Balapan II

"Lo jadi ikut kan?" tanya Deki melalui pesan singkat yang dikirimkan kepada Intan.

"Jadi, gue udah di jalan," balas Intan dengan cepat. Sesekali, dia menatap ke arah luar mobil, menikmati pemandangan malam yang tenang, jauh dari keramaian kota.

"Nona, kita sudah sampai," ucap sopir, membuyarkan lamunan Intan yang melayang jauh.

"Pak, langsung pulang saja. Nanti aku pulang diantar teman," kata Intan sebelum menutup pintu mobil, disambut anggukan pelan dari sopir.

"Ah, akhirnya kau datang juga!" Deki menyambutnya dengan semangat, segera menarik intan menuju ruang tunggu. "Balapan tinggal beberapa menit lagi, cepat siap-siap!"

"Siap?" tanya seorang wanita berpakaian minim yang berdiri di antara kedua motor yang akan bersaing. Intan dan Reksa saling menganggukkan kepala, mengenakan helm dengan percaya diri.

"3... 2... 1... Go!" Wanita itu menjatuhkan sapu tangan, menandakan balapan dimulai.

Sorakan penonton menggema di sekitar arena, menyemangati peserta favorit mereka. Motor sport melaju kencang, melibas setiap tikungan dan belokan dengan mahir. Reksa, bertekad tidak ingin kalah, memfokuskan perhatiannya pada lintasan, sementara Intan berusaha memberikan yang terbaik meski hanya baru pertama kali berlatih dengan motor ini.

Motor yang disediakan untuknya ternyata sudah dimodifikasi dengan sangat baik, memudahkan Intan melaju meski ia jarang latihan akhir-akhir ini. Keahliannya dalam mengendarai motor tak memudar; ia dengan lincah menavigasi setiap tikungan.

Ketika mereka semakin mendekat ke garis finis, Reksa melirik ke arah Intan dengan senyuman sinis, bersiap untuk melakukan aksinya. Ia berniat membenturkan motor mereka, tetapi Intan, yang sudah menyadari rencananya, segera meningkatkan kecepatan. Ia menghindar dari serangan Reksa, membuatnya semakin marah.

"Bagaimana bisa dia menghindar dengan mudah?" batin Reksa, tatapannya penuh frustrasi pada motor Intan yang melaju cepat di depannya.

"Ya ampun, Reksa, apa yang kau lakukan?" teriak beberapa penonton melihat aksi nekat Reksa yang bisa membahayakan mereka berdua.

"Astaga..." pekik Abraham, yang menonton dari kejauhan, melihat Intan berusaha meloloskan diri dari benturan itu.

"Sedikit lagi, Intan!" Deki berteriak, mengepalkan tangan, berharap Intan segera mencapai garis finis sebelum Reksa bisa mengejarnya lagi.

"Yeii! Kita menang lagi, bro!" Deki memeluk dan memukul-mukul bahu Abraham, membagikan semua kebahagiaan yang meluap.

"Kita menang!" teriak seorang pria lain, menghampiri mereka dan ikut berhamburan memeluk Abraham dan Deki.

"Shit..." desis Reksa, menghentikan motornya dan melepas helmnya dengan kasar. Ia melempar helmnya sembarangan, menyalurkan amarahnya yang membuncah.

"Lo apa-apaan sih!" seru teman-teman Reksa menghampirinya, tidak habis pikir dengan tindakan yang bisa berakibat fatal itu.

Intan yang sudah berhasil menghentikan motornya segera turun dan berjalan cepat ke arah Reksa, yang dikelilingi oleh teman-temannya.

"Kalau lo nggak bisa sportif, jangan tantangin gue balapan!" ucap Intan dengan tatapan tajam, berani menghadapi Reksa.

"Bajingan lo!" kata Intan, menendang pelan ban depan motor Reksa. Ia merasa beruntung bisa menghindar, hampir saja dia mati untuk kedua kalinya jika saja terlambat menyadari serangan Reksa.

"Udah, nggak usah buang-buang tenaga menghadapi orang seperti dia," kata Abraham, menarik Intan menjauh. Teman-teman Reksa menatap tajam, seolah siap menyerang kapan saja.

"Lo nggak bakal bisa menghadapi antek-anteknya nanti. Bukankah sudah ku peringatkan?" Abraham mengingatkan dengan nada tegas, tampak khawatir dengan Intan yang terus melibatkan diri dalam situasi berbahaya.

"Selamat..." Deki memberikan uluran tangan pada Intan.

"Setelah hari ini, jangan hubungi gue untuk hal semacam ini lagi," kata Intan, melepaskan tangan mereka. Ia merasa marah dengan kejadian barusan, ditambah Deki yang tampaknya hanya peduli dengan hasil balapan tanpa memikirkan keselamatannya.

"Itu permintaan ketiga yang gue berikan," ucap Intan, bergegas meninggalkan tempat itu. Beberapa orang melongo, terkejut dengan ucapan Intan.

"Lo masih mau tinggal sama mereka?" Intan menatap Abraham yang masih berdiri terpaku.

"Gue balik duluan, yah," kata Abraham sebelum meloloskan diri dari tatapan Intan.

"Nih, gue nggak nyangka sama keputusan lo barusan," ucap Abraham, menyerahkan helm cadangan pada Intan yang masih mengerutkan dahi.

Setelah Intan menaiki jok belakang motor tanpa aba-aba, Abraham memacu kendaraannya, meninggalkan area balapan yang semakin ricuh dengan pengumuman pemenang. Dalam perjalanan pulang, Intan merasa marah dan kecewa, teringat betapa berbahayanya situasi yang baru saja mereka hadapi.

"Kenapa aku selalu terjebak dalam hal-hal seperti ini?" batin Intan, menatap gelapnya malam. "Mungkin sudah saatnya aku mengambil langkah mundur."

Dalam keheningan, Intan merenung. Dia tahu bahwa hidupnya tidak bisa selalu bergantung pada keputusan impulsif.

"Berhenti di depan!" teriak Intan, menepuk-nepuk bahu kiri Abraham yang masih mengemudikan motor.

"Ada apa lagi?" tanya Abraham, memperlambat laju motornya dan menepikan kendaraan. Intan langsung melompat turun dan bergegas menuju seorang anak yang duduk terdiam di depan sebuah ruko, memeluk lututnya. Anak itu tampak tertidur pulas, tidak terpengaruh oleh udara malam yang dingin dan menusuk.

"Irzam..." panggil Intan sambil menepuk pelan bahu anak tersebut.

"Hemm, kenapa?" tanya Irzam, mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha mengusir rasa kantuk.

"Kenapa belum pulang? Ini sudah larut," tanya Intan, duduk di samping anak itu yang hanya mengenakan kaos oblong oversized.

"Bagaimana bisa pulang, sedangkan aku belum mendapatkan apa-apa hari ini," jawab Irzam, menatap sendu pada bunga-bunga yang layu di sampingnya.

Intan merasa iba melihatnya. Dengan cepat, ia merogoh kantong dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu, memberikannya kepada Irzam. "Ini! Pulanglah," ucap Intan, sambil mengambil semua bunga yang ada di samping Irzam. Ia tahu bahwa Irzam tidak akan mau menerima bantuan dari orang lain tanpa usaha.

"Tapi ini kebanyakan," kata Irzam, menatap uang kertas di tangannya dengan tatapan terkejut.

"Besok sore datanglah ke halte. Tempat kita pernah bertemu," kata Intan, berdiri dan berjalan kembali ke arah Abraham yang masih menunggu di motornya.

"Ingat jam 3 sore!" teriak Intan sebelum naik ke motor.

"Ke pelabuhan," perintah intan, dan Abraham mengangguk, meskipun banyak pertanyaan menggelayuti pikirannya tentang apa yang baru saja terjadi.

Sesampainya di pelabuhan, Intan melangkah menuju sudut pelabuhan, diikuti Abraham yang terus mengekor di belakangnya. Langkahnya terhenti di bangunan pemecah gelombang, tempat yang melindungi pelabuhan dari ganasnya gelombang laut.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Abraham, menatap Intan yang kini berdiri menghadap ke arah laut lepas. Dengan pelan, Intan mulai melemparkan satu per satu bunga yang ada di tangannya ke dalam air. Pandangannya sayu, dan air mata mulai mengalir menetes tanpa ingin dia hentikan.

"Aku tidak tahu harus menangis untuk siapa, tapi aku ingin melakukan ini untuk mengenang kehidupanku yang lalu," batin Intan, terus melemparkan bunga-bunga tersebut ke laut.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Abraham, berdiri di samping Intan, menatap ombak yang saling berkejaran.

"Kau tidak akan paham," jawab Intan, melempar tangkai bunga terakhir yang disambut ombak, yang mengiringi bunga itu ke arah laut lepas.

"Aku memang tidak akan paham. Bahkan dirimu yang sekarang membuatku tidak mengenalimu lagi, Intan," ucap Abraham, menatap sekilas ke arah Intan yang masih terbenam dalam pikirannya.

Setelah berhasil menguasai dirinya kembali, Intan mengedarkan pandangannya, menyusuri area pelabuhan yang tampak sepi di malam hari. Tiba-tiba, matanya menangkap sosok beberapa orang yang bergerak dengan senter, mendekati mereka.

"Kita harus sembunyi!" seru Intan, menarik lengan Abraham dengan cepat, memaksa mereka bergegas menjauh dari lokasi itu.

Mereka melangkah cepat ke balik bangunan pemecah gelombang, berusaha bersembunyi dari pandangan orang-orang yang mendekat. Intan dapat mendengar suara langkah kaki dan obrolan, hatinya berdegup kencang.

"Siapa mereka?" tanya Abraham, dengan suara berbisik penuh ketegangan.

"Entahlah," jawab Intan, menahan napas. "Tapi sepertinya mereka mencari seseorang."

Suasana semakin tegang ketika suara langkah kaki semakin dekat. Intan merasakan adrenalinnya memuncak. "Kita tidak bisa tetap di sini. Jika mereka menemukan kita, kita bisa dalam masalah."

"Ke mana kita pergi?" tanya Abraham, matanya berkilau dengan ketakutan.

"Kita cari jalan keluar lain. Mari, ikuti aku!" ucap Intan, menarik tangan Abraham dan berlari menyusuri sisi bangunan, berusaha mencari tempat yang aman.

Di balik bangunan, mereka menemukan lorong sempit yang mengarah ke area pelabuhan yang lebih gelap. Tanpa berpikir dua kali, mereka memasuki lorong itu, berusaha menjauh dari orang-orang yang semakin mendekat.

"Semoga kita tidak terjebak," bisik Abraham, masih menggenggam tangan Intan, yang merasa cemas namun bertekad untuk tetap tenang.

Ketika mereka melangkah lebih jauh ke dalam lorong, Intan merasa seolah-olah semua kenangan pahitnya bergejolak dalam pikirannya. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil kendali atas hidupku lagi," batinnya, bertekad untuk menghadapi tantangan ini, apapun yang terjadi.

Episodes
1 A09S
2 Kecelakaan
3 Masa Koma
4 Ingatan
5 Keluarga yang kaku
6 5 Shoot
7 Perbuatan Curang Darwin
8 Persiapan
9 Balapan
10 Menabrak Pria Asing
11 Mulai Menemukan Kejanggalan
12 Beberapa Butir
13 Mempersiapkan Rencana Selanjutnya
14 Kekuatan dan keteguhan yang baru
15 Gugatan Cerai
16 Perayaan Pernikahan
17 Perjanjian Pranikah
18 Kejutan tak terduga
19 Balapan II
20 Pelabuhan
21 Makam Aster
22 Kejanggalan
23 Berteman
24 Makan malam
25 Permainan licik
26 Melindungi
27 Permintaan Lathan
28 Penyerangan Hacker
29 Masalah
30 Kemunculan Rendra
31 Kebenaran
32 Masalah lain
33 Lebih Serius
34 Masalah yang tersembunyi
35 Fakta di balik kecelakaan Intan
36 Tuduhan pada Abraham
37 Makan siang bersama
38 Apartemen Lathan
39 Tidak akan melepaskan lagi
40 Mencuri Bukti
41 Benang merah
42 Hanya rasa kasihan
43 Rencana Edo
44 Keyakinan Intan
45 Terlalu berambisi
46 Kepercayaan
47 Pantauan Abraham
48 Caitlyn
49 Penyadapan ponsel
50 Pengejaran Intan
51 Keyakinan yang tergoyahkan
52 Pentas Seni
53 Pentas Seni II
54 Pentas Seni III
55 Terkunci sendirian
56 Perubahan rencana
57 Caitlyn kembali
58 Pesta penyambutan
59 Langkah terakhir menghadapi Edo
60 Bersiap menghadapi Clara
61 Hari yang melelahkan
62 Persiapan pesta penyambutan
63 Tuduhan Clara pada Abraham
64 Peringatan Lathan
65 Membawa Owen
66 Perdebatan dengan Devano
67 Pekerjaan sampingan
68 Berusaha menghindari masalah kedepannya
69 Keadaan owen
70 Ajakan Riel
71 Menyiapkan rencana
72 Mempersiapkan diri
73 Beraksi bersama Riel
74 Dendam yang harus dibayarkan
75 Merasa gusar
76 Kepercayaan yang retak
77 Rumah baru
78 Rencana alat penyadap
79 Tetap menjadi saudara
80 Meretas sistem
81 Mimpi yang mencekam
82 Latihan bela diri
83 hal yang tersembunyi
84 menyusun rencana bersama Abraham
85 Balas budi
86 Berita kematian Intan
87 Hukuman untuk Caitlyn
88 Perasaan yang tertinggal
89 Makan malam berbau bisnis
90 Sosok kakak yang baik
91 Kecurigaan Abraham
92 Karyawan Magang
93 Hary
94 Potret yang hampir memudar
95 Di Bawah Langit Malam
96 Foto Keluarga Elvard
97 Penyerangan Yang Gagal
98 Peringatan
99 Misteri Maya
100 Terpilih, Terus Terluka
101 Meninggalkan Bayang-Bayang
102 Mengambil Langkah Mundur
103 Sesuatu Yang Lebih Tenang
104 Pertemuan Lathan Dengan Alea
105 Dua Dunia
106 Flash Drive
107 Menyelamatkan Abraham
108 Memulai Penyelidikan Bersama
109 Dua Video yang berbeda
110 Kerja Sama Reksa dan Baron
111 Kembali Terjebak
112 Pertaruhan Nyawa
113 Kilasan Balik
114 Merencakan Hal Besar
115 Mengambil Dokumen
116 Kejutan Besar
117 Kejutan Besar II
118 Rumah sakit (Fajar)
119 Sebuah Jawaban
120 Desa Laran
121 Malam Hari Di Pedesaan
Episodes

Updated 121 Episodes

1
A09S
2
Kecelakaan
3
Masa Koma
4
Ingatan
5
Keluarga yang kaku
6
5 Shoot
7
Perbuatan Curang Darwin
8
Persiapan
9
Balapan
10
Menabrak Pria Asing
11
Mulai Menemukan Kejanggalan
12
Beberapa Butir
13
Mempersiapkan Rencana Selanjutnya
14
Kekuatan dan keteguhan yang baru
15
Gugatan Cerai
16
Perayaan Pernikahan
17
Perjanjian Pranikah
18
Kejutan tak terduga
19
Balapan II
20
Pelabuhan
21
Makam Aster
22
Kejanggalan
23
Berteman
24
Makan malam
25
Permainan licik
26
Melindungi
27
Permintaan Lathan
28
Penyerangan Hacker
29
Masalah
30
Kemunculan Rendra
31
Kebenaran
32
Masalah lain
33
Lebih Serius
34
Masalah yang tersembunyi
35
Fakta di balik kecelakaan Intan
36
Tuduhan pada Abraham
37
Makan siang bersama
38
Apartemen Lathan
39
Tidak akan melepaskan lagi
40
Mencuri Bukti
41
Benang merah
42
Hanya rasa kasihan
43
Rencana Edo
44
Keyakinan Intan
45
Terlalu berambisi
46
Kepercayaan
47
Pantauan Abraham
48
Caitlyn
49
Penyadapan ponsel
50
Pengejaran Intan
51
Keyakinan yang tergoyahkan
52
Pentas Seni
53
Pentas Seni II
54
Pentas Seni III
55
Terkunci sendirian
56
Perubahan rencana
57
Caitlyn kembali
58
Pesta penyambutan
59
Langkah terakhir menghadapi Edo
60
Bersiap menghadapi Clara
61
Hari yang melelahkan
62
Persiapan pesta penyambutan
63
Tuduhan Clara pada Abraham
64
Peringatan Lathan
65
Membawa Owen
66
Perdebatan dengan Devano
67
Pekerjaan sampingan
68
Berusaha menghindari masalah kedepannya
69
Keadaan owen
70
Ajakan Riel
71
Menyiapkan rencana
72
Mempersiapkan diri
73
Beraksi bersama Riel
74
Dendam yang harus dibayarkan
75
Merasa gusar
76
Kepercayaan yang retak
77
Rumah baru
78
Rencana alat penyadap
79
Tetap menjadi saudara
80
Meretas sistem
81
Mimpi yang mencekam
82
Latihan bela diri
83
hal yang tersembunyi
84
menyusun rencana bersama Abraham
85
Balas budi
86
Berita kematian Intan
87
Hukuman untuk Caitlyn
88
Perasaan yang tertinggal
89
Makan malam berbau bisnis
90
Sosok kakak yang baik
91
Kecurigaan Abraham
92
Karyawan Magang
93
Hary
94
Potret yang hampir memudar
95
Di Bawah Langit Malam
96
Foto Keluarga Elvard
97
Penyerangan Yang Gagal
98
Peringatan
99
Misteri Maya
100
Terpilih, Terus Terluka
101
Meninggalkan Bayang-Bayang
102
Mengambil Langkah Mundur
103
Sesuatu Yang Lebih Tenang
104
Pertemuan Lathan Dengan Alea
105
Dua Dunia
106
Flash Drive
107
Menyelamatkan Abraham
108
Memulai Penyelidikan Bersama
109
Dua Video yang berbeda
110
Kerja Sama Reksa dan Baron
111
Kembali Terjebak
112
Pertaruhan Nyawa
113
Kilasan Balik
114
Merencakan Hal Besar
115
Mengambil Dokumen
116
Kejutan Besar
117
Kejutan Besar II
118
Rumah sakit (Fajar)
119
Sebuah Jawaban
120
Desa Laran
121
Malam Hari Di Pedesaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!