat dalam liontin tua itu. Namun tidak ada satupun pertanyaannya yang bisa dia dapatkan jawabannya.
Meski tidak pernah bertemu dengan wanita dalam potret itu, Namun Aster bisa mengenal sedikit sosoknya berdasarkan cerita yang dia dengar dari beberapa orang di sekitarnya. Meski tidak banyak tetapi setidaknya itu bisa membuat Aster tidak membenci perempuan yang selalu dia sebut ibu.
mungkin hanya pria itu yang menjadi titik hitam dalam kehidupan perempuan yang bernasib naas itu. entah apa yang dilihatnya dari sosok pria kasar dan egois itu, sehingga dirinya tetap setia bersama pria brengsek tersebut bertahun - tahun lamanya. Bahkan bagian terburuknya, dia memberikan pria itu seorang putri sebelum menghilang begitu saja.
"oh! kau sudah bangun. ku kira, aku harus bersusah payah mengguyurmu dengan seember air lagi" ucap pria itu berkacak pinggang mendapati Aster yang sedang memasang sepatu setelah mengenakan mantel kulit hitam legam miliknya.
tanpa mengindahkan keberadaan dan pertanyaan pria tersebut, Aster bergerak cepat ke arah meja TV untuk mengambil kunci motor yang biasa dia gunakan bepergian. Satu- satunya kendaraan yang dia gunakan untuk mengambil barang kiriman di pelabuhan.
"ingat jangan sampai barangnya terlambat hari ini?" kata pria tersebut mengingatkan kembali. Mendengar ucapan itu, Aster hanya memutar matanya malas menanggapinya. Bukankah setiap menjalankan tugasnya dia tidak pernah gagal, hanya karena sebuah keterlambatan singkat membuatnya harus mendapat amukan dari pria itu kemarin.
"Ctehh, buat apa juga kau mengharapkan pengakuan darinya" monolog Aster membuang jauh - jauh harapan kecilnya yang tiba-tiba hadir. Dari relung hatinya yang terdalam, sebenarnya Aster juga sangat mengharapkan sedikit kasih sayang dari pria itu. Namun harapannya itu selalu berusaha dia tepis jauh - jauh sebelum keinginannya itu mengganggu ambisinya.
...****************...
"Selamat siang mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pria dengan ramah, berdiri pada loket penerimaan barang. Menatap lekat pada Aster melalui sekat kaca yang memisahkan mereka.
"Saya ingin mengambil barang!" kata Aster sesekali mengawasi keadaan sekitar yang tampak ramai.
"Baiklah, boleh saya lihat resi pengiriman barangnya mbak?" tanya sekali lagi pria tersebut masih dengan senyum ramahnya.
"A09S" satu kata yang Aster ucapkan mampu membuat pria di depannya mengubah mimik wajahnya menjadi serius.
"Ikuti saya!" pinta pria tersebut berjalan meninggalkan loket tersebut, berjalan menuju sebuah kontainer yang berada diantara beberapa kontainer lainnya.
Setelah mengambil barang yang menjadi tujuannya datang ke pelabuhan itu, Aster menganggukkan kepalanya pelan setelah memeriksa kembali barang tersebut. sebelum meninggalkan tempat yang cukup panas karena terik mentari.
Meski sudah sering memegang barang ilegal tersebut. Namun, tidak pernah sekalipun Aster berniat menggunakan barang tersebut. Saat Aster merasa frustasi dengan kehidupannya, dia hanya akan melampiaskannya pada rokok batangan yang ia beli dari kedai dekat tempat tinggalnya.
Setelah mengantar barang tersebut pada alamat yang dikirimkan ayahnya, Aster tidak langsung pulang ke rumah. Seperti Biasa dia akan menghabiskan waktu senggangnya di bawah trotoar kota. sambil mengesap rokok yang bertengger di antara jari telunjuk dan jari tengahnya, Aster mengamati setiap kegiatan anak - anak pinggiran kota. Berusaha menghibur dirinya yang selalu hidup sendiri tanpa seorang teman.
"Maafkan aku ibu!, aku sudah menjadi iblis. Aku menghancurkan masa depan banyak orang dengan barang yang telah ku sentuh" batin Aster menatap telapak tangannya yang dihiasi berbagai garis - garis tidak beraturan.
lamunan intan teralihkan oleh segerombolan anak mudah yang tengah mengepung seorang perempuan, berusaha mengintimidasi perempuan yang tampak ketakutan. Setelah cukup lama memperhatikan dari jauh, rasa geram Aster memuncak kala perempuan itu terus memohon untuk dilepaskan setelah menyerahkan semua benda berharganya. Namun hal itu tidak diindahkan pemuda - pemuda tersebut.
"Berhenti!" pinta Aster yang sudah berdiri di belakang gerombolan pemuda itu. Membuat tatapan mereka kini tertuju pada Aster yang berdiri dengan bertolak pinggang.
"hei kakak yang manis! jangan mengganggu kesenangan kami yah" ucap salah satu pria dengan senyum miringnya memindai penampilan Aster dari atas hingga ke bawah.
"atau kakak juga ingin bermain bersama kami, kebetulan kami masih butuh mainan tambahan" ucap pria lain bergegas mendekat ke arah Aster, kemudian berusaha mencengkram dagu Aster, yang langsung ditepis kuat oleh pemiliknya.
Dengan cepat Aster memelintir tangan kanan pria itu, tidak tinggal diam pria itu berusaha memberontak, berusaha melawan. hingga berakhir dengan beberapa tendangan beruntun pada bagian perut serta tulang keringnya, membuat pria luruh di atas aspal dengan mengaduh kesakitan.
"Beraninya kamu!" seru pria yang lain setelah berhasil menguasai diri dari keterkejutannya.
"serang dia" ucap pria itu kembali memberi aba - aba pada yang lain untuk menyerang secara bersamaan.
Meski diserang oleh 4 pria sekaligus, itu bukan hal yang sulit untuk Aster tangani. Dengan kehebatan Aster dalam berkelahi dan kelihaian geraknya serta mata tajam yang dapat memprediksi gerakan lawan. Tidak butuh waktu lama bagi Aster untuk melumpuhkan mereka semua.
"Jadi bagaimana sekarang, berhenti atau mau kupukul juga kamu!" tegas Aster menatap tajam pria yang masih menahan gadis lemah itu. Dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah segar dan bagian bawah mata yang membiru, Aster berjalan mendekat ke arah mereka.
Pria yang merasa terancam itu bergegas kabur meninggalkan tempat tersebut, tanpa memedulikan temannya yang lain. Dia tidak ingin berakhir sama dengan nasib teman - temannya.
"To...tolong, ja.. Jang.. ann men.. Men dekaat" ucap perempuan itu dengan ucapan yang terbatah - batah, tubuhnya masih bergetar hebat namun tetap berusaha mempertahankan tubuhnya tetap berdiri tegak.
"Tenanglah, aku tak sejahat yang kau pikirkan" ucap Aster mengelus lembut kepala perempuan itu, merapikan sedikit rambut yang teracak dengan tidak karuan itu.
"Dimana rumahmu?, tidak baik berkeliaran di sini malam - malam begini" kembali Aster berucap sambil melepas jaket kulitnya dan memakaikan pada tubuh perempuan yang masih bergetar. perempuan itu langsung berhamburan ke dalam pelukan Aster dan menumpahkan air matanya.
"Me.. Mere..ka ja.. ha..t" hanya itu kalimat yang dikeluhkan perempuan itu dalam pelukan Aster. tangan Aster terangkat mengelus pelan bahu yang semakin bergetar di dalam pelukannya. membiarkan perempuan itu menumpahkan semua keluh kesahnya.
...****************...
"Benar ini rumah mu?" tanya Aster setelah menepikan motornya di depan gerbang sebuah mansion yang sangat mewah.
"I..iya.. Kak" ucap perempuan tersebut melepas helm dari kepalanya.
"Ya ampun non!, nona darimana saja? nyonya sangat khawatir mencari anda sejak siang" ucap satpam yang membuka pagar besar tersebut, kemudian menghampiri anak dari majikannya.
"Apa nona baik - baik saja?" tanya satpam itu kembali setelah berdiri tidak jauh dari Aster.
"Te... rii.. ma... Ka..sih..." ucap perempuan itu menyerahkan kembali helm pada Aster. yang hanya dijawab dengan senyuman sekilas oleh Aster.
"Kalau begitu aku langsung balik, sampai jumpa lain waktu!" ucap Aster yang mengenakan helm tersebut. kemudian berlalu meninggalkan satpam dan perempuan dengan tag name bertuliskan Intan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Abizar zayra aLkiaana
blum bisa komen,krna masih terlalu awal😁
2024-04-29
0
#ayu.kurniaa_
.
2024-04-17
0
IndraAsya
👣👣👣
2024-04-15
0