"apa bunda di rumah?" tanya intan pada seorang pelayang yang sedang merapikan taman di pekarangan depan mansion.
"iya nona, nyonya sedang mempersiapkan acara malam nanti" jawab pelayan tersebut dengan ramah menghentikan sesaat kegiatannya.
"baiklah, aku akan ke dalam" ujar intan meninggalkan pelayan tersebut.
"entah seberapa besar hati uang dia miliki. Bahkan setelah suaminya berselingkuh dia masih mempersiapkan hari ini" batin intan menatap sekeliling rumah yang di hias dengan beberapa bunga segar.
"entah seperti apa reaksinya nanti malam?" tanya intan di dalam batinnya menatap nanar pada setiap hal yang sedang dikerjakan pelayan - pelayan tersebut.
Drttt drttt drttt
dering ponsel intan yang membuyarkan lamunannya.
"ada apa?" tanya intan setelah menatap layar yang menampilkan nomor yang sudah begitu familiar baginya.
"........."
"hum, dia rupanya semakin berani" ucap intan setelah mendengar semua hal yang dilaporkan beberapa mata - mata yang dia tugaskan untuk mengawasi gerak gerik darwin dan selingkuhannya.
"........"
"lanjutkan saja tugasmu, akan ku tutup" ucap intan menutup panggilan tersebut.
"sepertinya akan ada kekacauan besar malam ini" ujar intan menatap sekelilingnya dengan nanar. Membayangkan kekacauan yang bayang jelas dalam benaknya.
"sayang kau sudah pulang?" tanya windana yang berjalan dari arah dapur. dengan rasa bahagia yang terpancar jelas dari wajahnya.
"iya bunda, hari ini guru lesnya mengizinkan aku pulang lebih cepat dari biasanya" jelas intan berbohong. Selama hampir sepekan ini intan beralasan mengikuti les musik sehingga dirinya bisa leluasa menjalankan rencananya. Bahkan beberapa kali intan harus pulang larut malam untuk menyiapkan semua kejutan yang akan dia berikan pada darwin di hari pernikahannya nanti.
"baguslah sayang, bunda senang kau bisa pulang cepat hari ini" kata windana beralih menatap bunga - bunga yang sudah selesai di rangkai.
"hai bunda!" sapa devano yang masih berdiri di ambang pintu masuk.
"anno kau juga pulang" kata windana berjalan menyambut kedatangan putranya yang sangat jarang berada di rumah akhir - akhir ini.
"kau tampak makin kurus?" tanya windana mengamati tubuh devano yang mengalami perubahan yang signifikan itu.
"tidak bunda, ini bukan kurus tapi semakin sehat dan bertenaga" jelas devano dengan senyum hangatnya berusaha tak membuat windana khawatir dengan keadaanya.
"oh yah bunda, selamat anniversary yang ke 32" ucap devano memberikan sebuah kado yang dibungkus rapi dengan kertas bercorak batik.
"terima kasih sayang" kata windana mengambil kado pemberian devano.
"aku harap bunda bisa bahagia terus ke depannya" ucap devano memeluk tubuh ringkih windana yang tampak semakin kurusan.
"amin, makasi doanya sayang" ujar windana mengurai pelukan tersebut. Sedangkan intan hanya menatap interaksi anak ibu itu dalam diam.
"bunda aku naik sebentar yah mau bersih - bersih. Sebelum acaranya di mulai" kata devano yang menatap ke arah intan memberi sedikit kode padanya.
setelah beranjak meninggalkan windana. devano yang di susul intan berhenti di balkon.
"apa hari - harimu di sana berat?" tanya intan menatap lurus ke depan tanpa melihat devano yang berdiri di sampingnya.
"awalnya sangat berat, tapi semakin lama aku semakin bisa menyesuaikan diri dengan pelatihan yang dia berikan" jawab devano mengingat - ingat waktu yang dia habiskan di tempat pria yang dia panggil master. Pelatihan pertahanan, pengenalan mengenai bisnis, cara mengembangkan bisnis, dan beberapa hal yang dia pelajari dari master. Untuk menempah dirinya mempersiapkan mentalnya menghadapi dunia ke depannya.
"maaf sudah memberimu hari - hari berat itu" ucap intan tulus. Ada rasa bersalah melihat tubuh devano yang semakin kurusan dengan raut wajah yang menggambarkan kelelahan yang berat.
"tidak masalah intan. Aku adalah anak tertua jadi semua itu harus kulakukan untuk melindungi kalian" ucap devano dengan suara pelan. Dia paham dengan semua perasaan bunda dan adiknya. selama masih memiliki mereka maka tak maslah bagi devano untuk berjuang mempertahankan hak mereka.
"apa nanti ayah akan datang?" tanya devano mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"tentu, bukankah hari ini hari yang tepat untuk mengumumkan pernikahan mereka pada kita" jawab intan menatap nanar ke depan. awalnya intan mengira darwin hanya akan mengirimkan undangannya pada mereka. Namun dari yang disampaikan mata - mata yang disipakan, intan tahu darwin ternyata lelaki hebat yang punya keberanian yang sangat besar.
"tapi tenang saja, biarkan mereka merasa menang dulu. Agar serangan kita nanti bisa memberi dampak yang sangat besar padanya" jelas intan yang menatap tangan devano sudah terkepal erat.
"kau bisa menahannya bukan?" tanya intan menatap ke arah devano. Mengingat devano yang sudah beberapa minggu melewati pelatihan. Tenaganya pasti sudah cukup kuat untuk mematahkan tulang rahang musuhnya.
"aku akan berusaha" jawab devano beranjak meninggalkan intan. Berjalan menuju kamarnya untuk melampiaskan semua amarahnya yang meletup - letup dalam dirinya.
...****************...
"nyonya tuan sudah di depan" ucap seorang pelayan tersenyum melaporkan kedatangan darwin.
"baiklah semuanya siap - siap yah!" pintah windana menyalakan lilin yang sudah tertancap rapi di atas kue tar yang nampak indah dengan warna gold menghiasinya.
Krekkk.
Saat pintu utama terbuka beberapa pelayan meniup terompet kecil sedangkan windana yang membawa kue berada di tengan di apit devano dan abraham. intan hanya duduk manis menikmati kejutan yang berada di depannya. Setelah pintu terbuka sempurna dan menampakkan orang yang berada dibaliknya semua nampak terkejut bahkan kue yang dibawa windana terjatuh begitu saja tanpa ada yang berusaha menangkapnya kembali.
"ayah siapa dia?" tanya abraham membuka suara saat yang lain nampak syok dengan kejutan yang di berikan darwin.
"dia calon istriku, calon mama kalian" ucap darwin memamerkan senyumnya memperkenalkan wanita yang sedang bergelayut manja pada lengannya.
"tidak mas, ini pasti bohongan kan?" tanya windana yang masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang diucapkan darwin
"tidakkah kalian mengundang kami masuk, kakiku sedikit pegal berdiri" sela perempuan terseyum ke arah windana.
"sebaiknya kita duduk di dalam membicarakan ini semua bunda" ucap intan yang sudah berdiri di samping windana. Merangkul perempuan tersebut menuntunnya berjalan ke arah meja makan. Dimana berbagai hidang sudah tersaji.
setelah semua sudah mengambil tempat di meja makan. Tidak ada yang membuka suara semua penghuni rumah hanya menatap tajam pada perempuan itu.
"mas! Apa aku boleh makan rawon dagingnya? Tampaknya sangat lezat" ucap perempuan itu membuka suara mungkin dia merasa gugup mendapat tatapan tajam dari beberapa orang.
"tentu sayang, biar aku yang ambilkan" kata darwin beranjak dari duduknya mengisi piring kosong dengan beberapa irisan daging rawon tak lupa menambahkan sedikit nasi hangat sebelum mengembalikan piring tersebut pada perempuan asing itu.
"apa kau tak merasa bersalah sedikitpun?" tanya devano menatap tajam pada darwin. Pria yang sudah beberapa minggu tak menginjak kediaman hagara tiba - tiba datang membawa perempuan di hadapan istri sahnya.
"jangan terlalu berlebihan menanggapinya, ayah ke sini hanya datang membawa ini dan sekaligus memperkenalkan rea pada kalian" ucap darwin mengeluarkan undangan dari saku jasnya dan meletakkannya di atas meja makan.
"aku tidak akan menyetujui pernikahan kalian" bentak windana dengan pipinya yang telah basah
"aku tidak meminta persetujuanmu" ucap darwin menantang windana membuat suasana semakin menegang.
"ingat semuanya sudah menjadi milikku sekarang. Kalau kalian tidak setuju kalian boleh angkat kaki dari masion ini" ancam darwin yang membuat windana semakin syok. semua yang dia takutkan akhirnya terjadi juga.
"kak, tolong bawa dan tenangkan bunda di kamarnya" pinta intan menyadari kemarahan devano. mendengarnya devano langsung memapah windana berjalan ke arah lantai dua.
"andrea imanuella benediktus" kata intan membaca nama yang tertera pada undangan pernikahan.
"nama yang bagus!" puji intan yang membuat darwin dan andrea mengembangkan senyumnya.
"intan kamu apa - apaan sih dia tuh pelakor mana ada bagus - bagusnya" bentar abraham yang tak tahan melihat perbuatan intan.
"gue pikir loe akan berada di pihak bunda ternyata loe juga brengsek" tambah abraham dengan ketusnya meninggalkan ruang makan tersebut.
"tapi kurasa kau memilih waktu dan tampat yang salah ayah, untuk memperkenalkan wanita simpananmu pada kami" lanjut intan setelah kepergian abraham. Penuturan yang membuat darwin mengeraskan rahangnya.
"oh yah! orang tuamu pasti salah dalam memilih nama sebagus itu, untuk perempuan yang merebut kebahagiaan wanita lain demi kebahagianmu sendiri" ucap intan sebelum beranjak meninggalkan meja makan menyusul bunda dan kedua kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh
2024-03-13
0