"sayang kamu dari mana saja?" tanya windana yang duduk di ruang tengah mendapati kepulangan intan yang hampir memasuki sore hari
"maaf bunda, kemarin intan harus ke rumah teman. Soalnya dia lagi sakit dan dia juga sendirian di rumahnya" jelas intan mendekat ke arah windana.
"apa bunda sudah makan?" tanya intan mendudukkan diri di samping windana
"sudah sayang, kenapa nggak ajak saja temanmu itu ke sini" ucap windana mengusap lembut kepala putri kesayangannya itu.
"apa kamu tidak ke sekolah hari ini?" tanya windana menuangkan teh ke dalam sebuah cangkir.
"tidak bunda, tapi aku janji besok aku akan ke sekolah. Tidak bolos lagi" ujar intan mengangkat dua jarinya untuk mengatakan kesungguhannya.
"iya sayang, ingat pendidikan itu penting" jelas windana menyerahkan secangkir teh pada intan.
"terima kasih bunda" ucap intan menyeruput teh itu hingga tandas. Ia tak ingin berlama - lama duduk bersama windana.
"bunda aku naik duluan yah, pengen istirahat sebentar" ucap intan beranjak meninggalkan windana.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
"nggak ke sekolah juga lo?" tanya intan mendapati abraham yang tengah bermain PS di lantai dua.
"nggak!, lagi sakit" jawab abraham tanpa mengalihkan pandangannya.
"sakit atau masih pusing karena kemarin minum?" tanya intan melipat tangannya di dada. Rasa kesalnya masih belum reda pada pria yang membawanya dalam masalah itu.
"ini semua karena ayah" ucap pria itu dengan menekan benda di tangannya dengan keras menyalurkan semua bentuk amarah yang masih membuncah dalam dirinya.
"bodoh, yang salah itu kamu sendiri. Memang ayah yang suruh kamu minum dan ayah juga yang nyuruh kamu taruhan balapan" cercah intan mendekat ke arah abraham
"bagaimana bisa kau bisa berada di sana kemarin?" tanya abraham saat kembali mengalihkan pandangannya pada layar yang menampilkan permainannya.
"kau tidak tanya pada temanmu itu, yang dalam keadaan bahaya beraninya menghubungi sepupu perempuanmu ini" jelas intan yang menekankan katanya pada sepupu. Membuat abraham menghentikan gerakan tangannya sebentar. Kemudian melanjutkan gerakan tangannya seolah tak terganggu.
"ah sudahlah, lebih baik aku pergi istirahat" ucap intan beranjak berdiri meninggalkan abraham.
"nih motornya. Gue balikin" ucap intan melempar kunci motor yang langsung di tangkap abraham sebelum mengenai kepalanya.
pov abraham
"kenapa sih susah sekali mengucapkan 'maaf' gitu" monolog abraham mengacak - acak rambutnya.
"padahalkan tadi dia sempat duduk di samping gue. Jadi gampang gitu" tambahnya melempar asal kunci motor ke atas meja.
"apa gue chat aja" ucap abraham menimbang tindakannya. mengambil ponsel dari sakunya mencari nomor yang hendak dikirimin pesan singkat. Namun urung dia lakukan.
"ah masak gue minta maaf dengan cara ini. Nggak laki banget" ucap abraham meletakkan kasar ponselnya ke atas meja.
Abraham kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, mengingat - ingat kemarin betapa keras tamparan yang intan berikan padanya. Mengusap kembali pipi itu terasa masih panas.
"maaf yah dek" batin abraham mengingat - ingat semua perkataan intan kemarin.
...****************...
"selamat malam bunda" sapa intan yang bergabung di meja makan. Nampaknya devano masih sibuk dengan urusannya sedangkan darwin entah apa yang dia lakukan. Terakhir dia terlihat berada di kediaman itu saat bertengkar hebat dengan devano dan windana.
"malam sayang, cepatlah kemari sebelum makanannya dingin" ucap windana yang tersenyum hangat ke arah datangnya intan. Terlihat jelas di wajahnya ada kesedihan yang sedang perempuan itu sembunyikan.
"terima kasih bunda, sepertinya makan malam ini sangat enak kelihatannya" ungkap intan mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk.
"apa anno nggak pulang?" tanya abraham yang sedari tadi hanya diam tanpa diajak dalam obrolan mereka.
"sepertinya tidak sayang, beberapa hari ini tugasnya begitu banyak. Jadi mungkin dia akan lebih sering tidak berada di rumah" jelas windana yang beberapa hari ini hanya beberapa kali bertemu dengan devano. Devano hanya akan kembali saat datang berganti pakaian atau saat dirinya datang mengambil beberapa barang yang dia butuhkan.
"apa dia sedang dalam masalah?" duga abraham menyendok kembali makanan le dalam mulutnya.
"mungkin kak anno memang sedang sibuk dengan kuliahnya. Bukankah sebentar lagi dia akan sibuk dengan tugas akhirnya" ucap intan membantah abraham. dia tidak ingin windana semakin terpuruk dengan berbagai prasangka buruknya. Cukuplah beban pernikahannya saja yang memberatkan batinnya.
"iya, betul yang di katakan adikmu. Jadi kalian juga harus fokus pada sekolah kalian" ujar windana memandang bergantian ke arah abraham dan intan
"iya bunda" ucap abraham san intan bersama kembali fokus pada makanan mereka dengan pikiran mereka masing - masing.
Waktu yang di miliki intan semakin terbatas untuk mengambil ahli perusahaan itu. meski devano berhasil meningkatkan kemampuannya. Namun mereka juga membutuhkan koneksi yang berada dalam perusahaan. Jika mereka tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik maka usaha mereka hanya akan sia - sia saja.
"berikan aku data - data kecurangan yang dimiliki orang - orang penting perusahaan Epsilon. Aku butuh informasinya dalam waktu seminggu" pesan singkat yang dikirim intan pada nomor yang tersimpan dengan nama L
"bayarannya akan lebih mahal" balas pesan singkat yang baru intan kirim.
"tidak masalah" kembali intan mengirim pesan pada nomor tersebut.
"sepertinya aku harus menggunakan simpanan itu" ucap intan mengingat beberapa barang yang sengaja dia sembunyikan saat masih menjalankan tugas sebagai Aster.
"apa kau akan keluar?" tanya intan menghampiri abraham di kamarnya.
"kenapa?" tanya abraham memicingkan matanya. Heran dengan kedatangan intan yang tak pernah berani masuk ke dalam kamarnya dan entah keberanian dari mana dia bertanya tentang kegiatannya.
"aku butuh motormu, anggap saja sebagai imbalan karena aku sudah menolongmu kemarin" jawab intan yang merasa malas menjelaskan lebih jauh tentang rencananya apalagi sampai melibatkan orang lain di dalamnya.
"kau mau kemana? Jangan bilang kau mau balapan seperti kemarin" duga abraham menatap tajam ke arah intan. Bisa - bisa dirinya mendapat ceramahan seminggu dari windana karena membawa adiknya terjerumus dalam hal seperti itu.
"tenang saja, aku hanya akan menemui teman lamaku" ucap intan berharap segera bisa keluar dari kediaman itu mengingat malam yang semakin larut.
"baiklah, ini. Tapi ingat jangan sampai bunda tahu" ujar abraham memberikan kunci motor kesayangannya.
"iya aku tahu, aku pergi dulu" kata intan beranjak meninggalkan kamar abraham dengan memainkan kunci motor tersebut dengan gembira.
"sejak kapan dia mengendarai motor?" batin abraham menatap pintu yang sudah tertutup.
"tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh" monolog abraham beranjak ke arah jendela menatap intan yang sudah memasang helm dan bersiap melajukan motornya.
"apa dia sungguh intan yang ku kenal" ucap abraham memandang nanar pada motor yang melaju meninggalkan kediaman hagara itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Biduri Aura
Abraham kok insting mu peka,, telat,, adik mu celaka insting mu bleng 😔😔😔
2024-04-15
0
Dian Soedarminto
keluarga yg cuek...mulai ada kepeduliaan, dengan merasakan ada perbedaan dari kebiasaan. 👍
2024-03-30
0