My Fake Nyonya
“Woi! Jangan lari lo!” teriak seorang pria dengan lantang. Pria botak bertubuh tinggi besar itu dan komplotannya terus mengejar Maoya yang kian dalam masuk menuju hutan di lereng bukit Arjuna.
Tapi gadis bergaun pengantin itu sama sekali tidak terpengaruh dengan makian dan sumpah serapah Bimo yang belum juga mau menyerah untuk memburu dan menangkapnya. Tubuh ramping dan kaki jenjangnya yang sudah terbiasa dipakai melarikan diri itu seolah sudah sangat profesional dalam menjalankan perannya. Dalam sekejap saja ia sudah berhasil mendekati lereng bukit dan pergi jauh meninggalkan Bimo dan komplotannya.
Dengan nafas terengah-engah, Maoya segera mencari tempat penyimpanan yang paling aman di sekelilingnya. Ia kemudian menggali tanah dan memasukkan kotak kayu yang dicurinya dari Bimo tadi ke dalamnya. Ia harus memastikan bahwa Bimo tidak akan bisa menemukan kotak kayu meskipun berhasil menangkapnya.
“Harta karunku, baik-baik kalian di sini yah? Aku bakal segera kembali untuk menjemput kalian begitu situasinya aman. Okay?” Gumam Maoya kepada kotak kayu yang sudah dipendamnya dengan rapi itu.
Ciiiiit!!! Brak!
Maoya terlonjak kaget mendengar suara derit rem dan benturan yang sangat keras dari arah jalan di kaki bukit tidak jauh dari tempatnya berada. Ia bangkit sambil mengangkat gaun putihnya yang mulai berubah warna karena tanah dan kotoran yang menempel. Ia melihat tiga buah mobil mewah tengah mengalami kecelakaan beruntun.
“Ngapain mereka lewat sini? Ini kan bukan jalan yang biasa dilalui kendaraan?” gumam Maoya.
Saat hendak berjalan menghampiri tempat kejadian, tiba-tiba saja seorang pria keluar dari dalam mobil sedan putih yang terletak paling belakang. Dengan darah yang bercucuran di lengan dan dahinya, pria itu berjalan menghampiri mobil hitam yang ada di tengah. Ia berusaha membuka paksa pintu mobil yang sudah ringsek itu, menarik tubuh seorang wanita berbaju pengantin keluar lalu memapahnya menuju ke sedan putih miliknya.
Di antara ketiga mobil, memang mobil sedan putih itulah yang kondisinya masih lebih baik daripada yang lain. Tak lama kemudian sedan itu berputar dan kembali ke arah mereka datang sebelumnya.
Sayangnya, belum sampai beberapa puluh meter mereka melaju, sebuah tembakan keras terdengar di udara. Seorang pria berpakaian serba hitam yang tengah mengendarai motor menembak ban mobil itu dan membuatnya oleng hingga terguling dan tersangkut di tepian jurang.
Maoya terbelalak sambil membungkam mulutnya. Ia tidak percaya dengan adegan yang muncul tepat di hadapannya itu. Sebuah kecelakaan maut dan pembunuhan sadis oleh seorang pria berbaju hitam dan berhelm. Tubuh Maoya bergetar hebat. Tanpa sadar, ia memundurkan langkah kakinya dan memilih untuk bersembunyi di balik sebuah pohon untuk mengamati penjahat pria itu. Ia sadar betul bahwa nyalinya tidak cukup besar untuk berurusan dengan pria tak berperasaan yang sangat kejam itu.
Pria itu mendekati mobil sedan yang setengah bagian belakangnya sudah berayun-ayun di atas jurang. Ia kemudian turun dari motor dan memecahkan kaca jendela tempat pengantin wanita itu berada. Maoya merasa cukup lega karena berfikir bahwa pria jahat itu akan menyelamatkan pria dan wanita dalam sedan itu.
Namun dugaannya salah besar. Pria berbaju hitam itu berdiri dan meninggalkan mereka begitu saja. Ia kemudian berjalan menuju motornya, melihat sekitar, lalu pergi begitu saja.
Maoya langsung mendekati sedan itu sambil berteriak minta tolong. Tapi persis seperti dugaannya, tak ada seorangpun yang datang menolongnya karena jalur itu memang sangat sepi dan jarang dilalui kendaraan. Maoya memeriksa keadaan dan mendapati wanita bergaun pengantin itu masih hidup. Ia berusaha mengeluarkan wanita itu dari dalam mobil.
“Kamu ngga papa?” tanya Maoya setelah melihat masih adanya tanda-tanda kehidupan dari wanita itu.
Wanita itu terluka parah. Darah segar mengaliri wajah cantik dan gaun pengantinnya. Ia hanya mampu mengedipkan kelopak matanya untuk menjawab Maoya.
Maoya berusaha melepaskan sabuk pengaman dengan susah payah tapi wanita itu mencegahnya. Ia mengulurkan tangannya yang penuh darah dan menyerahkan sebuah gelang mutiara dan kancing baju kepada Maoya. Tak lama kemudian mobil itu benar-benar jatuh ke dalam jurang.
“Tidak!!!!!!!” tubuh Maoya lemas seketika.
Ia menatap gelang mutiara dan kancing baju yang ada di tangannya dengan perasaan yang berkecamuk. Ia masih tidak mengerti kenapa wanita itu memberikan kedua benda itu kepadanya.
Maoya mendatangi kedua mobil lainnya untuk memeriksa keadaan korban. Ada dua orang yang terlempar keluar mobil, terluka parah dan sudah tidak bernyawa. Sementara korban lain yang masih berada di dalam mobil kondisinya sama parahnya. Maoya kembali terduduk lemas dengan perasaan berkecamuk.
“Kemana perginya pencuri sialan itu?! Cari sampai ketemu!” Teriak Bimo yang baru tiba di kaki bukit.
‘Bimo? Sial!’
Demi menyelamatkan diri dari pria tidak tahu diri itu, Maoya melumuri tubuhnya dengan darah lalu berbaring tidak jauh dari para korban kecelakaan.
“Apa ini?” teriak Bimo dan teman-temannya ketika tiba di lokasi dan mendapati ada dua buah kendaraan tengah terlibat kecelakaan parah dan banyak korban berceceran di dalam dan luar mobil. “Pergi dari sini!”
Bimo dan teman-temannya buru-buru pergi meninggalkan tempat kejadian karena tidak ingin terlibat masalah. Dan tak lama kemudian ada yang datang dan membantu membereskan kecelakaan nahas itu.
*****************
Maoya mengerjap-ngerjapkan matanya dan mendapati dirinya tengah berada di rumah sakit. Ia memeriksa sekujur tubuhnya yang masih utuh dan sama sekali tidak terluka. Tak lama kemudian seorang perawat datang.
“Anda sudah bangun?” tanya perawat itu ramah.
Maoya mengangguk kecil, “Sudah berapa lama saya tertidur?”
“Hampir tujuh jam.” Jawab perawat itu tersenyum ramah. “Anda sangat beruntung bisa selamat tanpa banyak luka dari kecelakaan maut seperti itu.”
“Sus, apa ada korban lain yang selamat?” tanya Maoya cemas.
Perawat itu menggeleng dengan wajah prihatin, “Banyak korban yang meninggal di tempat dan sebagian meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Saat tiba di sini, hanya anda satu-satunya yang selamat.”
Maoya tertunduk sedih mendengar kabar itu.
“Nona Rumeiza, ini obatnya saya letakkan di sini.” Ujar si perawat sambil meletakkan obat di atas meja. “Jangan lupa diminum yah?”
“Rumeiza?”
'Apa itu nama pengantin yang jatuh ke jurang tadi?'
Perawat itu terlihat cemas sambil memandangi wajah Maoya. “Anda tidak ingat nama anda?”
Tak ingin memperpanjang masalahnya hari itu, Maoya terpaksa berbohong. “Hahaha... Ngga mungkinlah. Masa iya saya lupa nama saya sendiri?”
“Syukurlah. Tuan Jaksa Tampan sedang menunggu anda di luar. Mau saya panggilkan?”
“Jaksa Tampan?” ulang Maoya
Perawat itu mengangguk. “Calon suami anda, Tuan Jovan.”
“Apa?! Calon suami?!” tanya Maoya dengan manik mata yang nyaris keluar dari tempatnya.
“Mau saya panggilkan?”
Maoya buru-buru menggeleng cepat. Ia pura-pura menguap lebar berkali-kali. “Sepertinya saya ngantuk berat.”
“Baiklah kalau begitu saya permisi.” Ujar si perawat sambil membawa peralatannya keluar dari ruangan Maoya.
‘Tuhan... Ujian apalagi ini? Baru aja lolos dari Bimo kenapa mesti ketemu sama calon suami lagi sih?’
Maoya menarik selimutnya sambil menatap langit-langit rumah sakit. Tapi ia langsung terduduk kaget.
‘Tunggu! Calon istri? Gimana kalau sampai dia tahu kalau aku bukan calon istrinya? Apa dia sudah tahu kalau calon istrinya jatuh ke jurang?’
‘Tapi kalau dia tahu gue bukan pengantinnya, buat apa dia ngebawa gue ke sini dan nungguin di luar?’
Maoya berfikir keras. Ia harus memikirkan semua kemungkinan dan mempertimbangkan keseluruhan situasinya. Melihat bagaimana kecelakaan itu terjadi, ia meyakinkan diri untuk tidak boleh bertindak gegabah kali ini.
‘Apa dia sengaja ngurung gue di sini karena tahu bahwa gue satu-satunya saksi kecelakaan itu? Atau jangan-jangan Jovan itu adalah pria kejam berbaju hitam tadi? Dia datang buat ngebunuh gue?’
Dan tiba-tiba saja Maoya bergidik ngeri.
*********************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
YuWie
awal yg seru...ceweknya gak menye2...suka karakter ini
2023-12-28
0