Temui Aku Di Sisi Lain

Temui Aku Di Sisi Lain

Chapter 1 - It's My Life

Tempat ini sangat nyentrik. Hanya itu yang bisa aku kata.

Sebuah tempat di mana terhampar padang perdu sepanjang mata memandang. Sangat datar, tak ada sedikit pun lonjakan kecuali di arah utara sana. Berdiri gunung hampir sempurna lancip yang merusak padang perdu datar itu.

Mentari di sini tidak bersinar seperti di dunia kita. Terbit dari barat dan tenggelam di timur. Di lengkung langit timur, tepat tengah hari tiba, sang mentari berganti cepat dengan rembulan. Rembulan yang bercahaya merah di kegelapan langit. Suatu malam yang sangat indah. Namun justru ketika malam seperti itulah dunia ini sangat berbahaya.

Hingga sekarang, kami masih harus berurusan dengan makhluk hitam tinggi dengan kepala kosong putih itu.

BUK!BUK!BUK! Terdengar pintu yang digedor-gedor dan tubuhku yang terombang-ambing berusaha menahan pintu.

"Sial. Berapa lama lagi?" tanyaku ketus.

Tanganku sudah terasa lemas. Bukannya membantu, teman-teman di belakangku malah adu teriak mengenai portal.

"Tidak, tidak, tidak, kita bisa mati jika masuk ke sana," ucap Mahendra sambil menutup kembali portal.

"Kita juga bisa mati di sini." Antara menahan tangan Mahendra menutup portal.

"Jangan tolol Antara! Mana bisa kita selamat lewat portal ini?"

"Mana bisa pula kita selamat darinya selain lewat portal ini?"

Tanganku semakin lemas, sementara raungan makhluk di balik pintu ini semakin melengking keras. Jantungku kian terasa berdegup kencang karenanya.

"Ges, sampai berapa lama lagi?" tanya Zoya yang membantuku menahan pintu.

Gemeretak kayu terdengar di seluruh gubuk. Serpih-serpih kayu berguguran dari langit-langit. Teman-temanku yang lain di belakang sana berteriak histeris. Tapi tetap Mahendra dan Antara belum beres adu teriak. Mujurnya, Anje datang tepat waktu.

PLAK!PLAK! Anje menampar Antara dan Mahendra. Cap lima jari menempel pada pipi mereka.

"Apa-apaan?" Mahendra dan Antara berseru bersamaan.

"Gua duluan! Minggir kalian berdua!" Tanpa pikir panjang, Anje langsung melompat ke dalam portal dan seketika sosoknya menghilang dari pandangan. Meninggalkan heran berkepanjangan pada raut wajah Mahendra dan Antara.

Hilangnya Anje mendamaikan suasana. Antara dan Mahendra berdamai. Walau bagus, justru saat itulah jantungku terasa mau copot.

BRAKK!!!!

Terdengar dentuman hebat, diikuti dengan kelotak bongkahan-bongkahan kayu yang mengiringi. Daun pintu terbanting keras dan aku terhempas jatuh. Begitu pula dengan Zoya. Kami berdua tergolek tak berdaya seraya menatap ngeri makhluk hitam tinggi dengan kepala putih bersih itu. Slenderman berhasil menerobos masuk. Adrenalinku terpacu.

"Demi Bapak Zeus!" gerutu Zoya.

Masih dalam keadaan terbelalak, Mahendra dan Antara pun tak ada pilihan lain selain melompat masuk ke dalam portal. Setelah mereka, Nadla, dan Sally yang terluka pun langsung melompat masuk ke dalam portal. Mereka satu persatu hilang dari pandangan, dihisap oleh portal. Tinggal bersisa Aku dan Zoya.

"Jangan tinggalin watashi ges!" Zoya merangkak bangkit.

"Sial," gerutuku pada tangan dan kakiku yang mati rasa.

WUTH!!!WUTH!!!

Slenderman memukul udara. Aku berhasil menggelinding menghindar. Tanganku yang mati rasa terasa hidup di saat menegangkan ini, aku langsung bangkit dan berlari melompat masuk ke dalam portal, Zoya mengekoriku. Raungan Slenderman terdengar melengking keras di belakangku, seketika lamat-lamat terdengar dan kemudian menghilang.

Aku tak tahu apa yang ada di balik portal ini. Sesuatu berbahaya yang pastinya karena Mahendra si Buaya Darat bersikukuh tak mau masuk ke dalam portal. Kuharap saja Dewi Fortuna masih di pihakku.

WUTH!!!WUTH!!! Angin berkesiur di telingaku. Aku mengerjap. Oh Tuhan, ini lebih buruk dari yang kuduga.

Pandanganku langsung disambut langit biru juga gumpalan awan putih di langit. Sebuah pulau muncul di hadapanku, mencuat di tengah laut. Tak jelas terlihat oleh mataku bangunan yang berdiri di pulau sana, sesaat seperti model Jepang. Dan udara di sini terasa sedikit berbeda dengan di permukaan. Jauh lebih ringan.

Seantero sekolah pasti tidak pernah menyangka kami terbang melenting pada ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut. Menembus awan-awan, menyaksikan pemandangan pulau Okinawa dari ketinggian ribuan meter tanpa persiapan apa-apa. Aku mengerti mengapa Mahendra bersikeras tak ingin masuk portal, karena rupanya pintu keluar portal itu berada di langit.

Di sini tidak jauh lebih baik dengan gubuk tadi, malah rasanya jantungku berhenti berdetak sesaat. Aku membuka mulutku, berteriak sekuat-kuatnya.

"Kita akan mati!" teriak Mahendra yang suaranya tiba-tiba melengking tinggi.

Sally berteriak histeris, tangan dan kakinya bergerak-gerak cepat. Keadaannya ditiru oleh Antara. Atau lebih tepatnya mereka berdua kompak ketakutan dalam keadaan sama, mengepakkan tangan serta kaki seolah-olah mengepakkan sayap sembari berteriak. Anje seorang yang tenang fisiknya, tapi tidak berlaku untuk mentalnya. Matanya memancarkan ketakutan mendalam.

Sementara itu, Nadla, biang kerok ini semua malah tertawa keras. Cekikikan seolah semua yang terjadi ini adalah hal yang lumrah. Suaranya bergema di ketinggian, wajahnya menyeringai licik.

Ingin sekali rasanya aku menabok Nadla, berkata "Bodoh sekali dirimu!" pada telinganya, tapi aku terlalu sibuk berteriak histeris seperti yang lain.

Dan seperti itulah. Nadla memutar tubuhnya di udara kemudian terbang melenting di depanku. "Seru sekali bukan?" tanya dia padaku dengan diiringi seulas senyuman licik khas seorang antagonis.

Aku mengerutkan dahi, entah karena ketololan Nadla atau karena hembusan angin yang terasa menghantam seperti palu, tapi aku tak mau berbohong, petualangan ini memanglah seru.

Bagaimana ya reaksi diriku yang dulu bila menyaksikan semua ini?

...****************...

Aku mendengus malas, duduk menopang dagu sembari memandang lekat-lekat gedung tua yang berdiri di sudut aneh dekat sekolah. Bangunan janggal berwarna putih kusam yang terlihat seolah-oleh berpenghuni, meski kenyataannya gedung itu sudah lama ditinggalkan sejak rezim orde baru berakhir.

Konon, gedung tersebut ditinggalkan sebagai penghormatan untuk keluarga pemilik gedung yang mati dipanggang hidup-hidup. Konon juga, gedung tersebut merupakan sarang gangster untuk transaksi ilegal. Oleh karenanya dibiarkan kusam dan berdebu. Cerita lain mengatakan kalau gedung itu sarang roh gentayangan karena dibangun di atas tanah kuburan. Aku lebih percaya kemungkinan yang terakhir.

"Zoya!!!" Pak Roro menyentak, suaranya membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara. "Sampai kapan kamu akan terus bermalas-malasan? Lihat nilai ulanganmu, lebih kecil dari ukuran sepatu. Bapak ingin tahu alasannya."

Pak Roro menyipitkan mata dan seketika kepala botaknya seolah bersinar memantulkan cahaya. Beliau menatap kejam lelaki rambut awut-awutan di hadapannya.

"Anu pak, kemarin saya harus nengok kucing saya yang mati pak! Takutnya jadi roh gentayangan pak!" katanya dengan nada serius.

"Ya elah, Zoy, kucingmu yang itu bukannya minggu lalu dah mati? Sekarang mati lagi?" celetuk Mahendra, lelaki paling rupawan di kelas X MIPA 11. Wakil Ketua kelas, sekaligus buaya kelas.

Kelas riuh oleh tawa. Tawa yang hanya bertahan singkat karena Pak Roro kembali menyentak.

"Diam!" Pak Roro murka. "Tidak ada alasan!" katanya tajam pada Zoya.

"Anu pak, anu." Zoya menggaruk kepala yang tidak gatal.

Pak Roro lagi-lagi menyentak. Suara entakkan itu sangat menggelegar hingga ke penjuru kelas. Sesaat kelas hening, suasana seolah terasa berkabung. Lalu, mulailah Pak Roro menasihati Zoya dengan logat Jawa- Sunda khasnya. Dan Zoya, makin beralasan tak jelas. Terjadilah debat di depan kelas. Debat kusir, sampai-sampai Zoya bawa-bawa nama bapak presiden pertama Indonesia dan juga ‘raja Jawa’.

Yap, seperti itulah Zoya. Lelaki paling konyol yang pernah aku temui. Terlalu random dirinya. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi menebak arah pikirannya. BMKG pun pasti tidak bisa memprediksi jalan berpikir Zoya Syailendra kita ini. Rambut gondrong awut-awutan, celana pensil, kemeja seragam kebesaran, dan mata sayu. Itulah Zoya.

"Untung ada Zoya," desis Sally, disertai cekikikan kecil.

"Tetap saja, mendapat rangking kedua paling bawah," ucapku pada Sally, membuatnya tersenyum simpul.

"Kamu dapet berapa btw?" bisik Sally lagi, suaranya agak tertutup oleh karena debat kusir di depan kelas antara Zoya dengan Pak Roro.

Aku memutar bola mata, kemudian menghela napas dalam.

“Nanti liat ya Ay, buat remedial. Ya? Ya? Plisssss?” Sally memohon dengan sangat, membuat raut wajah unyu-unyu agar aku menuruti permintaannya.

"Iya, iya, nanti aku ajari."

"Tengcu banget Ay!”  ucap Sally lembut, menggeser pandangannya ke layar ponselnya yang tersembunyi di balik halaman buku.

"Terima kasih kembali," dengusku maklum.

Dia adalah Sally, chairmate-ku yang memiliki julukan Kanjeng Ratu. Lagaknya mirip ratu, suka menyuruh ini itu sementara dia sendiri bermalas-malasan main Instagram. Anak ini memang pandai bermanja. Yap, dia tipikal anak Gen-Z. Kelebihannya adalah EQ jauh di atas rata-rata. Minusnya, IQ sedikit di bawah rata-rata. Kanjeng Ratu kita memang agak telmi.

Walau begitu, setidaknya Kanjeng Ratu punya ciri khas sendiri. Tidak seperti diriku. Aku tidak punya apa-apa.

"Protagonis!" Pak Roro berseru padaku. Bola matanya nanar menatapku.

Aku bangkit segera.

"Tolong, khusus hari ini, coret nama Zoya dari absensi. Bapak tidak mau mengakui Zoya hadir di kelas hari ini." Pak Roro melirik kejam ke arah Zoya.

"Lah kok gitu pak? Saya dah berjalan melewati gunung dan mengarungi samudra buat sampai ke sekolah. Masa enggak dianggap sih?" protes Zoya sembari gelagapan seperti cacing kepanasan.

Pak Roro mengibas sebelah tangan. Beliau sudah muak melihat Zoya. "Balik ke tempat duduk sana. Bapak mau mulai jelasin materi bab dua."

Zoya masih diam, memohon padaku lewat kedipan anehnya.

"Maaf Zoya." Aku menggeleng.

Dengan lesu, Zoya pun kembali ke tempat duduknya. Kelas pun akhirnya dimulai. Papan tulis langsung penuh oleh tuan x dan tuan y. Hari ini Pak Roro menjelaskan cara lain menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel. Aku larut dalam pelajaran. Terlalu larut.

Tak dirasa bel pulang sudah berbunyi. Aku menyisihkan lembar kertas, menjejalkan buku dan peralatan tulis ke dalam kantong sekolah. Lalu kertas-kertas itu terjatuh kembali. Sesuatu menumbuk bahu kiriku.

“Maaf, Protagonis,” ucap Angelica padaku. Perkataan maafnya lebih seperti ungkapan ketus seorang dewi yang sedang marah. Yap, seperti itulah Angelica alias Anje si Dewi Pemarah. Tidak baik berurusan dengannya, maka aku biarkan saja dia melenggang pergi.

Sally membantuku menyusun lembaran kertas itu. "Oh ya, Ay," kata Sally lembut, menyodorkan barang-barangku yang terjatuh. "Mau ikut bareng main ke alun-alun? Bakal rame kok, ada konser Juicy Lucy. Banyak cogan juga. Devian ama Mahendra bakalan ikut," ucapnya padaku, walau terkesan diucapkan lebih kepada ponselnya.

"Tidak bisa Sally, aku harus pulang. Ada materi yang harus aku kejar."

Sally menatapku kecewa. "Bener nih, Protagonis? Padahal ada salah satu band favoritmu loh. Gua udah rela malah beliin tiket spesial buatmu."

Aku menggeleng, menyampirkan tas. "Kalau bukan HIVI, aku tidak akan datang."

"Yaudeh, gua bakalan ajak yang laen aja. HiFriends garis keras nih." Sally berketus, menyampirkan tasnya lalu memelukku tiba-tiba. Dia melepas pelukannya. "See you later, Protagonis, calon dokter masa depan. Jangan lupa janji tadi ya."

Aku balas melambai. Sally melenggang pergi, meninggalkanku sendirian di kelas.

Tidak, tidak ada kesalahan dalam pengetikan di sini. Kalian tidak salah baca. Sally memang memanggilku Protagonis karena aku memang protagonis di dalam cerita ini. Dan aku tidak akan memberitahukan namaku pada kalian.

Alasannya sederhana, karena kisah yang kalian baca ini bukanlah mengenai siapa-siapa, aku hanyalah seseorang yang tidak penting dalam kemajuan umat manusia sebagai peradaban di dalam galaksi milky way. Hidupku bukanlah apa-apa. Tidak ada bakat, wajah pas-pasan, hanya gadis SMA yang dapat kalian temui dengan mudah. Tokoh yang tidak perlu kalian pedulikan, itu lah aku, protagonis cerita ini.

Aku menggeser pagar rumah di belakangku, berjalan menyeberangi halaman penuh semerbak bunga anggrek aneka rupa.

"Protagonis, Nyonya punya pesan buat Protagonis," ujar Bi Hannah hormat setiba aku di teras rumah, kemudian kembali pada pekerjaan membersihkan taman.

"Aku pulang, Bi," kataku lebih kepada Papan Tulis Putih yang terukir di sana sebuah pesan dari Mama, alih-alih kepada Bi Hannah.

Mama tidak akan ada di rumah selama satu minggu.

Hatiku mencelus, tak ubahnya mendapati rumah ini selalu kosong. Hanya wanita paruh baya keturunan sunda tulen itu yang menyambutku. Hanya Bi Hannah dan Papan Tulis Putih. Selalu mereka.

"Sampai ketemu nanti," desahku sembari menulis elok di bawah pesan Mama.

Baik Ma. Begitu jawaban yang tuliskan.

Di rumahku, terdapat papan tulis putih untuk memberikan pesan kepada anggota keluarga lain. Hal ini karena di rumah ini jarang sekali ada orang, selain Bi Hannah atau aku. Kuno, namun efektif.

Aku pun buru-buru naik ke lantai dua memasuki kamarku, melemparkan tas pada kursi bersandar, dan selanjutnya melemparkan tubuhku sendiri ke atas ranjang. Aku menyampingkan tubuhku, meraih boneka beruang seraya berbicara padanya.

“Aku pulang Emily, protagonismu pulang,” ucapku lembut, meremas pipi imut Emily sebelum memeluknya erat-erat seolah dia adalah jodohku.

Kukenakan headphone yang selalu bergelung di leherku. Terpejam dalam senandung lagu It's My Life dari Bon Jovi yang kudengarkan lewat headphone keramatku itu. Semua kulakukan demi menunggu matahari tergelincir.

Iya, beginilah hidupku. Tidak ada apa-apanya, tak ada yang spesial dari diriku. Hanya anak sekolahan biasa. Dengan follower Instagram dua digit angka dan pikiran nyentrik seperti yang kalian baca.

Mungkin beberapa dari kalian menyebutku nolep karena tidak memiliki hidup. Aku memang tidak memiliki kehidupan di dunia nyata. Hanya sekolah pulang sekolah pulang. Sesekali mampir ke konser. Hanya itu. Tidak banyak yang bisa aku kisahkan pada kalian karena semua membosankan. Di sekolah aku hanya belajar dan duduk diam di kelas. Ketika bel pulang berdering, aku langsung menuju kamarku untuk berbaring.

Benar, tidak ada yang menarik dariku, bahkan lebih menarik menceritakan kisah Zoya ketimbang diriku sendiri. Tapi, dengan bangga aku bisa berkata bahwa aku memiliki rahasia yang hanya aku yang tahu. Sebuah rahasia yang membedakanku dengan delapan milyar penduduk bumi lainnya. Rahasia inilah alasan aku layak disebut sebagai protagonis dalam cerita ini.

...**********...

Hari menjelang sore. Langit sudah berwarna jingga. Matahari semakin tergelincir, tinggal beberapa saat lagi hari mulai gelap.

"Protagonis, Bibi pulang dulu," kata Bi Hannah usai suara ketukan pintu kamar yang ketiga.

"Hati-hati Bi," balahku laun.

Wanita paruh baya keturunan Sunda tulen itu pun pergi. Langkahnya sudah tak kudengar lagi. Tapi sebelum melancarkan rencanaku, aku sekali lagi mengecek lewat jendela, menyibak gorden lalu memandangi halaman rumah. Memastikan masih ada tidak ‘kah jejak Bi Hannah.

"Baiklah, sudah aman," ucapku pada diri sendiri walau mataku tertuju pada boneka beruang, Emily. "Tunggu di sini Emily, jaga kamarku dengan baik ya."

Aku pun langsung bergegas menyiapkan beberapa alat penting seperti senter, topi, masker, dan yang terpenting adalah pemukul bisbol dan buku harianku. Kujejalkan semua itu ke dalam tas gandong, kecuali pemukul bisbol yang kupegang erat-erat. Dengan langkah berani, aku keluar kamar.

Ingat bangunan tua yang dirumorkan pemiliknya mati dalam kebakaran? Tragedi di mana satu keluarga mati dipanggang hidup-hidup di dalam gedung milik mereka sendiri? Di tempat penuh rumor aneh itulah rahasia terbesarku berada.

Tepat berada pada lantai empat gedung tersebut, di ruang tengah sebelah lift. Di sana, ketika kalian memberikan tepukan sopan sebanyak empat kali, tunggu hingga matahari tergelincir, dan entah sesajen kepada raja iblis, simsalabim abrakadabra!

Angin berdesir lembut. Sesaat kemudian, retakan planar muncul pada bidang imajiner di antara dua pilar. Perlahan namun pasti, retakan tersebut menjalar hingga membentuk cincin portal menuju dunia lain.

Di balik portal inilah, aku merasa hidup. Sebuah dunia yang tidak pernah ada orang lain yang mengetahuinya. Tempat di mana aku menjadi diriku sendiri, melupakan kekejaman dunia nyata jauh-jauh dan tenggelam dalam suasana melenakkan jiwa seolah aku berada di rumah. Tempat ini kuberi nama Sisi Lain.

Jantungku sedikit berdegup, terlalu antusias memasuki dunia rahasiaku. Aku menjulurkan tangan kemudian melangkah masuk ke dalam portal. Sensasi seolah masuk ke dalam air pun terasa. Sensasi yang sangat aku benci. Dingin, pandangan hitam kelam, kemudian sesaat berselang lorong berlumut nan tua itu berganti dengan sebuah dunia hijau yang tak ada habis-habisnya. Sementara langit-langit kelabu gedung digantikan dengan sebuah langit biru yang membentang sepanjang mata memandang.

"Selamat datang kembali, wahai diriku," kataku pada diri sendiri.

Terpopuler

Comments

A.D

A.D

ok, tanda baca lu rapi, sempurna. gak ada yg perlu di kritik dari tanda baca lu /Good/ tapi gue gak tau ini alurnya ngarah ke mana, but, good job

2024-09-24

0

A.D

A.D

tapi ini nama orang atau kalimat? 🤔 nama? berarti bener pake kapital

2024-09-24

0

AI

AI

Bagus, Thor. Kepenulisanmu rapi.

2024-09-21

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - It's My Life
2 Chapter 2 - Rocky Mountain High
3 Chapter 3 - Begadang
4 Chapter 4 - Hotel California
5 Chapter 5 - Heartbeat
6 Chapter 6 - Paradise
7 Chapter 7 - Counting Stars
8 Chapter 8 - Up&up (Bagian Satu)
9 Chapter 8 - Up&up (Bagian dua)
10 Chapter 8 - Up&up (Bagian tiga)
11 Chapter 9 - Daylight (Bagian Satu)
12 Chapter 9 - Daylight (Bagian Dua)
13 Chapter 10 - Dibalik Hari Ini (Bagian Satu)
14 Chapter 10 - Dibalik Hari Ini (Bagian Dua)
15 Chapter 11 - Dynamite (Bagian Satu)
16 Chapter 11 - Dynamite (Bagian Dua)
17 Chapter 11 - Dynamite (Bagian Tiga)
18 Chapter 12 - Jangan (Bagian Satu)
19 Chapter 12 - Jangan (Bagian Dua)
20 Chapter 12 - Jangan (Bagian Tiga)
21 Chapter 13 - Fire With Fire (Bagian Satu)
22 Chapter 13 - Fire With Fire (Bagian Dua)
23 Chapter 14 - Hotel California (Bagian Satu)
24 Chapter 14 - Hotel California (Bagian Dua)
25 Chapter 15 - Bring Me To Life (Bagian Satu)
26 Chapter 15 - Bring Me To Life (Bagian Dua)
27 Chapter 16 - Let It Be
28 Chapter 17 - Party Rock Anthem (Bagian Satu)
29 Chapter 17 - Party Rock Anthem (Bagian Dua)
30 Chapter 18 - Jailhouse Rock
31 Chapter 19 - Give Love (Bagian Satu)
32 Chapter 19 - Give Love (Bagian Dua)
33 Chapter 20 - Sweet Victory
34 Chapter 21 - Otherside
35 Chapter 22 - Faded
36 Chapter 23 - Castle On The Hill (Bagian Satu)
37 Chapter 23 - Castle On The Hill (Bagian Dua)
38 Chapter 24 - Iridescent
39 Chapter 25 - Do You Hear The People Sing?
40 Chapter 26 - Kereta Kencan
41 Chapter 27 - Pudar (Bagian Satu)
42 Chapter 27 - Pudar (Bagian Dua)
43 Chapter 28 - Pilihanku
44 Chapter 29
45 Chapter 30 - Broken Angel
46 Chapter 31 - Aw Aw Aw
47 Chapter 32 - From Now On (Bagian Satu)
48 Chapter 32 - From Now On (Bagian Dua)
49 Chapter 33 - Page of Life In My Story
50 Chapter 34 - Dreamhigh
51 Chapter 35 - Hymn For Weekend
52 Chapter 36 - Stand By You
53 Chapter 37 - Tanpa Tergesa
54 Chapter 38 - 17才 (Bagian Satu)
55 Chapter 38 - 17才 (Bagian Dua)
56 Chapter 39 - In The End (Bagian Satu)
57 Chapter 39 - In The End (Bagian Dua)
58 Chapter 39 - In The End (Bagian Tiga)
59 Chapter 39 - In The End (Bagian Empat)
60 Chapter 40 - The End Run
61 Chapter 41 - Tetap Dalam Jiwa (Bagian Satu)
62 Chapter 41 - Tetap Dalam Jiwa (Bagian Dua)
63 Chapter 42 - Let Her Go
64 Chapter 43 - Sampai Jumpa
65 Epilog
66 Prolog
67 Akhir Kata
68 Side Story 1: Prontagonis/Sekretaris
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Chapter 1 - It's My Life
2
Chapter 2 - Rocky Mountain High
3
Chapter 3 - Begadang
4
Chapter 4 - Hotel California
5
Chapter 5 - Heartbeat
6
Chapter 6 - Paradise
7
Chapter 7 - Counting Stars
8
Chapter 8 - Up&up (Bagian Satu)
9
Chapter 8 - Up&up (Bagian dua)
10
Chapter 8 - Up&up (Bagian tiga)
11
Chapter 9 - Daylight (Bagian Satu)
12
Chapter 9 - Daylight (Bagian Dua)
13
Chapter 10 - Dibalik Hari Ini (Bagian Satu)
14
Chapter 10 - Dibalik Hari Ini (Bagian Dua)
15
Chapter 11 - Dynamite (Bagian Satu)
16
Chapter 11 - Dynamite (Bagian Dua)
17
Chapter 11 - Dynamite (Bagian Tiga)
18
Chapter 12 - Jangan (Bagian Satu)
19
Chapter 12 - Jangan (Bagian Dua)
20
Chapter 12 - Jangan (Bagian Tiga)
21
Chapter 13 - Fire With Fire (Bagian Satu)
22
Chapter 13 - Fire With Fire (Bagian Dua)
23
Chapter 14 - Hotel California (Bagian Satu)
24
Chapter 14 - Hotel California (Bagian Dua)
25
Chapter 15 - Bring Me To Life (Bagian Satu)
26
Chapter 15 - Bring Me To Life (Bagian Dua)
27
Chapter 16 - Let It Be
28
Chapter 17 - Party Rock Anthem (Bagian Satu)
29
Chapter 17 - Party Rock Anthem (Bagian Dua)
30
Chapter 18 - Jailhouse Rock
31
Chapter 19 - Give Love (Bagian Satu)
32
Chapter 19 - Give Love (Bagian Dua)
33
Chapter 20 - Sweet Victory
34
Chapter 21 - Otherside
35
Chapter 22 - Faded
36
Chapter 23 - Castle On The Hill (Bagian Satu)
37
Chapter 23 - Castle On The Hill (Bagian Dua)
38
Chapter 24 - Iridescent
39
Chapter 25 - Do You Hear The People Sing?
40
Chapter 26 - Kereta Kencan
41
Chapter 27 - Pudar (Bagian Satu)
42
Chapter 27 - Pudar (Bagian Dua)
43
Chapter 28 - Pilihanku
44
Chapter 29
45
Chapter 30 - Broken Angel
46
Chapter 31 - Aw Aw Aw
47
Chapter 32 - From Now On (Bagian Satu)
48
Chapter 32 - From Now On (Bagian Dua)
49
Chapter 33 - Page of Life In My Story
50
Chapter 34 - Dreamhigh
51
Chapter 35 - Hymn For Weekend
52
Chapter 36 - Stand By You
53
Chapter 37 - Tanpa Tergesa
54
Chapter 38 - 17才 (Bagian Satu)
55
Chapter 38 - 17才 (Bagian Dua)
56
Chapter 39 - In The End (Bagian Satu)
57
Chapter 39 - In The End (Bagian Dua)
58
Chapter 39 - In The End (Bagian Tiga)
59
Chapter 39 - In The End (Bagian Empat)
60
Chapter 40 - The End Run
61
Chapter 41 - Tetap Dalam Jiwa (Bagian Satu)
62
Chapter 41 - Tetap Dalam Jiwa (Bagian Dua)
63
Chapter 42 - Let Her Go
64
Chapter 43 - Sampai Jumpa
65
Epilog
66
Prolog
67
Akhir Kata
68
Side Story 1: Prontagonis/Sekretaris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!