Jalanan sepi dan lengang. Sesekali orang gila kebut-kebutan menjadi raja jalanan. Mereka pergi. Satu orang jatuh mati.
"Keknya gak guna juga dah bertanya ama si Dagran. Malah makin bingung aja kepala watashi." Zoya memelas.
"Bener banget."
"Betul!"
"100% setuju, semua pertanyaan kita malah mendapat jawaban yang menuju pertanyaan baru. Siapa Sang Masinis? kenapa kita perlu menggunakan kereta penghubung untuk menuju Dua Pillar?"
"Gua setuju, kepalaku malah jadi pening." Mahendra mengangguk, sependapat dengan Sally, Nadla, Antara, dan Zoya.
Zoya menarik dagu. "Kalau aja Angelica gak nanyain Dua Pilar itu, mana bisa kita tau kemana nyarinya tuh genderuwo."
"Panggil saja Anje." Anje mendengus marah, membuang pandangannya dari Zoya. "Kalian harus berterima kasih padaku."
"Nuhun pisan Anje sa–"
Tamparan mendarat di pipi kanan Zoya. "Anjritt! Sakit pisan!!!" parau Zoya.
"Najis."
Kami tertawa kecil melihat tapak merah di pipi Zoya.
Anje berhenti di depan lampu hijau, mendengus kesal. "Terus kita ngapain sekarang?"
Kami berhenti kemudian.
"Entah, mencari petunjuk?"
"Persiapan ekspedisi?" Mahendra bertanya pada diri sendiri.
"Menyusun rencana?"
"Tidak ada yang berguna buat bantu lepas kutukan gue! Mana bisa ngalahin genderuwo!"
"Yaudah relain aja belahan jiwamu," celetuk Nadla.
"Mana bisa gitu sayang." Zoya menggeleng-geleng.
"Yang lain ada ide?"
Semua memandang langit malam. Semua setuju satu hal, menghela napas dalam.
Aku menatap gedung-gedung yang berjejal-jejal memenuhi seantero mata memandang. Di balik tempat-tempat hebat ini, tersembunyi portal menuju dunia ajaib. Jadi dunia kita saling tumpang tindih dengan mereka? Dunia penuh kehidupan dan dunia yang tercipta atas ketakutan orang-orang yang memenuhi dunia penuh kehidupan.
Tidak, kata-kata Dagran berputar dalam benakku layaknya kaset rusak. Jika alasan Yoma hidup bukan hanya karena ketakutan manusia, lantas apa yang membuat mereka hidup? Kebaikan? keserakahan? Apa? Apakah mereka makhluk hidup juga seperti kita spesies manusia?
Langkah kakiku terhenti. "Apa boleh aku mengatakan pikiranku kepada kalian?" aku bertanya pada langit, berharap langit menjawab.
"What is it?"
Apa mungkin Sisi Lain bisa sejatinya dunia mimpi yang kita buat atas pemikiran kita? pemikiran yang penuh akan rasa takut? Apa benar begitu? Kalau Dagran berkata bahwa Sisi Lain bukan hanya dibangun oleh ketakutan, maka bisa jadi... Jika benar, maka Sisi Lain ....
Bahuku maju mundur. "Sekretaris, sadarlah!" Itu ulah Zoya.
"Um, ah, ya benar. Maaf."
"Kepikiran solusi?" tanya Sally.
Seorang preman mabuk tidur samping jalan. Tergeletak di mana saja karena tidak bisa masuk ke dalam rumah. kuncinya tidak diberikan sang istri.
Aku mengalihkan pandang kembali ke teman-temanku.
"Lawang Sewu, kuncinya di sana. Dunia Sisi Lain memiliki level tertentu. Penghubungnya adalah Lawang Sewu. Ibarat portal dunia nyata menuju Sisi Lain, Lawang Sewu adalah portal Sisi Lain menuju sisi lainnya Sisi Lain." Aku menggigit bibir. "Mungkin."
"Jan ragu gitu deh, padahal dah berkata manis tapi berujung harapan palsu," celetuk Zoya. "Lagian hebat juga lidahmu, kalimat-kalimatmu penuh jebakan tapi tidak keseleo!" Zoya berdeham. "Tapi yang harus lebih kau perhatikan adalah pemirsa di rumah, kata-katamu sulit dibaca coy!"
"Semua hanya permainan kata-kata, hidupku dan kalian. Benar kan?" tanyaku pada jalan raya.
Aku menatap heran Zoya. Tiba-tiba Antara menjentikkan jari mirip Thanos.
"Eureka! Benar itu kuncinya! Sekretaris, perkataanmu sebelumnya hampir tepat!" Antara mengentakkan kaki. "Sial! Kenapa aku tidak menyadari sejak awal?" tanya Antara yang tidak mengharapkan jawaban. Kami memandangnya penuh perhatian. "Pernah kah kalian berpikir ada keanehan ketika kita di dunia Otherside?"
Kami menggeleng, meminta penjelasan lebih.
"Kita masuk portal di lantai lima gedung sekolah, berjalan berkilo-kilo, menemukan kota kemudian berjalan jauh lagi sampai akhirnya menemukan portal kembali. Pertanyaannya, mengapa portal tempat kita keluar malah dekat rumah Prontagonis?" tanya Antara, kacamatanya bercahaya biru. Pertanyaan kali ini dia mengharapkan jawaban.
"Seharusnya kita muncul di kota Bandung coret gitu maksud lo?"
"Benar Sherlyna! Kalau dunia Otherside persis tumpang tindih dengan dunia kita, seharusnya kita muncul di kota sebelah. Tapi tidak, kita muncul di dekat rumah Prontagonis. Artinya, Otherside memiliki level-level dunianya juga. Portal satu dengan yang lain terpisah. Mereka terpisah dalam dimensi jarak, atau lebih tepatnya dunia Otherside merupakan kumpulan banyak dunia serupa."
"Watashi paham gak paham," ucap Zoya.
Mahendra dan Sally setuju pendapatnya.
"Dengar baik-baik, Otherside tidak hanya satu. Otherside adalah kumpulan dimensi lain yang saling terikat."
Asumsi yang bagus. Aku juga baru kepikiran bahwa kenapa jika kita masuk portal di sekolah, kenapa kami tidak menemukan portal menuju gedung tua itu. Aku bahkan tidak melihat laut, dekat sana harusnya membentang laut. Artinya memang setiap portal saling menuju dunia Sisi Lain tersendiri. Benar, dan yang menghubungkan semua dunia Sisi Lain adalah Lawang Sewu. Kita hanya perlu ke Lawang Sewu.
"Petunjuk kita ada di Lawang Sewu." Aku berkata.
"Benar! Di sana Sang Masinis berada. Kereta penghubung berada di sana! Dari sana kita bisa pergi ke Dua Pillar!"
Mobil sejuta umat melayang cepat di samping jalan. Anginnya terasa sampai ke pejalan kaki. Kami melintasi toko kelontong yang masih banyak pengunjungnya.
"Meski sudah tahu petunjukknya, kita masih buta," ucap Mahendra pada diri sendiri. "Bisa berhari-hari kita menghabiskan waktu di Lawang Sewu atau di antah berantah Otherside."
"Ya, dan kita juga belum tentu bisa mengalahkan genderuwo itu."
"Mana waktu kita sedikit lagi!" celetuk Zoya. "Gue sibuk juga coy!"
"Bukannya mudah justru?"
"Mudah apanya Sekretaris?" tanya semua orang bersamaan.
"Maksudku, tinggal menunggu teknologi mapping yang dibuat Antara. Lalu, perihal tidak bisa mengalahkan genderuwo, kita bawa saja senjata berat. Tinggal waktu," kata-kataku tertahan. Aku berpikir keras bagaimana menjawabnya. "Libur semester, apa kalian tidak masalah dipakai untuk berkelana di Sisi Lain?"
Semua bertukar pandang. Antara yang paling berpikir keras. Sally yang paling memberi senyum memelas dan Nadla yang paling bersemangat.
"Sudah jelas berarti tujuan kita sekarang! Belajar sekaligus mempersiapkan ekspedisi kita kedepannya!"
"Kenapa belajar?"
"Biar gak merah nilaimu," timpal Anje. "Remed nanti gak bisa ikut ekspedisi."
"Iye juga ya, gimana ketua?" tanya Zoya.
"Menurutku itu ide yang bagus," jawab Mahendra.
Akhirnya keputusan dibuat. Selaku ketua klub Karuta, Mahendra menyetujui proposal kami. Dengan begitu, ekspedisi pertama Klub Karuta akan dimulai ketika liburan semester. Tak kusangka tempat bermainku malah jadi ekspedisi militer.
Kami pun sampai ke alun-alun kota. Di sana aku memesan minuman. Kuteguk habis minuman itu sesampainya di rombongan.
Zoya mengambil roti Anje. "Dapat!"
"Hey Zoya! Kembaliin makanan gue!" Anje berjengit, segera mengejar Zoya.
"Ajay cepet banget lo lari!" Zoya terbirit-birit berlari menghindari Anje.
Sally tersenyum. Aku yakin dalam pikirannya, sedang berputar adegan di film India. Kejar-kejaran.
Nadla menepuk punggungku. "Jangan sampai dapat nilai merah. Semangat!" kemudian si Gadis Antagonis menahan kendali Zoya. Anje melayangkan tendangan mantap ke perut Zoya.
"Sakit banget cok!" parau Zoya.
"Rasain!!"
Tawa pecah di keheningan malam alun-alun kota.
Tunggu dulu. Ada yang mengganjal, penjelasan mengenai Sisi Lain merupakan dunia saling tak terhubung dan penghubung semua dunia itu adalah Lawang Sewu. Kalau begitu, bagaimana bisa Nadla si Villain Marvel bisa bertemu denganku lewat portal berbeda? Seharusnya tidak bisa, kecuali dia melakukannya dengan menembus Lawang Sewu. Villain Marvel menyembunyikan sesuatu dari kami.
"Nadla, siapa dirimu sebenarnya?"
Lengang mengisi sejenak. Kehebohan Zoya terhenti. Semua netra ditujukan kepadaku. Nadla tersenyum licik.
"Siapa ya aku ini?" Itu senyuman jahat. "Aku adalah Gadis Antagonis sesuai kata-katamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ayanagi Joestar
wkwkwk di sini ga ada yg komen, let me fix that, btw aku biasanya baca offline jadi jarang ngasih like ya kak Ripley, novel kak ripley aku download jadi simpenan kalo lagi bosen hehe, aku mampir buat ngasih like ma dukungan lewat komen/Doge/
2024-07-07
1