setelah memarkirkan motor yang di kendarainya di salah satu toko swalayan. Intan beranjak dari tempat itu. Berjalan beberapa meter dari tempat ramai itu sambil terus mengawasi kondisi sekitar dengan cermat.
Intan kemudian menyandarkan dirinya pada tembok yang menghadap ke laut. Pemandangan yang sangat tenang dan indah dengan sinar bulan yang terpancar di atas permukaan laut.
Setelah mengamati hampir satu jam akhirnya intan kembali melangkah ke sebuah taman kecil yang di tumbuhi tanaman pagar. Berjongkok dan menghitung dengan menggunakan jengkal tangannya kemudian menggali tempat tersebut. Hingga dia menemukan bungkusan hitam yang familiar baginya. Intan bergegas memasukkan bungkusan itu kedalam saku jaketnya. Kemudian berjalan santai ke arah pasar swalayan untuk mengambil motor yang akan membawanya pulang.
"sepertinya aku juga butuh motor, tidak mungkin harus selalu meminjam motor bram" monolog intan melajukan kendaraanya dengan kecepatan sedang.
"bukan itu yang penting sekarang" lanjut intan menambah sedikit kecepatan motornya. berharap segera sampai di rumah agar bisa terlelap tidur cepat.
intan kembali menepikan kendaraannya saat berada di rest area. Memarkirkan motor yang di bawanya kemudian melepas helmnya, membebaskan kepalanya dari rasa pengap.
sesekali intan menoleh pada beberapa orang yang juga sedang beristirahat di sana. kemudian mengeluarkan sepuntung rokoknya dan menyulutnya dengan pemantik api.
"bukankah itu gadis kemarin?" tanya pria yang melihat intan dari dalam mobilnya yang terparkir di dekat intan.
"sedang apa dia di sini?" kembali pria itu bertanya pada dirinya sendiri sambil terus mengawasi gerak gerik intan.
"dia pasti sedang memiliki masalah. Jadi dia sering keluar malam" ujar pria itu tanpa mengalihkan pandangannya. Sesekali berniat menghampiri intan namun urung dia lakukan. Melihat ekspresi intan yang nampak tenang menghisap benda yang bertengger di tangannya.
"tidak!, mungkin saja dia berada di sini karena mereka telah merencanakannya. Mereka pasti sudah berhasil melacak keberadaanku. Tidak mungkin semua yang terjadi hanya kebetulan" ucap pria itu bergegas mengambil senjata api yang dia sembunyikan di bawah kursi kemudinya.
"hallo iya bunda, aku masih di jalan. Aku akan segera pulang" ucap intan yang mendapat panggilan dari windana. buru - buru intan melempar rokoknya dan menginjaknya untuk mematikan bara pada rokok itu. Bergegas memasang kembali helmnya dan melajukan motornya meninggalkan tempat itu.
"apa aku salah menduga?" tanya pria itu yang bisa membaca gerak bibi intan saat tersambung dengan sebuah panggilan.
segera pria itu mengambil ponselnya segera menghubungi orang yang dia percaya.
"cari tahu siapa pemilik motor yang kukirimkan padamu?" pinta pria itu setelah panggilan itu tersambung.
...****************...
"darimana saja nak?" tanya windana yang menyambut kedatangan intan dengan raut wajah cemasnya.
"dari rumah teman bunda, tadi dia minta tolong ditebusin obatnya" ucap intan berusaha tak membuat windana khawatir padanya.
"sayang, lain kali kalau mau pergi jangan sendirian yah. kan ada supir yang bisa nganter kamu" jelas windana yang tidak ingin sesuatu terjadi pada putrinya. Apalagi setelah kecelakaan di sekolah itu semakin membuat windana selalu merasa was - was dengan kepergian intan.
"iya bunda" ucap intan tak ingin memperpanjang percakapan itu.
"sebaiknya sekarang kamu istirahat bukankah besok harus ke sekolah
"baik bunda, aku naik dulu" kata intan beranjak dari tempatnya terpaku beberapa waktu itu.
Saat sampai di kamar tidurnya intan segera memeriksa bungkusan tersebut. Setelah membuka beberapa lapis bungkusan plastik hitam dan putih. Akhirnya beberapa butir berlian menampakkan dirinya yang bersinar - sinar di bawah penerangan lampu.
"keadaanya masih sama rupanya" ucap intan tersenyum menatap benda di tangannya.
...****************...
"tuh kan terlambat jadinya" gerutu intan berlari ke arah beberapa siswa yang tengah berbaris.
"intan!" seru pak carles yang menjadi wali kelas intan. Pria yang berbandan cukup proposional itu dengan perut yang sedikit membuncit.
"sudah bolos dua hari, terlambat pula sekarang" cerca pak carles saat intan sudah berhasil mengambil tempat di barisan paling belakang.
"bu hanna, untuk anak wali saya ini serahkan pada saya" ucap pak carles yang langsung mendapat anggukan dari guru piket yang bertugas.
"intan segera pergi catat nama kamu dan segera ikut saya" pinta pak carles yang membuat intan memotong antrian itu untuk mencatat namanya pada buku pelanggaran kemudian berbalik dan mengikuti langkah pak carles menuju lantai dua sekolah.
"hukuman kamu, bersihkan semua toilet di lantai dua ini. Dan jika sudah selesai segera menghadap saya di ruangan guru nanti!" jelas pak carles yang membuat intan cukup tercengang. Pasalnya di lantai dua ini terdapat dua ruangan toilet. Bagaimana dia harus membersihkan toilet laki - laki nanti. Jika toilet perempuan mungkin masih bisa dia maklumi karena dia tidak akan risih dengan pengguna toiletnya. Namun tidak dengan toilet laki - laki.
"lakukan sja dulu" ucap intan mengambil kain pel, sikat dan juga ember yang berada di sudut ruangan.
"sebelum intan masuk ke dalam toilet laki - laki terlebih dahulu intan mengetuk - ngetuk pintu toilet.
"apa uang kau lakukan?" tanya ikram yang keluar dari toilet memandang intan dengan nanar.
pria yang menjabat sebagai ketua osis itu cukup tercengang dengan intan yang berdiri di depan toilet perempuan.
"mau ngintip yah?" tanya ikram kembali saat intan tak kunjung memberi jawaban.
"jangan nuduh, loe nggak lihat apa yang gue pegang. Dan denga tas yang masih setia di punggung gue. Loe harusnya paham dong" jelas intan menunjukkan benda - benda yang dia pegang dan melirik sekilas pada ransel di punggungnya.
"hahaha loe telat, tumben anak paling disiplin ternyata bisa telat juga" ejek ikram yang cukup mengenal intan. Gadis pendiam yang selalu menghindari masalah dengan sikap disiplinnya.
"udah sana minggir" ucap intan mendorong pelan tubuh ikram yang menghalangi jalan masuk.
"di dalam masih ada beberapa orang, lagian kalau mau bersihin toilet masang plang ini dulu biar nggak ada yang masuk" jelas ikram menempelkan plang yang entah dia dapat dari mana.
"woi yang di dalam cepatan. Toiletnya mau di bersihin" teriak ikram dengan kedua tangannya membentuk corong di depan mulutnya. Tak membutuhkan waktu lama beberapa anak bergegas keluar.
"masuk sana" ucap ikram yang langsung mendapat angukan intan.
"mengapa dia tidak ada dalam ingatanku, padahal sepertinya dia cukup mengenal intan" monolog intan sambil membersihkan ruangan toilet tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Daniela Whu
yang mencoba ngebunuh intan kok gk ada kabar x siapa gitu terus makin kesini jd makin kesana kurang jelas jalan mau kemana gk ada juga penjelasan keluarga x pada gk curiga gitu terus itu teman"x gk ad juga yg curiga apa
2024-02-28
2