Cinta Yang Tertukar

Cinta Yang Tertukar

Saudara kembar

Dara sedang membeli obat diapotik untuk ibunya, usai membeli obat Dara ingin segera pulang. Ketika Dara sedang menunggu ojek online, Dara melihat seorang wanita berlari lari.

Wanita itu berlari karena ada beberapa orang pria yang mengejarnya. pria pria itu sepertinya bukan orang baik baik terlihat dari penampilan mereka yang seperti preman.

Wanita itu berlari kearah Dara, ia lalu bersembunyi dibalik tembok yang berada disamping tempat Dara berdiri.

Beberapa orang pria yang tadi mengejar wanita itupun mendekati Dara, Dengan seringai yang membuat Dara jijik salah seorang pria itupun berkata.

"Hey Gadis, apa kamu engga cape lari terus?" Ucapnya dengan suara yang terdengar kesal.

Dara diam saja. ia tidak mengerti maksud dari perkataan pria itu, ia juga tidak tahu pria itu sedang bicara dengan siapa. Karena Dara merasa tidak mengenal pria itu, Dara memutuskan untuk pergi dari sana.

Saat Dara ingin berlari mendadak salah satu pria itu memegangi tangan Dara, Dara menepis tangan pria itu dengan kasar.

"Mau apa kamu?" Bentak Dara sambil menatap tidak suka pada pria pria yang sedang berdiri dihadapannya.

Pria pria itu menertawakan Dara, Mereka menghalangi jalan Dara agar Dara tidak bisa pergi dari tempat itu.

"Minggir! Atau kalian akan menyesal." Ucap Dara dengan suara yang mulai meninggi.

Pria pria itu mengabaikan kata kata Dara, mereka menganggap Dara hanyalah wanita lemah yang penakut.

Tanpa diduga Dara berani melawan pria pria itu. ketika pria pria itu memaksa Dara untuk ikut dengan mereka, Dara menolak bahkan Dara memukuli mereka karena mereka ingin berbuat jahat pada Dara.

Pria pria itu kemudian lari ketakutan, mereka kalah melawan Dara. Dara memang tomboi, ia bahkan bisa berkelahi.

Setelah pria pria itu pergi, wanita yang bersembunyi itu segera keluar dari tempat persembunyiannya.

"Terima kasih." Ucap wanita itu pada Dara yang ketika itu sedang berdiri membelakanginya.

Dara menengok kebelakang dan betapa terkejutnya Dara, saat ia melihat wajah wanita yang ia tolong.

Wajah wanita itu sangat mirip dengannya, Ketika wanita itu berlari, Dara tidak begitu memperhatikan wajah wanita itu hingga Dara tidak tahu kalau ada wanita itu mirip dengannya.

Bukan mirip. Lebih tepat lagi, wajah Dara sama persis dengan wajah wanita itu. Dara bingung, bagaimana mungkin didunia ini ada orang yang wajahnya sama persis. Mungkinkah mereka saudara kembar, tapi itu tidak mungkin. Setahu Dara. Ia adalah anak tunggal.

Sekarang Dara tahu, mengapa pria pria tadi ingin membawanya pergi. Mereka pasti salah mengenali orang.

Sama seperti Dara, wanita itu juga terkejut melihat wajah Dara yang sama persis dengannya.

"Kamu tidak apa apa?" Tanya Dara pada wanita itu.

"Aku tidak apa apa." Suara wanita terdengar lembut.

Lagi lagi Dara dibuat terkejut. Bukan hanya wajah mereka yang sama, tapi suara mereka juga sama.

Karena sama sama penasaran mereka berdua kemudian memutuskan untuk bicara, Dara mengajak wanita itu duduk ditaman yang tidak jauh dari tempat itu.

"Kenapa mereka mengejarmu? Apa kamu punya hutang?" Begitulah Dara, ia sering ceplas ceplos, bicara seenaknya tanpa memikirkan orang lain tersingung atau tidak.

Anehnya wanita itu tidak tersinggung dengan ucapan Dara, ia hanya tersenyum.

"Aku kabur dari rumah, mereka itu orang suruhan mamaku. Mereka mau memaksaku untuk pulang." Cerita wanita itu.

Dara kemudian menatap wanita yang duduk disampingnya, Dara menatap wanita itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Wanita itu memang mirip dengan Dara, tapi penampilannya sangat jauh berbeda dengan Dara.

Wanita itu menggemblok tas ransel, dengan Dress panjang berwana biru dan dengan rambut yang digerai wanita itu terlihat sangat cantik. Dara yakin wanita itu pasti anak orang kaya, semua yang menempel ditubuhnya tampak seperti barang barang mahal.

Dara lalu menunduk, ia memperhatikan baju yang ia kenakan. Ketika itu Dara hanya mengenakan celana jeans yang robek robek dibagian lututnya, Dara juga menggunakan kaos oblong yang sedikit kedodoran. Meskipun cantik, tapi penampilan Dara yang berantakan membuat Dara kelihatan tidak menarik.

"Kenapa kamu kabur dari rumah?"

Ucap Dara dengan ekspresi penuh tanda tanya. Selama ini Dara hidup sederhana bersama ibunya, namun tidak sedikit pun terlintas dipikirkan Dara untuk pergi dari rumah.

Mengapa wanita ini mau pergi dari rumah? apakah ia tidak merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan oleh orang tuanya? pertanyaan pertanyaan itu muncul dalam pikiran Dara.

"Aku mau dijodohkan, Mama dan papaku mau aku menikah."

"What's???" Tubuh Dara seakan terkena sengatan listrik yang mengejutkan.

Diusia Dara yang menginjak angka kedua puluh dua, Dara belum pernah berpacaran padahal ia bercita cita ingin menikah muda. Seandainya ibunya Dara, ingin menikahkan Dara atau menjodohkan Dara. Dara tentu saja tidak akan menolak.

sungguh ironis, wajah yang sama tidak menjamin kalau seseorang akan mempunyai jalan hidup yang sama. Dara merasa, ia berbeda dengan wanita yang sedang duduk disampingnya. Perbedaan mereka terlalu jauh, bagaikan bumi dan langit.

"Kenapa kamu diam?" Wanita itu menatap Dara yang tiba tiba saja melamun.

"Engga papa kok, Sekarang kamu mau pergi kemana? Biar aku antar."

Dara khawatir kalau kalau, pria pria itu kembali datang dan mengganggu wanita itu.

"Aku tidak tahu, mau kemana? mungkin, malam ini aku akan menginap dihotel."

Untuk kesekian kali Dara menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan lahan. menginap dihotel itu mahal, tapi wanita itu mengatakan dengan santai. Wanita itu yang kaya atau memang Dara yang miskin.

"Kalau kamu mau, untuk sementara kamu bisa tinggal dirumahku."

Dara biasanya cuek. ia tidak perduli dengan urusan orang lain, tapi entah mengapa melihat wanita itu Dara tidak tega. Ia ingin sekali membantu wanita itu, Mungkin karena wajah mereka mirip. Dara jadi merasa punya ikatan batin dengan wanita itu.

"Aku mau." Wajah Wanita itu berbinar bahagia, Melihat wanita itu senang Dara juga ikut senang.

Dara dan wanita itu kemudian pergi meninggalkan taman itu, Mereka pergi kerumah Dara. Sampai dirumah Dara, Dara langsung mengajak wanita itu kekamarnya.

"Kamu tidur duluan, aku mau kekamar ibuku dulu. oiya kalau kamu lapar atau haus kedapur saja. disana masih ada makanan." Pesan Dara sebelum akhirnya ia keluar dari kamarnya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Dara masuk kedalam kamar ibunya dengan cemas, Sudah dua hari ibunya demam dan belum sembuh sembuh juga. Dara berencara, besok ia akan membawa ibunya rumah sakit jika keadaan ibunya belum membaik.

Dara kemudian duduk dipinggir tempat tidur, ia lalu membangunkan ibunya.

"Ibu.. diminum dulu obatnya." Dara menepuk nepuk bahu ibunya membuat ibunya membuka matanya.

"Dara, kamu sudah pulang nak." Ibu Santi yang tidak lain adalah ibunya Dara berusaha untuk duduk.

"Ini obatnya bu." Dara memberikan obat yang tadi ia beli diapotik, Dara juga mengambil segelas air yang ada diatas meja. meja itu terletak disebelah tempat tidur ibu Santi.

Setelah meminum obat yang diberikan oleh Dara bu Santi meletakan gelas yang ia pegang diatas meja, ia melihat kearah leher Dara. wajahnya mendadak berubah, bu Ranti terlihat gelisah.

"Dara, dimana kalungmu?"

Ketika Dara berusia tujuh belas tahun, ibu Santi memberikan kalung berlian yang indah. Sejak saat itu bu Santi selalu mengingatkan Dara untuk memakai kalung itu. Bahkan ia tampak kesal jika Dara melepas kalung pemberiannya.

"Sudah aku jual." Dara asal bicara, membuat ibu Santi kesal saja.

"Dara...ibu kan sudah bilang, kamu harus selalu memakai kalung itu. kenapa kamu jual?" Ibu Santi sangat kecewa.

"Bu..aku tidak suka pakai kalung, lagi pula. buat apa aku memakai berlian? kita ini bukan orang kaya."

Dara yang tomboi memang tidak suka memakai perhiasan, ia sebenarnya kesal saat ibu Santi memintanya memakai kalung itu.

"Nak, kamu harus memakai kalung itu supaya kamu bisa bertemu papamu."

Dara menyipitkan matanya. Dara, berpikir, Mungkin karena sedang sakit ibunya bicara sembarangan. Dara menanggap ibunya sedang ngelantur, tidak mungkin Dara bertemu dengan ayahnya karena ayah Dara sudah meninggal.

"Dara, kamu sudah mulai dewasa. umur kamu sudah dua puluh dua, sudah saatnya kamu tahu yang sebenarnya." Ibu Santi sepertinya mempunyai rahasia yang ia sembunyikan dari Dara.

Jantung Dara berdetak lebih cepat, ia merasa apa yang dikatakan ibunya adalah sesuatu yang serius. Sesuatu yang akan merubah hidupnya dan merubah masa depannya.

"Dara, papamu.. papamu sebenarnya masih hidup." Ujar ibu Santi dengan mata yang berkaca kaca.

Seketika tubuh Dara terasa lemas, ia tidak tahu. ia harus senang atau sedih baginya ini adalah sesuatu yang mengejutkan. Dara juga tidak habis pikir, kenapa ibu Santi membohonginya.

"Dulu.. waktu kamu masih berumur dua tahun, ibu dan papa kamu berpisah. ibu membawa kamu pergi dan ibu meninggalkan adikmu dirumah papa kamu." Bu Santi kembali bercerita dan untuk kedua kalinya cerita ibu Santi membuat Dara kaget.

"Jadi, aku punya saudara?" Dara merasa senang karena ternyata ia mempunyai seorang saudara.

"Iya nak, saudara kembar."

Jawaban ibu Santi membuat Dara tertegun, hatinya dipenuhi dengan prasangka. Ia menyangka kalau wanita yang tadi ia tolong adalah saudara kembarnya, tapi ia ingin lebih memastikan lagi agar dirinya tidak salah duga.

Ibu Santi lalu melanjutkan ceritanya, ia mengatakan pada Dara tentang masa lalu yang tidak pernah ia ceritakan sebelumnya.

Ibu Santi mengatakan Saat ia bercerai dengan Suaminya, Mereka berdua bertengkar hebat. Mereka memperebutkan hak asuh anak.

Setelah perdebatan panjang Ibu Santi dan mantan suaminya membuat kesepakatan. Supaya adil Ibu Santi membawa Dara. Sedangkan saudara kembar Dara, ia tetap tinggal bersama Mantan suami ibu Santi.

Prang....

Usai ibu Santi bercerita, terdengar seperti ada suara gelas yang pecah. Dara menoleh kearah pintu, Dara melihat wanita yang tadi ia tolong sedang berdiri didepan pintu.

Wanita itu buru buru pergi sehingga saat ibu santi menoleh ia tidak melihat apa apa.

"Siapa disana?" Ibu Santi ingin turun dari tempat tidur, namun Dara melarangnya.

"Ibu.. ibu masih sakit, aku saja yang lihat." Dara segera keluar dari kamar ibunya.

Beberapa saat kemudian ia kembali masuk kedalam kamar ibunya, ia tidak ingin ibunya curiga.

"Tidak ada siapa siapa bu, cuma kucing." Dara membohongi ibunya.

"Ya sudah, ibu istirahat. aku juga mau tidur." Dara kemudian keluar dari kamar ibunya.

Dara menarik nafas lega ketika ia sudah menutup pintu kamar ibunya. Sepertinya ibu Santi percaya dengan kebohongan Dara.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2024-05-18

2

Lastri diah

Lastri diah

Ceritanya lumayan seru

2023-12-20

10

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!