Bagi Nadla, Sisi Lain adalah tempat ketidakadaan menjadi ada. Kemustahilan menjadi kenyataan. Begitu yang berkutat di dalam kepalanya. Nadla pernah mengatakan bahwa dia ingin hidup di Sisi Lain, menyaksikan keajaiban-keajaiban tiada tara. Tapi pertanyaannya, bisakah seorang manusia biasa hidup di dunia tak terprediksi BMKG dan diluar akal sehat manusia? Jawabannya bisa, sudah ada contoh nyata yaitu Dagran si Saudagar.
Dagran adalah manusia nyentrik yang hidup ratusan tahun di Sisi Lain. Seorang vendor barang mistis juga pembeli Batu Roh yang biasa Nadla kunjungi. Kali ini Nadla tidak akan mengunjunginya seperti yang lalu-lalu, dia akan ke sana membawa pasukan yaitu kami anggota Klub Karuta.
Dan tentu, sebelum perang kita harus bersiap. Persiapan matang menuju medan perang, itu yang kami lakukan saat ini. Mempersiapkan kartu as untuk meja negosiasi atau persiapan bertempur bila perlu. Harusnya.
"Aaaah, sakit banget! Hati-hati!"
"Maaf Zoya, aku terlalu terbawa suasana."
"Aaah, sial! Aku udah mau keluar!" erang Zoya.
"Aku juga Zoya! Aku udah mau sampai batas! Bertahanlah!"
"Endra!!!"
"Zoyaa!!!"
Mereka berdua mendesah bersamaan. Terdengar debam suara yang melenakan. Suara yang serupa terdengar kembali.
"Lebay." Angelica bersua. Suaranya pedas, sepedas hatinya tapi tidak sepedas bon cabai. "Bisa tidak bermainnya dengan mulut dibungkam?
"Angelica! Mana bisa gue begitu! Bermain game itu harus dinikmati. Dengar sekali lagi, harus dinikmanti. Mana bisa hanya sungkem?"
Anje berdecak.
"Jahat banget! padalah watashi sudah membantu kalian lawan genderuwo," geram Zoya sehabis mendaratkan remote Wii ke lantai.
"Hei! Jangan dibanting!" aku berseru menyaksikan remote Wii jatuh ke lantai.
Zoya terperangah, tersadar kesalahannya.
"Sudah, sudah, Zoya. Daripada gitu mending kita bantu yang lain."
"Ah benar juga! pinter juga lu Wakil Ketua! Ya walau gak sepinter Sekretaris juga sih."
Aku menghela napas. "Seharusnya kalian sedari awal membantu, bukannya malah bermain game," ucapku dingin sementara tangan kananku berkutat pada spidol, membuat catatan Prasasti-prasasti yang ditinggalkan kerajaan Tarumanegara.
"Ini Ay, udah tuh." Sally memberikan kerjaannya. "Nah bagian mana lagi yang belum?"
"Biar aku saja yang menyelesaikannya," usul Anje. Dewi Pemarah tampak anggun ketika serius menuliskan kata-kata elok.
Aku terus merasakan dua pasang mata yang menyorot serius. Mahendra dan Zoya memperhatikan tanganku mengukir sejarah.
"Bentar lagi beres kok tugasnya."
"Terus kami bantu yang mana? Jangan-jangan." Zoya membelalakkan mata, dia segera menarik kedua bahuku.
Enak banget ya anak yang satu ini, membuat masalah denganku setiap saat tapi belum saja dikutuk oleh Medusa.
"Apa aja tolong! beri tugas padaku ama Mahendra! kumohon! pliss!"
"Pergi sana ke neraka." Anje menambahkan raut prihatin wajah Zoya.
"Sekretaris! Plis!!" Zoya memohon padaku.
"Gak usah ditulis namanya Ay, buat mereka pada ngemis dulu baru tuh." Sally memanas-manaskan.
"Mohon ampuni hamba Kanjeng Ratu," celetuk Mahendra, bersujud.
"Sekretaris!!!" Hidung Zoya semakin dekat.
"Iya, iya, nama kalian berdua akan aku tuliskan. Sebagai gantinya, bantuin Antara merakit pesawat remot. Sedari tadi kita belum mempersiapkan peralatan untuk ekspedisi ke Sisi Lain." Bahuku sudah lepas dari genggaman Zoya. Mahendra terlihat lega. "Kerjakan yang benar, bila tidak aku akan coret nama kalian di absensi selama satu bulan penuh!"
"Siap!!!" Zoya dan Mahendra memberi hormat.
Mereka bedua melenggang pergi menuju ujung ruangan, menghampiri Antara yang sibuk seorang diri merakit peralatan baru kami yaitu pesawat RC.
Pesawat RC ini akan kami gunakan untuk mengintai dataran Sisi Lain untuk ekspedisi kami nanti. Selain untuk mengintai, melihat dari cetak birunya, pesawat RC ini akan dilengkapi oleh bom asap dan beberapa kejutan lain. Kami harus bersiap benar ketika hendak melawan genderuwo.
Selain pesawat RC, Antara juga merencanakan senjata pamungkas lain. Pentunganku saja misalnya, benda itu di masa depan akan bisa mengalirkan energi listrik. Yoma yang menerjangku akan kejang-kejang. Lalu glock Nadla dan juga alat baru yaitu EM Mapping Device. Alat baru untuk memetakan wilayah Sisi Lain.
Ini semua belum cukup tentunya, lagipula semua itu baru wacana karena kami terlalu sibuk dengan tugas kelompok dan bermain Jusdance3 di Nitendo Wii selama beberapa minggu ini.
"Sudah selesai," ucapku lemas. Sungguh tanganku keram lantaran harus menulis elok di karton selama berjam-jam.
"Yay!" Sally berseru bahagia. Dia sontak meraih dvd Dream High. "Waktunya nonton Kim Soo-hyun!"
Aku menatapnya lamat-lamat Dewi Pemarah. Anje rupanya tak perduli apa yang hendak dilakukan Kanjeng Ratu.
"Boleh kan? Kan?" Sally memohon.
"Sambil menunggu Nadla datang, tidak masalah menurutku untuk melepas keringat."
Sally melompat girang. Anak yang satu ini tipikal KPOPER akut. Ya aku tak mempermasalahkannya juga, karena aku juga dulu demikian.
"Kalau begitu watashi boleh istirahat? Laper uyy!"
"Tidak ada istirahat untukmu Zoya. Dari tadi kalian sudah."
Zoya muram. Untunglah Mahendra menyadarkan si Konyol itu.
"Sudahlah, ayo bantu aku menggunting."
"Zoya, Mahendra, tangan kalian berhenti." Antara berdecak.
Zoya dan Mahendra membalas tatapan mengerikan itu lewat efisiensi tangan yang naik 23% dari keadaan awal.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Kamar bekas di lantai empat jadi kapal pecah. Pesawat RC sudah selesai dan malam makin larut. Tapi, Nadla belum kunjung muncul. Aku sempat khawatir. Kemudianlah tepat pukul 19.47, bel berdering.
Nadla bergabung bersama kami di kamar lantai bekas yang kemudian menjadi markas Klub Karuta.
"Gimana-gimana?" tanya Zoya
"Sukses?" tambah Sally.
"Berhasil! Kalian boleh bertemu dengan Dagran. Dia akan menerima kalian. Semua pengetahuannya, juga keterampilannya di Otherside akan dia bagikan pada kita untuk mengalahkan genderuwo." Nadla menjelaskan, wajahnya bersinar dan matanya berapi-api.
Kami menghela napas lega. Syukurlah Dagran bersedia membantu kami. Hanya beliau pilihan terakhir kami.
Nadla berdeham. "Tetapi."
"Tapi?" Zoya meminta penjelasan.
Aku jadi teringat kata-kata Tyrion Lannister. Kata-kata menjadi tidak berarti bila muncul sebelum kata tapi. Jangan-jangan ada syarat khusus dari ketersediaan Dagran membantu kami.
"Tapi, kalian harus mematuhi empat aturan ini."
"Empat aturan apaan?" celetuk Zoya.
"Katakan," ucap Antara mantap.
Nadla mengangguk. "Pertama, tidak boleh mempertanyakan riwayat hidup Dagran dan siapa dia. Dagran sangat sensitif terhadap masa lalunya. Kedua, jangan ada rasa takut ketika bersamanya, sedikitpun tidak boleh.Yakinkan diri kalian bahwa Dagran baik. Ketiga, masing-masing orang harus membawa persembahan yaitu Batu Roh. Dan terakhir, pergi sebelum dunia gelap. Kita tidak bisa menemui Dagran ketika dunia Otherside gelap."
Lengang mengisi sejenak. Semua saling tukar pandang beberapa saat. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja, Dagran ini manusia jahat.
"Tidak ada pertanyaan. Tidak ada. Ya, Dr. Madlad!" Nadla menanggapi tangan kanan Antara yang dingkat tinggi-tinggi.
"Ada apa dengan aturan keempat? apa alasan dibalik kami tidak bisa bertemu dengan Dagran sewaktu dunia gelap?"
"Andai aku bisa menjawabnya, Dagran sendiri tidak pernah memberitahuku alasan mengapa tidak boleh bertemu ketika gelap."
"Masih sempet gak sih sekarang? Udah jam segitu." Zoya menunjuk jam dinding.
"Tentu! Kita tak berlama-lama juga di sana. Dagran benci sesuatu tak jelas." Nadla bangkit dari tempatnya bertengger. Kami menatapnya penuh perhatian. "Nah, sekarang siapkan diri kalian para anggota terhormat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ayanagi Joestar
wew budget unlimited semua hal bisa dilakukan
2024-05-19
1
Thor, kok babnya banyak yang double? Habis chapter 8 terus dibawahnya lagi chapter 8? Klau pembagian gitu ky pt 1 dan pt 2, knp Chapternya gk di sambung sja? Jadi hbis chapter 8 terus chapter 9??
2024-02-14
1
Manusia Biasa
Dagran bakal jadi karakter penting nih, tipikal karakter misterius yang bakal berpengaruh ama cerita
2024-02-13
1