5 Shoot

"Dia memilih tempat yang tidak terlalu buruk" batin Intan menduduki kursi yang berada di sudut kelas, menatap kagum keluar jendela yang menampakkan lapangan basket yang luas.

"Harus mengulang kembali masa sekolah yang menyebalkan, membuatku muak saja saat mengingat masa itu kembali" guman Intan pelan menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menelisik masuk melalu jendela kaca di sampingnya.

"Intan! bisa tolong tetap fokus pada penjelasan saya. Jika menurutmu ini membosankan, jangan mengganggu konsentrasi yang lain" kata guru perempuan yang tengah menjelaskan materi fisika. Salah satu pelajaran yang tidak pernah mampu menarik minat Intan.

Teguran yang mampu membuat pandangan intan kembali teralihkan. Menyadari tatapan dari semua penghuni kelas itu kini menatapnya dengan tajam.

"Maaf bu!" ucap Intan kembali menatap ke arah papan tulis. Berharap guru itu segera melanjutkan penjelasannya yang tertunda tanpa memperpanjang masalah tersebut.

"Haduh! Sampai mana tadi penjelasannya. Makanya lain kalau ada yang menjelaskan jangan di potong begini. Jadi terhambatkan penjelasannya" cercah bu sri yang berusaha mengingat kembali bagian terakhir yang ia jelaskan dari sekian banyaknya coretan di whiteboard tersebut.

"Baiklah untuk gambar bentang ini setelah menghitung reaksi vertikal dan reaksi horizontalnya. Maka sekarang kita hitung reaksi perletakan di setiap batangnya" jelas bu sri kembali melanjutkan dengan penuh konsentrasi mengajarkan materi fisika yang dia bawakan.

"Maaf bu, Bukankah kita juga perlu mengontrol jumlah reaksinya untuk memastikan ketepatan perhitungan sebelumnya" kata Intan dengan penuh penekanan namun berakhir dengan penyesalan ketika menyadari perkataan spontan. Dia ikut merasa heran dengan kecerdasan raga asli yang tiba - tiba muncul mengendalikan dirinya.

"Intan keluar dari kelas sekarang, dari tadi kerjamu hanya mengganggu saja" Bentak bu sri yang mulai geram dengan kehadiran intan.

"tapi bu..." ucap intan berusaha membela dirinya.

"keluar atau tak perlu lagi mengikuti pelajaran saya selama satu semester!" pinta bu sri semakin mempertegas perkataannya.

"Baiklah bu! Maaf!" ucap Intan segera beranjak meninggalkan ruang tersebut, tidak ingin lagi berlama-lama di tenpat yang bisa membuat dirinya kehilangan kendali.

"Tahu begini, mungkin akan lebih baik seandainya menemani Irzam daripada datang ke tempat ini" monolog Intan mengingat Irzam yang tak sengaja ia temui di halte bus pagi tadi. anak berumur 8 tahun yang cukup dekat dengan dirinya saat masih menjadi Aster.

"Hei... kembalikan!" pinta pria yang mungkin lebih pendek beberapa centimeter dari Abraham yang terus berjinjit, mengangkat tinggi - tinggi baju olahraga. Menjadi sebuah hiburan bagi mereka yang melihat tanpa berniat membantu.

"Ambil sendiri dong, hahaha" kata Abraham disertai tawa mengejeknya yang semakin riuh dengan tawa dan cacian beberapa pria yang berteman baik dengan Abraham.

"Pengecut" ujar Intan dengan lantang, membuat Abraham segera mencari sumber suara.

"Maksud loe apaan, bicara seperti itu sama sepupu loe sendiri!" kini bukan Abraham yang bersuara melainkan Deki yang merasa momen menyenangkannya terganggu dengan kehadiran Intan.

"Hanya laki-laki pengecut yang berani bertingkah ketika mereka beramai-ramai. Bisanya cuma keroyokan," ucap Intan lantang, mengibarkan bendera perang terhadap kakak kandungnya sendiri.

"kurang kerjaan banget sih loe, tiba - tiba datang ngajak ribut?" ucap Deki, kembali menanggapi Intan yang masih terlihat santai, meski beberapa siswa memperhatikannya dengan tatapan mengejek.

"Lawan gue main basket. Kalau lo menang, gue akan penuhi tiga permintaan lo, dan sebaliknya," jelas Intan sambil mendekat ke arah Deki. Di ingatannya, Deki adalah salah satu anggota tim basket di sekolah mereka yang baru bergabung beberapa bulan.

"Kenapa? Nggak berani lawan gue?" tantang Intan lagi, membuat Deki semakin panas, apalagi sekarang mereka menjadi pusat perhatian beberapa siswa di sekitar mereka.

"Oke gue turutin mau loe, tapi saat loe kalah nanti jangan mohon - mohon sama Bram biar lepas dari gue" Ucap Deki memandang remeh Intan setelah menatap sekilas pada Abraham yang hanya terdiam menyaksikan perdebatan itu.

"Loe tenang saja, seperti sebelum - sebelumnya gue nggak akan memohon bahkan mengganggu Bram, sepupu gue itu" ucap intan sarkas dengan penekanan penuh pada akhir kalimatnya. Membuat Abraham memicingkan matanya menatap intan yang kini keberanian menantang kelompok mereka.

"Pinjam" ucap Intan mengambil celana olahraga yang berada dalam genggaman reza, anak laki-laki yang sering menjadi bahan ejekan Abraham.

Setelah mengganti rok dengan celana olahraga, Intan kembali melangkah menuju lapangan basket di mana beberapa siswa menanti kedatangannya untuk dipermalukan. Bukankah Intan hanya siswi biasa, bahkan dia tidak begitu ahli dalam pelajaran olahraga.

"Apa kau siap?" tanya Deki menyambut kedatangan Intan dengan senyum simpulnya, hasil dari pertandingan itu sangat jelas terlihat. Namun dirinya juga tidak ingin melewatkan hal yang menarik itu.

"Tentu, aku sudah sangat siap. Sudah saatnya menggerakkan otot - otot yang sedikit kaku" batin Intan tidak berniat menanggapi ocehan Deki. Intan sangat paham dengan kemampuannya, meski mungkin tidak sehebat dulu.

"5 shoot ku kira cukup" kata Deki kembali yang segera disetujui Intan dengan anggukan pasti.

Setelah peluit berbunyi, Deki melemparkan bola kepada Intan, membiarkannya memulai permainan yang biasa mereka mainkan. Hanya dalam tiga menit, Deki berhasil mencetak poin pertamanya. Pada menit ketujuh, ia kembali memasukkan bola ke dalam ring dengan mudah. Lalu, di menit kedua belas, Deki kembali mencetak poin, kali ini tanpa hambatan berarti. Senyumnya semakin lebar, yakin bahwa kemenangan sudah berada di tangannya.

"Ups, sepertinya kau hanya sedang mempermalukan dirimu sendiri," ejek Deki di telinga Intan. Namun, Intan hanya tersenyum mendengar ejekan itu, tampak tenang tanpa sedikit pun terganggu.

Di menit keenam belas, Intan akhirnya berhasil memasukkan bola pertamanya. Tiga menit kemudian, ia mencetak poin lagi. Di menit kedua puluh satu, Intan kembali menambah angka dengan mudah. Tak berhenti sampai di situ, di menit kedua puluh empat, Intan mencetak poin lagi dengan gerakan lincah, membuat Deki mengeras rahangnya, mulai kehilangan kesabaran.

"Apa sejak awal kau cuma mempermainkanku?" ucap Deki dengan nada tak suka.

"Ah, awalnya tadi ototku masih butuh pemanasan, jadi kubiarkan kau mencetak poin tiga kali dulu," jawab Intan dengan senyum mengejek, sambil menggiring bola dan menghindari upaya Deki untuk merebutnya.

"Tapi, kuakui ejekanmu tadi cukup membuatku puas," lanjut Intan, terus bergerak lincah, menghindari Deki yang masih berusaha merebut bola. Akhirnya, dengan langkah cepat, Intan melompat tinggi, melemparkan bola ke arah ring yang berada cukup jauh darinya.

"Bagaimana rasanya terbang di atas kesombongan, lalu dihantam oleh dahan pohon yang bahkan tak melakukan apa-apa?" ucap Intan, sambil tersenyum ketika bola basket yang dilemparkannya masuk dengan mulus ke dalam ring. Para siswa yang menyaksikan pertandingan itu tampak takjub, bercampur dengan rasa geli melihat ekspresi Deki.

"Boleh aku minum?" tanya Intan, menghampiri Reza yang terkekeh kecil. Reza, yang sedari tadi berdiri di sudut lapangan sambil membawa sebotol air mineral, merasa lega karena hasil pertandingan itu.

"Jadi, sudah puas dengan kekalahanmu?" tanya Intan sambil melirik ke arah Deki, yang kini mendekatinya bersama beberapa temannya, wajahnya tampak tidak senang.

"Katakan, apa maumu?" tanya Deki to the point, wajahnya masam.

"Pergi ke koperasi sekolah, belikan seragam olahraga baru untuknya!" perintah Intan sambil menunjuk Deki dengan dagunya. Permintaan sederhana yang membuat Deki dan teman-temannya melongo dibuatnya.

"Kenapa? Bukankah kalian akan melanjutkan pelajaran olahraga?" lanjut Intan sambil meneguk air mineral dari botol di tangannya.

"Apa lagi?" Deki kembali bertanya, kali ini dengan nada lelah.

"Kurasa itu saja untuk sekarang. Nanti, kalau ada yang lain, akan kukatakan," jawab Intan santai, lalu beranjak meninggalkan mereka yang masih terdiam kebingungan. Tanpa ia sadari, beberapa teman sekelasnya menyaksikan pertandingan itu dari balik jendela kelas yang berhadapan langsung dengan lapangan basket.

Terpopuler

Comments

Dian Soedarminto

Dian Soedarminto

joosss

2024-03-29

0

Noorjamilah Sulaiman

Noorjamilah Sulaiman

mantap

2024-03-06

0

Dede Mila

Dede Mila

mulai perubahan...☝️☝️☝️☝️💪🤭

2024-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 A09S
2 Kecelakaan
3 Masa Koma
4 Ingatan
5 Keluarga yang kaku
6 5 Shoot
7 Perbuatan Curang Darwin
8 Persiapan
9 Balapan
10 Menabrak Pria Asing
11 Mulai Menemukan Kejanggalan
12 Beberapa Butir
13 Mempersiapkan Rencana Selanjutnya
14 Kekuatan dan keteguhan yang baru
15 Gugatan Cerai
16 Perayaan Pernikahan
17 Perjanjian Pranikah
18 Kejutan tak terduga
19 Balapan II
20 Pelabuhan
21 Makam Aster
22 Kejanggalan
23 Berteman
24 Makan malam
25 Permainan licik
26 Melindungi
27 Permintaan Lathan
28 Penyerangan Hacker
29 Masalah
30 Kemunculan Rendra
31 Kebenaran
32 Masalah lain
33 Lebih Serius
34 Masalah yang tersembunyi
35 Fakta di balik kecelakaan Intan
36 Tuduhan pada Abraham
37 Makan siang bersama
38 Apartemen Lathan
39 Tidak akan melepaskan lagi
40 Mencuri Bukti
41 Benang merah
42 Hanya rasa kasihan
43 Rencana Edo
44 Keyakinan Intan
45 Terlalu berambisi
46 Kepercayaan
47 Pantauan Abraham
48 Caitlyn
49 Penyadapan ponsel
50 Pengejaran Intan
51 Keyakinan yang tergoyahkan
52 Pentas Seni
53 Pentas Seni II
54 Pentas Seni III
55 Terkunci sendirian
56 Perubahan rencana
57 Caitlyn kembali
58 Pesta penyambutan
59 Langkah terakhir menghadapi Edo
60 Bersiap menghadapi Clara
61 Hari yang melelahkan
62 Persiapan pesta penyambutan
63 Tuduhan Clara pada Abraham
64 Peringatan Lathan
65 Membawa Owen
66 Perdebatan dengan Devano
67 Pekerjaan sampingan
68 Berusaha menghindari masalah kedepannya
69 Keadaan owen
70 Ajakan Riel
71 Menyiapkan rencana
72 Mempersiapkan diri
73 Beraksi bersama Riel
74 Dendam yang harus dibayarkan
75 Merasa gusar
76 Kepercayaan yang retak
77 Rumah baru
78 Rencana alat penyadap
79 Tetap menjadi saudara
80 Meretas sistem
81 Mimpi yang mencekam
82 Latihan bela diri
83 hal yang tersembunyi
84 menyusun rencana bersama Abraham
85 Balas budi
86 Berita kematian Intan
87 Hukuman untuk Caitlyn
88 Perasaan yang tertinggal
89 Makan malam berbau bisnis
90 Sosok kakak yang baik
91 Kecurigaan Abraham
92 Karyawan Magang
93 Hary
94 Potret yang hampir memudar
95 Di Bawah Langit Malam
96 Foto Keluarga Elvard
97 Penyerangan Yang Gagal
98 Peringatan
99 Misteri Maya
100 Terpilih, Terus Terluka
101 Meninggalkan Bayang-Bayang
102 Mengambil Langkah Mundur
103 Sesuatu Yang Lebih Tenang
104 Pertemuan Lathan Dengan Alea
105 Dua Dunia
106 Flash Drive
107 Menyelamatkan Abraham
108 Memulai Penyelidikan Bersama
109 Dua Video yang berbeda
110 Kerja Sama Reksa dan Baron
111 Kembali Terjebak
112 Pertaruhan Nyawa
113 Kilasan Balik
114 Merencakan Hal Besar
115 Mengambil Dokumen
116 Kejutan Besar
117 Kejutan Besar II
118 Rumah sakit (Fajar)
119 Sebuah Jawaban
120 Desa Laran
121 Malam Hari Di Pedesaan
Episodes

Updated 121 Episodes

1
A09S
2
Kecelakaan
3
Masa Koma
4
Ingatan
5
Keluarga yang kaku
6
5 Shoot
7
Perbuatan Curang Darwin
8
Persiapan
9
Balapan
10
Menabrak Pria Asing
11
Mulai Menemukan Kejanggalan
12
Beberapa Butir
13
Mempersiapkan Rencana Selanjutnya
14
Kekuatan dan keteguhan yang baru
15
Gugatan Cerai
16
Perayaan Pernikahan
17
Perjanjian Pranikah
18
Kejutan tak terduga
19
Balapan II
20
Pelabuhan
21
Makam Aster
22
Kejanggalan
23
Berteman
24
Makan malam
25
Permainan licik
26
Melindungi
27
Permintaan Lathan
28
Penyerangan Hacker
29
Masalah
30
Kemunculan Rendra
31
Kebenaran
32
Masalah lain
33
Lebih Serius
34
Masalah yang tersembunyi
35
Fakta di balik kecelakaan Intan
36
Tuduhan pada Abraham
37
Makan siang bersama
38
Apartemen Lathan
39
Tidak akan melepaskan lagi
40
Mencuri Bukti
41
Benang merah
42
Hanya rasa kasihan
43
Rencana Edo
44
Keyakinan Intan
45
Terlalu berambisi
46
Kepercayaan
47
Pantauan Abraham
48
Caitlyn
49
Penyadapan ponsel
50
Pengejaran Intan
51
Keyakinan yang tergoyahkan
52
Pentas Seni
53
Pentas Seni II
54
Pentas Seni III
55
Terkunci sendirian
56
Perubahan rencana
57
Caitlyn kembali
58
Pesta penyambutan
59
Langkah terakhir menghadapi Edo
60
Bersiap menghadapi Clara
61
Hari yang melelahkan
62
Persiapan pesta penyambutan
63
Tuduhan Clara pada Abraham
64
Peringatan Lathan
65
Membawa Owen
66
Perdebatan dengan Devano
67
Pekerjaan sampingan
68
Berusaha menghindari masalah kedepannya
69
Keadaan owen
70
Ajakan Riel
71
Menyiapkan rencana
72
Mempersiapkan diri
73
Beraksi bersama Riel
74
Dendam yang harus dibayarkan
75
Merasa gusar
76
Kepercayaan yang retak
77
Rumah baru
78
Rencana alat penyadap
79
Tetap menjadi saudara
80
Meretas sistem
81
Mimpi yang mencekam
82
Latihan bela diri
83
hal yang tersembunyi
84
menyusun rencana bersama Abraham
85
Balas budi
86
Berita kematian Intan
87
Hukuman untuk Caitlyn
88
Perasaan yang tertinggal
89
Makan malam berbau bisnis
90
Sosok kakak yang baik
91
Kecurigaan Abraham
92
Karyawan Magang
93
Hary
94
Potret yang hampir memudar
95
Di Bawah Langit Malam
96
Foto Keluarga Elvard
97
Penyerangan Yang Gagal
98
Peringatan
99
Misteri Maya
100
Terpilih, Terus Terluka
101
Meninggalkan Bayang-Bayang
102
Mengambil Langkah Mundur
103
Sesuatu Yang Lebih Tenang
104
Pertemuan Lathan Dengan Alea
105
Dua Dunia
106
Flash Drive
107
Menyelamatkan Abraham
108
Memulai Penyelidikan Bersama
109
Dua Video yang berbeda
110
Kerja Sama Reksa dan Baron
111
Kembali Terjebak
112
Pertaruhan Nyawa
113
Kilasan Balik
114
Merencakan Hal Besar
115
Mengambil Dokumen
116
Kejutan Besar
117
Kejutan Besar II
118
Rumah sakit (Fajar)
119
Sebuah Jawaban
120
Desa Laran
121
Malam Hari Di Pedesaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!