"lo jadi ikut kan?" tanya deki melalui pesan singkat yang dikirim pada intan.
"jadi, gue udah di jalan" balasan pesan intan yang langsung terkirim. Sesekali intan menatap ke arah luar mobil, menikmati pemandangan di luar yang tampak sepi dari keramaian orang - orang.
"nona, kita sudah sampai" ucap sopir yang sudah menepihkan mobil. Membuyarkan lamunan intan yang entah melayang ke mana - mana.
"pak, langsung pulang saja. Nanti aku pulang dianterin teman" kata intan sebelum menutup pintu mobil yang di jawab anggukan pelan oleh pengemudi mobil.
"akhirnya kau datang juga" ucap deki mendekat ke arah intan bergegas membawanya menuju ruang tunggu agar intan segera bersiap. Balapan tinggal menunggu beberapa menit untuk di mulai.
"siap?" tanya seorang wanita yang berpakaian minim berdiri di antara kedua motor yang akan beradu kecepatan malam itu.
dengan yakin intan dan reksa menganggukkan kepala mereka yang telah terpasangi helm.
"3.... 2... 1.... Go" ucap wanita itu menjatuhkan sebuah sapu tangan menandakan pertandingan resmi dimulai.
Para penonton semakin bergemuruh menyorakkan pemain andalan mereka. Sedangkan kedua motor sport tersebut saling memacu kecepatan mereka. Mereka dengan lihai mengerakkan motor mereka melewati setiap tikungan dan belokan yang menjadi penghambat dalam balapan tersebut
reksa terus memfokuskan dirinya pada arena lintasan. Tidak ingin kembali kalah dari lawannya. Dia sudah meningkatkan skillnya beberapa bulan ini. Hanya untuk kembali menantang intan balapan malam ini.
Sedangkan intan tak mau mengalah dari reksa. Ternyata motor yang disediakan untuknya sudah dimodifikasi begitu hebat. Sehingga sangat membantu intan yang jarang latihan karena akhir - akhir ini terlalu sibuk.
namun skill bermotor intan sepertinya tak mengalami kemunduran. terlihat dari beberapa gerakan kecilnya yang membuat motornya melewati tikungan dengan begitu mudah.
motor mereka semakin mendekat ke arah garis finis. reksa menatap penuh seringai pada intan yang berada di sampingnnya. Segera melakukan aksinya untuk membenturkan motor mereka dengan hebat sesuai rencananya. namun intan yang menyadari tindakan reksa segera menambah kecepatannya. Menghindari motor reksa yang bergerak cepat ke arahnya. Melihat serangannya yang gagal semakin membuat reksa geram.
"bagaimana bisa dia menghindar dengan mudah" batin reksa menatap nanar ke arah motor intan yang melaju cepat di depannya
"ya ampun reksa apa yang kau lakukan?" teriak beberapa orang melihat aksi reksa yang bisa membahayakan mereka berdua.
"astaga..." pekik abraham melihat motor intan berusaha meloloskan diri dari benturan tersebut yang nampak sedikit tidak stabil.
"sedikit lagi intan" ujar deki mengepalkan kedua tangannya berharap intan segera sampai di garis akhir sebelum reksa kembali menyusulnya.
"yeii... Kita menang lagi bro" ucap deki memeluk dan memukul - mukul bahu abraham menyalurkan semua rasa bahagianya.
"kita menang" ucap pria lain menghampiri mereka dan berhamburan memeluk abeaham dan deki.
"shit.." ucap reksa menghentikan motornya melepas helmnya dengan kasar kemudian melemparnya ke sembarang tempat menyalurkan amarahnya yang membuncah.
"lo apa - apaan sih!" seru teman reksa menghampiri reksa. Dia tidak habis pikir dengan tindakan reksa yang bisa saja membunuh intan.
intan yang sudah berhasil menghentikan motornya bergegas turun dan berjalan cepat ke arah reksa yang sudah di kelilingi beberapa orang.
"kalau lo nggak bisa sportif jangan nantangin gue balapan" ucap intan dengan tatapan tajamnya menghampiri reksan
"bajingan lo" kata intan kembali menendang pelan ban depan motor reksa. Dia hampir saja mati untuk ke dua kalinya jika saja terlambat menyadari pergerakan reksa.
"udah, nggak usah buang - buang tenaga menghadapi orang seperti dia" kata abraham menarik intan dari sana. sedangkan teman - teman reksa sudah menatap tajam dan siap menerkan intan kapan saja.
"lo nggak bakalan bisa menghadapi antek - anteknya nanti. Bukankah sudah ku peringatkan" ucap abraham dengan nada tegasnya. dia begitu tidak paham dengan intan yang terus saja melibatkan diri dalam hal - hal yang berbahaya.
"selamat..." ucap deki ini memberi uluran tangan pada intan.
"setelah hari ini jangan hubungi gue untuk hal semacan ini lagi" kata intan melepaskan tangan mereka yang bersalaman. Dia begitu marah dengan kejadian barusan. Ditambah deki yang mungkin hanya pesuli dengan hasil akhir pertandingan tanpa memedulikan keselamatannya
"itu permintaan ketiga yang gue berikan" ucap intan bergegas meninggalkan tempat tersebut. Membuat beberapa orang melongo dengan penuturan yang baru saja intan katakan.
"lo masih mau tinggal sama mereka!" ucap intan menatap abraham uang masih diam terpaku di tempatnya berdiri.
"gue balik duluan yah" kata abraham sebelum meloloskan diri dari tatapan yang mengarah padanya.
"nih, gue nggak nyangka sama keputusan lo barusan" ucap abraham menyerahkan helm cadangan pada intan yang masih mengeraskan wajahnya.
setelah intan menaiki jok belakang motor tanpa aba - aba abraham memalajukan kendaraannya meninggalkan area balapan uang makin ricuh dengan pengumuman pemenang.
"berhenti di depan" teriak intan sembari menepuk - nepuk bahu kiri abrahan.
"mau ngapain lo?" tanya abraham menepihkan motornya. Intan segera melangkah ke arah seorang anak yang terduduk di depan sebuah ruko sambil memeluk lututnya. Sepertinya dia sedang tertidur tanpa terusik dengan dinginnya malam yang kian terasa menusuk tulang.
"irzam..."panggil intan menepuk pelan bahu anak tersebut
"hemm kenapa?" tanya irzam mengercap matanya beberapa kali berusaha memulihkan dirinya dari rasa kantuknya.
"kenapa belum pulang, ini sudah larut?" tanya intan duduk di samping anak yang hanya mengenakan kaos oblong oversize.
"bagaimana bisa pulang sedangkan aku belum mendapatkan apa - apa hari ini" kata irzam menatap senduh pada bunga - bunga yang nampak layu di sampingnya.
"ini! pulanglah" ucap intan memberi beberapa lembar uang seratus ribu pada irzam lalu mengambil semua bunga tersebut. Intan sangat paham jika irzam tidak akan menerima bantuan siapapun dengan percuma.
"tapi ini kebanyakan" kata irzam menatap uang kertas yang ada di tangannya.
"besok sore datanglah ke halte, Tempat kita pernah bertemu" ucap intan beranjak dari duduknya berjalan ke arah abraham yang masih menunggunya.
"ingat jam 3 sore" teriak intan yang siap naik ke atas motor milik abraham.
"ke pelabuhan" pintah intan yang langsung diangguki oleh abraham. Meski masih memiliki banyak pertanyaan yang hendak dia ajukan pada intan. Namun dia mengurungkan niatnya.
Sesampainya di pelabuhan intan melangkah menuju sudut pelabuhan di ikuti abraham uang terus mengekori langkah intan. Hingga langkah intan terhenti di bangunan pemecah gelombang. Bangunan yang melindungi arah pelabuhan dari ganasnya gelombang laut lepas.
"apa yang akan kau lakukan?" tanya abraham menatap ke arah intan yang kini menghadap ka arah laut lepas. Kemudian melemparkan satu - persatu bunga yang ada di tangannya ke dalam air laut. Pandangannya begitu sayu sesekali air matanya mengalir bebas membasahi pipinya.
"aku tidak tahu harus menangis untuk siapa, namun aku ingin melakukan ini untuk mengenang kehidupanku yang lalu" batin intan terus melempar bunga - bunga tersebut.
"apa kau baik - baik saja?" tanya abraham yang sudah berdiri di samping intan menatap pada ombak - ombak yang saling berkejaran ke arah mereka.
"kau tidak akan paham" ucap intan melempar tangkai bunga terakhir yang di sambut ombak - ombak tersebut lalu mengiringnya ke arah laut lepas.
"aku memang tidak akan paham. Bahkan dirimu yang sekarang membuatku tidak mengenali mu lagi intan" ucap abraham menatap sekilas pada intan yang masih menatap jauh ke dalam laut.
setelah menguasai dirinya kembali intan mengedarkan pandangannya. Menyususri area pelabuhan yang tampak sepi di malam hari. Hingga mata intan menangkap beberapa orang yang menggunakan senter bergerak ke arah mereka.
"kita harus sembunyi!" seru intan menarik lengan abraham agar segera bergegas meninggalkan tempat mereka sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments