NovelToon NovelToon

Cinta Yang Tertukar

Saudara kembar

Dara sedang membeli obat diapotik untuk ibunya, usai membeli obat Dara ingin segera pulang. Ketika Dara sedang menunggu ojek online, Dara melihat seorang wanita berlari lari.

Wanita itu berlari karena ada beberapa orang pria yang mengejarnya. pria pria itu sepertinya bukan orang baik baik terlihat dari penampilan mereka yang seperti preman.

Wanita itu berlari kearah Dara, ia lalu bersembunyi dibalik tembok yang berada disamping tempat Dara berdiri.

Beberapa orang pria yang tadi mengejar wanita itupun mendekati Dara, Dengan seringai yang membuat Dara jijik salah seorang pria itupun berkata.

"Hey Gadis, apa kamu engga cape lari terus?" Ucapnya dengan suara yang terdengar kesal.

Dara diam saja. ia tidak mengerti maksud dari perkataan pria itu, ia juga tidak tahu pria itu sedang bicara dengan siapa. Karena Dara merasa tidak mengenal pria itu, Dara memutuskan untuk pergi dari sana.

Saat Dara ingin berlari mendadak salah satu pria itu memegangi tangan Dara, Dara menepis tangan pria itu dengan kasar.

"Mau apa kamu?" Bentak Dara sambil menatap tidak suka pada pria pria yang sedang berdiri dihadapannya.

Pria pria itu menertawakan Dara, Mereka menghalangi jalan Dara agar Dara tidak bisa pergi dari tempat itu.

"Minggir! Atau kalian akan menyesal." Ucap Dara dengan suara yang mulai meninggi.

Pria pria itu mengabaikan kata kata Dara, mereka menganggap Dara hanyalah wanita lemah yang penakut.

Tanpa diduga Dara berani melawan pria pria itu. ketika pria pria itu memaksa Dara untuk ikut dengan mereka, Dara menolak bahkan Dara memukuli mereka karena mereka ingin berbuat jahat pada Dara.

Pria pria itu kemudian lari ketakutan, mereka kalah melawan Dara. Dara memang tomboi, ia bahkan bisa berkelahi.

Setelah pria pria itu pergi, wanita yang bersembunyi itu segera keluar dari tempat persembunyiannya.

"Terima kasih." Ucap wanita itu pada Dara yang ketika itu sedang berdiri membelakanginya.

Dara menengok kebelakang dan betapa terkejutnya Dara, saat ia melihat wajah wanita yang ia tolong.

Wajah wanita itu sangat mirip dengannya, Ketika wanita itu berlari, Dara tidak begitu memperhatikan wajah wanita itu hingga Dara tidak tahu kalau ada wanita itu mirip dengannya.

Bukan mirip. Lebih tepat lagi, wajah Dara sama persis dengan wajah wanita itu. Dara bingung, bagaimana mungkin didunia ini ada orang yang wajahnya sama persis. Mungkinkah mereka saudara kembar, tapi itu tidak mungkin. Setahu Dara. Ia adalah anak tunggal.

Sekarang Dara tahu, mengapa pria pria tadi ingin membawanya pergi. Mereka pasti salah mengenali orang.

Sama seperti Dara, wanita itu juga terkejut melihat wajah Dara yang sama persis dengannya.

"Kamu tidak apa apa?" Tanya Dara pada wanita itu.

"Aku tidak apa apa." Suara wanita terdengar lembut.

Lagi lagi Dara dibuat terkejut. Bukan hanya wajah mereka yang sama, tapi suara mereka juga sama.

Karena sama sama penasaran mereka berdua kemudian memutuskan untuk bicara, Dara mengajak wanita itu duduk ditaman yang tidak jauh dari tempat itu.

"Kenapa mereka mengejarmu? Apa kamu punya hutang?" Begitulah Dara, ia sering ceplas ceplos, bicara seenaknya tanpa memikirkan orang lain tersingung atau tidak.

Anehnya wanita itu tidak tersinggung dengan ucapan Dara, ia hanya tersenyum.

"Aku kabur dari rumah, mereka itu orang suruhan mamaku. Mereka mau memaksaku untuk pulang." Cerita wanita itu.

Dara kemudian menatap wanita yang duduk disampingnya, Dara menatap wanita itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Wanita itu memang mirip dengan Dara, tapi penampilannya sangat jauh berbeda dengan Dara.

Wanita itu menggemblok tas ransel, dengan Dress panjang berwana biru dan dengan rambut yang digerai wanita itu terlihat sangat cantik. Dara yakin wanita itu pasti anak orang kaya, semua yang menempel ditubuhnya tampak seperti barang barang mahal.

Dara lalu menunduk, ia memperhatikan baju yang ia kenakan. Ketika itu Dara hanya mengenakan celana jeans yang robek robek dibagian lututnya, Dara juga menggunakan kaos oblong yang sedikit kedodoran. Meskipun cantik, tapi penampilan Dara yang berantakan membuat Dara kelihatan tidak menarik.

"Kenapa kamu kabur dari rumah?"

Ucap Dara dengan ekspresi penuh tanda tanya. Selama ini Dara hidup sederhana bersama ibunya, namun tidak sedikit pun terlintas dipikirkan Dara untuk pergi dari rumah.

Mengapa wanita ini mau pergi dari rumah? apakah ia tidak merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan oleh orang tuanya? pertanyaan pertanyaan itu muncul dalam pikiran Dara.

"Aku mau dijodohkan, Mama dan papaku mau aku menikah."

"What's???" Tubuh Dara seakan terkena sengatan listrik yang mengejutkan.

Diusia Dara yang menginjak angka kedua puluh dua, Dara belum pernah berpacaran padahal ia bercita cita ingin menikah muda. Seandainya ibunya Dara, ingin menikahkan Dara atau menjodohkan Dara. Dara tentu saja tidak akan menolak.

sungguh ironis, wajah yang sama tidak menjamin kalau seseorang akan mempunyai jalan hidup yang sama. Dara merasa, ia berbeda dengan wanita yang sedang duduk disampingnya. Perbedaan mereka terlalu jauh, bagaikan bumi dan langit.

"Kenapa kamu diam?" Wanita itu menatap Dara yang tiba tiba saja melamun.

"Engga papa kok, Sekarang kamu mau pergi kemana? Biar aku antar."

Dara khawatir kalau kalau, pria pria itu kembali datang dan mengganggu wanita itu.

"Aku tidak tahu, mau kemana? mungkin, malam ini aku akan menginap dihotel."

Untuk kesekian kali Dara menarik napas panjang lalu membuangnya perlahan lahan. menginap dihotel itu mahal, tapi wanita itu mengatakan dengan santai. Wanita itu yang kaya atau memang Dara yang miskin.

"Kalau kamu mau, untuk sementara kamu bisa tinggal dirumahku."

Dara biasanya cuek. ia tidak perduli dengan urusan orang lain, tapi entah mengapa melihat wanita itu Dara tidak tega. Ia ingin sekali membantu wanita itu, Mungkin karena wajah mereka mirip. Dara jadi merasa punya ikatan batin dengan wanita itu.

"Aku mau." Wajah Wanita itu berbinar bahagia, Melihat wanita itu senang Dara juga ikut senang.

Dara dan wanita itu kemudian pergi meninggalkan taman itu, Mereka pergi kerumah Dara. Sampai dirumah Dara, Dara langsung mengajak wanita itu kekamarnya.

"Kamu tidur duluan, aku mau kekamar ibuku dulu. oiya kalau kamu lapar atau haus kedapur saja. disana masih ada makanan." Pesan Dara sebelum akhirnya ia keluar dari kamarnya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Dara masuk kedalam kamar ibunya dengan cemas, Sudah dua hari ibunya demam dan belum sembuh sembuh juga. Dara berencara, besok ia akan membawa ibunya rumah sakit jika keadaan ibunya belum membaik.

Dara kemudian duduk dipinggir tempat tidur, ia lalu membangunkan ibunya.

"Ibu.. diminum dulu obatnya." Dara menepuk nepuk bahu ibunya membuat ibunya membuka matanya.

"Dara, kamu sudah pulang nak." Ibu Santi yang tidak lain adalah ibunya Dara berusaha untuk duduk.

"Ini obatnya bu." Dara memberikan obat yang tadi ia beli diapotik, Dara juga mengambil segelas air yang ada diatas meja. meja itu terletak disebelah tempat tidur ibu Santi.

Setelah meminum obat yang diberikan oleh Dara bu Santi meletakan gelas yang ia pegang diatas meja, ia melihat kearah leher Dara. wajahnya mendadak berubah, bu Ranti terlihat gelisah.

"Dara, dimana kalungmu?"

Ketika Dara berusia tujuh belas tahun, ibu Santi memberikan kalung berlian yang indah. Sejak saat itu bu Santi selalu mengingatkan Dara untuk memakai kalung itu. Bahkan ia tampak kesal jika Dara melepas kalung pemberiannya.

"Sudah aku jual." Dara asal bicara, membuat ibu Santi kesal saja.

"Dara...ibu kan sudah bilang, kamu harus selalu memakai kalung itu. kenapa kamu jual?" Ibu Santi sangat kecewa.

"Bu..aku tidak suka pakai kalung, lagi pula. buat apa aku memakai berlian? kita ini bukan orang kaya."

Dara yang tomboi memang tidak suka memakai perhiasan, ia sebenarnya kesal saat ibu Santi memintanya memakai kalung itu.

"Nak, kamu harus memakai kalung itu supaya kamu bisa bertemu papamu."

Dara menyipitkan matanya. Dara, berpikir, Mungkin karena sedang sakit ibunya bicara sembarangan. Dara menanggap ibunya sedang ngelantur, tidak mungkin Dara bertemu dengan ayahnya karena ayah Dara sudah meninggal.

"Dara, kamu sudah mulai dewasa. umur kamu sudah dua puluh dua, sudah saatnya kamu tahu yang sebenarnya." Ibu Santi sepertinya mempunyai rahasia yang ia sembunyikan dari Dara.

Jantung Dara berdetak lebih cepat, ia merasa apa yang dikatakan ibunya adalah sesuatu yang serius. Sesuatu yang akan merubah hidupnya dan merubah masa depannya.

"Dara, papamu.. papamu sebenarnya masih hidup." Ujar ibu Santi dengan mata yang berkaca kaca.

Seketika tubuh Dara terasa lemas, ia tidak tahu. ia harus senang atau sedih baginya ini adalah sesuatu yang mengejutkan. Dara juga tidak habis pikir, kenapa ibu Santi membohonginya.

"Dulu.. waktu kamu masih berumur dua tahun, ibu dan papa kamu berpisah. ibu membawa kamu pergi dan ibu meninggalkan adikmu dirumah papa kamu." Bu Santi kembali bercerita dan untuk kedua kalinya cerita ibu Santi membuat Dara kaget.

"Jadi, aku punya saudara?" Dara merasa senang karena ternyata ia mempunyai seorang saudara.

"Iya nak, saudara kembar."

Jawaban ibu Santi membuat Dara tertegun, hatinya dipenuhi dengan prasangka. Ia menyangka kalau wanita yang tadi ia tolong adalah saudara kembarnya, tapi ia ingin lebih memastikan lagi agar dirinya tidak salah duga.

Ibu Santi lalu melanjutkan ceritanya, ia mengatakan pada Dara tentang masa lalu yang tidak pernah ia ceritakan sebelumnya.

Ibu Santi mengatakan Saat ia bercerai dengan Suaminya, Mereka berdua bertengkar hebat. Mereka memperebutkan hak asuh anak.

Setelah perdebatan panjang Ibu Santi dan mantan suaminya membuat kesepakatan. Supaya adil Ibu Santi membawa Dara. Sedangkan saudara kembar Dara, ia tetap tinggal bersama Mantan suami ibu Santi.

Prang....

Usai ibu Santi bercerita, terdengar seperti ada suara gelas yang pecah. Dara menoleh kearah pintu, Dara melihat wanita yang tadi ia tolong sedang berdiri didepan pintu.

Wanita itu buru buru pergi sehingga saat ibu santi menoleh ia tidak melihat apa apa.

"Siapa disana?" Ibu Santi ingin turun dari tempat tidur, namun Dara melarangnya.

"Ibu.. ibu masih sakit, aku saja yang lihat." Dara segera keluar dari kamar ibunya.

Beberapa saat kemudian ia kembali masuk kedalam kamar ibunya, ia tidak ingin ibunya curiga.

"Tidak ada siapa siapa bu, cuma kucing." Dara membohongi ibunya.

"Ya sudah, ibu istirahat. aku juga mau tidur." Dara kemudian keluar dari kamar ibunya.

Dara menarik nafas lega ketika ia sudah menutup pintu kamar ibunya. Sepertinya ibu Santi percaya dengan kebohongan Dara.

Bertukar tempat

Dara membereskan pecahan gelas yang tadi dijatuhkan wanita itu, wanita yang wajahnya sama persis dengannya.

Selesai membereskan pecahan gelas itu, Dara kemudian masuk kedalam kamarnya. Ia melihat Wanita itu sedang menangis sambil memegang sebuah kalung.

Dara sangat mengenal kalung itu dengan cepat ia merebut kalung itu. Meskipun wajah wanita itu mirip dengannya, tapi Dara belum yakin kalau wanita itu adalah saudara kembarnya.

Dara merasa dirinya ceroboh. Bagaimana bisa, ia memasukan seseorang yang baru ia temui kedalam rumahnya hanya karena wajah wanita itu mirip dengannya. kenyataannya wanita itu tidak tahu terima kasih, ia justru mencuri kalungnya.

"Kenapa kamu mengambil kalungku?" Ucap wanita itu, ia terlihat sedih.

"Ini Kalungku." Dara merasa yakin, ia menganggap wanita itu adalah pencuri.

"Tidak itu kalungku." Wanita itu bersikeras mengatakan kalau itu adalah kalung miliknya, membuat Dara menjadi kesal.

Dara kemudian membuka laci lemari dimana ia menyimpan kalung pemberian ibunya, Dara melihat kalungnya masih ada didalam laci lemari miliknya. Ternyata kalung Dara sama dengan kalung wanita itu.

"Kalung ku masih ada." Dara mengambil kalungnya lalu ia mengembalikan kalung milik wanita itu.

"Maaf." Ucap Dara, ia merasa tidak enak.

"Apa kamu tahu? kenapa wajah kita mirip? dan kenapa kita kalung yang sama? Karena kita saudara." Wanita itu begitu yakin kalau Dara adalah saudara kembarnya.

Dara memeluk wanita itu matanya mulai berair.

"Aku memang bodoh." Dara kini yakin, wanita yang ia peluk adalah saudaranya, ia merasa bodoh karena ia sempat ragu ragu.

Setelah mengetahui mereka adalalah saudara kembar yang terpisah, Mereka berdua lalu duduk pinggir tempat tidur sambil berbincang bincang. Ada banyak hal yang ingin mereka berdua ceritakan.

"Aku sampai lupa tanya, Siapa namamu?" Tanya Dara, sejak bertemu dengan wanita itu Dara memang belum menanyakan namanya.

"Gadis, kamu sendiri?"

"Aku Dara."

"Karena kita saudara dan karena ibumu adalah ibuku juga, apa boleh aku tinggal disini? sampai kapanpun aku mau."

"Tentu saja boleh, besok aku akan mempertemukanmu dengan ibu. ibu pasti senang, bisa bertemu lagi dengan anaknya."

"Jangan." Gadis menolak, ibunya masih sakit ia tidak mau ibunya bertambah sakit karena kehadirannya, kehadirannya sangat mendadak dan itu bisa mengejutkan ibunya.

Untuk sesaat mereka terdiam, Sampai akhirnya Gadis membuka suara. Gadis mulai bercerita tentang kehidupannya.

Gadis mengatakan, Sejak ia kecil Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita. Wanita yang berstatus janda beranak satu.

Gadis kemudian mengambil ponselnya yang berada didalam tas, ia lalu menunjukan foto keluarganya pada Dara.

Dalam foto itu Gadis terlihat anggun dan cantik, Ibu tiri dan adik tirinya juga cantik membuat Dara merasa iri, difoto itu mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia.

Gadis lalu menunjukan foto foto lainnya. Dari mulai foto rumahnya dan juga foto Valen, laki laki yang ingin dijodohkan dengannya.

Dara melongo melihat foto foto itu, ia tidak mengira kalau ternyata ia mempunyai ayah yang sangat kaya, terlihat dari rumah mereka yang mewah.

Dalam hati Dara juga memuji ketampanan Valen, seandainya Dara ada diposisi Gadis,Dara tidak akan menolak dijodohkan dengan laki laki setampan Valen.

"Gadis, Kamu punya segalanya. Keluarga yang bahagia, calon suami ganteng. Terus, kenapa kamu malah kabur dari rumah?" Tanya Dara ingin tahu.

"Aku tidak bahagia, adik tiriku tidak menyukaiku dan Ibu tiriku membenciku. Sedangkan papa, papa jarang dirumah. Papa lebih sering dikantor, aku seperti tidak punya keluarga. Mereka semua sibuk dengan urusannya masing masing."

Cerita Gadis membuat Dara sedih, ia bersyukur. Meski selama ini ia hidup sederhana bersama ibunya, tapi ibunya sangat menyayanginya.

"Kenapa kamu tidak menikah saja? dengan menikah kamu bisa keluar dari rumah lalu tinggal suamimu."

Sebenarnya Gadis sangat senang ketika papa dan mama tirinya menjodohkan dirinya dengan Valen. Walaupun Gadis belum terlalu mengenal Valen, tapi Gadis berharap Valen adalah laki laki baik dan perhatian pada istri.

"Aku juga maunya begitu, tapi Valen bilang dia sudah punya pacar. Valen tidak mau menikah denganku. ia akan berusaha buat membatalkan perjodohan kita." Ujar Gadis dengan raut wajah sedih.

Gadis bisa memahami sikap Valen, karena memang hampir semua orang tidak mau dijodohkan. apalagi jika orang itu sudah punya pilihan sendiri.

"Sudah, jangan sedih. Sekarang kamu ada disini. ada ibu dan aku jadi kamu tidak akan kesepian lagi." Dara mencoba menghibur Gadis.

Karena sama sama mengantuk mereka berdua akhirnya tidur ditempat tidur yang sama, untunglah tempat tidur Dara lumayan besar. Jadi bisa ditiduri dua orang.

Jam tujuh pagi Gadis terbangun, tidurnya sangat nyenyak. Gadis terbangun ketika Dara membuka jendela dan sinar matahari pagi masuk melalui jendela kamar Dara.

Gadis mengusap usap matanya, dilihatnya Dara sedang bersiap siap. Sepertinya Dara ingin pergi.

"Dara, Kamu mau kemana?" Gadis turun dari tempat tidurnya.

"Aku mau wawancara kerja?" Dara terlihat senang.

Dara dan Gadis memang sama sama baru lulus kuliah. Semula Gadis ingin melanjutkan kuliah S2 keluar negeri, tapi karena papa dan mama tirinya ingin menikahkan gadis dengan Valen. Dengan berat hati gadis mengurungkan niatnya.

"Wah... Dara, kamu hebat. kamu sudah dapat panggillan kerja. Kapan kamu ngelamar kerja?" Gadis merasa kagum pada Dara.

"Aku lupa, tapi seingatku. aku sudah menulis banyak surat lamaran kerja kebeberapa perusahaan. Aku pergi dulu, nanti aku terlambat." Dara segera keluar dari kamarnya, lalu menutup pintu kamar itu.

Gadis menggaruk garuk kepalanya, ia bingung. Hatinya bertanya, Apa yang harus ia lakukan jika tidak ada Dara dirumah.

Saat Gadis sedang berpikir, pintu kamarnya terbuka. Gadis mengira Dara kembali lagi karena ada barang yang tertinggal, tapi ternyata yang masuk kedalam kamarnya bukanlah Dara melainkan ibunya.

Gadis memandangi wajah ibunya, wanita paruh baya itu masih terlihat cantik diusianya yang tidak lagi muda. Mata Gadis berkaca kaca. ingin rasanya Gadis memeluk ibu kandungnya itu, namun ia tidak ingin membuat ibunya curiga.

"Dara sayang, kenapa kamu belum mandi? Kamu bilang hari ini, ada wawancara kerja." Ibu Santi mengelus elus kepala Gadis.

Gadis menjadi gugup, ia tidak tahu harus berkata apa. Ibu Santi mengira, Gadis adalah Dara.

"Aku tidak jadi wawancara bu." Ucap Dara bohong.

"Kenapa?"

"Ibu, aku mau kamar mandi dulu." Karena tidak ingin salah bicara, Gadis buru buru pergi meninggalkan ibunya.

Sementara itu disebuah perusahaan besar, Dara berjalan melengang dengan wajah sumringah. Ia tampak bahagia. Dara sudah selesai wawancara dan yang membuatnya senang, ia diterima bekerja diperusahaan itu dan Mulai besok Dara sudah bisa bekerja.

Saking senangnya Dara, berjalan lenggak lenggok menirukan gaya jalan seorang model. Dara tidak melihat saat ada seseorang laki laki yang ingin lewat didepannya.

Dara tidak sengaja menabrak orang itu, kaki Dara hilang keseimbangan. Dara hampir saja terjatuh, Dengan gerakan cepat laki laki itu memegangi Dara hingga Dara tidak jadi jatuh.

Satu tangan laki laki itu memegang tangan Dara, dan satu tangannya lagi melingkar dipinggang Dara.

Deg....

Jantung Dara berdebar debar, ketika pandangan mata mereka bertemu.

"Kamu tidak apa apa? Kenapa kamu ada disini?" Laki laki itu masih melingkarkan satu tangannya dipinggang Dara, satu tangannya lagi juga masih memegangi tangan Dara. ketika itu tangan Dara menempel didada pria itu.

Wajah mereka sangat dekat, posisi intim seperti ini membuat Dara salah tingkah. Pelan pelan Dara mendorong dada laki laki itu sampai tangan laki itu tidak lagi melingkar dipinggang Dara.

"Terima kasih."

Dara menatap wajah laki laki itu. Dara merasa. Sepertinya ia pernah melihat laki laki itu. Tapi dimana, Dara mencoba mengingat ingat. Siapa laki laki yang ada dihadapannya itu.

Dara menutup mulutnya dengan satu tangannya ketika ia mengingat, siapa laki laki yang berdiri dihadapannya.

Laki laki itu adalah Valen Bramanta, Calon suami Gadis. Dara ingin berjalan menjauhi Valen, namun tanpa aba aba. Valen menarik tangan Dara.

Valen menuntun Dara, Mereka berdua berjalan kearah parkiran mobil. Disepanjang jalan Dara merasakan dadanya berdekub kencang, Entah sihir apa yang digunakan Valen.

Dara menurut saja ketika Valen mengandeng tangannya sampai kedepan parkiran mobil.

"Gadis, orang tua kamu bilang. Kamu kabur dari rumah, Apa itu benar?" Tanya Valen dengan tatapan dinginnya, ia melepaskan pegangan tangannya pada Dara.

"Iya..Kenapa kamu marah? harusnya kamu senang. Kalau aku kabur, kita tidak akan menikah."

Dara sebenarnya ingin mengatakan kalau ia bukan Gadis, melainkan Dara. Namun rasanya percuma saja. Valen pasti tidak akan percaya padanya, karena itu Dara membiarkan saja Valen salah mengenali dirinya.

"Aku memang tidak mau menikah denganmu, tapi bukan begini caranya. Papa dan mamamu sangat cemas, sekarang ayo kita pulang." Valen kembali meraih tangan Dara.

Dara buru buru menepis tangan Valen.

"Aku tidak mau." Dara menatap kearah lain, ia tidak ingin menatap mata Valen. Dara juga tidak tahu kenapa, ketika menatap mata Valen ia merasa ada getaran aneh didalam dirinya.

Valen tidak perduli dengan penolakan Dara, tiba tiba saja Valen menggendong Dara ala bridal style.

Dunia seakan berhenti berputar ketika Valen menggendong Dara seperti menggedong anak kucing. Valen sama sekali tidak merasa keberatan.

Dara diam membisu, tubuhnya seperti patung. ia tidak bergerak sama sekali, Dara bisa mencium aroma parfum yang digunakan Valen.

Bukannya melawan atau meronta, Dara justru memejamkan matanya. padahal Dara pintar berkelahi, kalau ia mau melawan Valen. Tentu saja Valen akan kalah, tapi dihadapan valen Dara mendadak berubah. ia bagai Singa yang berubah menjadi kucing manis.

Valen mendudukan Dara didalam mobilnya, gerakannya begitu cepat, Dara yang saat itu hanya bengong tidak menyadari kalau mobil Valen sudah berjalan.

"Kita mau kemana?" Setelah beberapa saat Dara baru menyadari kalau Valen telah membawanya pergi.

"Kemana lagi, tentu saja kerumahmu." Ucap Valen tanpa melirik Dara yang sedang duduk disampingnya.

Dara mengambil ponsel yang ada disaku bajunya ketika ia merasakan ponselnya bergetar.

Dara membuka ponselnya, dilihatnya ada satu pesan dari gadis. Dara lalu membaca pesan dari Gadis

Aku sudah bertemu ibu, ibu mengira aku adalah kamu. Sekarang kita sedang makan bersama.

Dara kemudian menulis pesan balasan untuk Gadis.

Aku juga tidak sengaja bertemu Valen, dia mengira aku adalah kamu. Bagaimana ini? Valen memaksaku kerumahmu. Balas Dara.

Mereka berdua kemudian sama sama berpikir untuk bertukar tempat.

Getaran hati Dara

Dara dan Gadis kemudian sepakat untuk bertukar tempat. Dara berpura pura menjadi Gadis dan Gadis akan berpura pura menjadi Dara.

Gadis sangat senang bisa bertemu lagi dengan ibunya, ia ingin tetap tinggal dirumah Dara. Sedangkan Dara, ia penasaran. Dara ingin tahu bagaimana rasanya hidup menjadi Gadis, memiliki keluarga kaya yang terlihat harmonis.

Dara hampir sampai dirumah Gadis, karena tiba tiba ada kucing yang lewat valen mengerem mobilnya secara mendadak.

Dara yang tidak siap, tubuhnya terhuyung kesamping. kepala Dara terhuyung tepat diatas dada Valen. Dara kembali merasakan jantungnya berdegup kencang, Ia buru buru menjauhkan dirinya dari Valen.

"Kenapa kamu berhenti." Dara memegangi Dadanya.

"Ada kucing." Ucap Valen.

Dara tidak tahu kalau Valen merasakan hal yang sama seperti Dara, Jantung Valen berdegup lebih kencang. Ketika ia bersentuhan dengan Dara.

Valen tidak mengerti, apa yang ia rasakan Selama ini? Ia tidak terlalu menyukai Gadis, Gadis bukanlah wanita tipenya. Bagi Valen, Gadis adalah wanita pendiam yang jarang bicara.

Wanita yang membosankan seperti Gadis tidak cocok dengan Valen, Valen lebih menyukai wanita yang ceria dan Energik. Entah mengapa. Valen menyadari kalau ia mulai tertarik pada Gadis.

Valen tidak tahu, jika wanita yang bersamanya bukanlah Gadis melainkan Dara. Valen diam mematung, membuat Dara jadi bingung.

"Apa kita sudah Sampai?" Pertanyaan Dara, membuat Valen menoleh kearahnya.

"Kamu tidak tahu rumahmu sendiri?" Valen menatap Dara penuh tanda tanya.

Dara salah tingkah, ia juga gugup. Dara bepura pura mengusap usap matanya.

"Aku tidak melihat kedepan." Untuk menghilangkan rasa gugupnya Dara segera keluar dari mobil Valen.

Valen hanya diam sambil menatap kepergian Dara, Sikap Valen menjadi aneh. Tadinya ia ingin mengantar Dara masuk dan mengatakan pada keluarga Gadis, Kalau ia sudah menemukan Gadis. Agar keluarga Gadis tahu, bahwa ia adalah laki laki yang bertanggung jawab.

"Kenapa aku harus perduli dengan pendapat keluarga Gadis?"

Valen merasa, ia berubah menjadi bodoh. Selama ini Valen tidak pernah mau perduli dengan pendapat orang lain tentang dirinya, jadi untuk apa Valen perduli dengan pendapat keluarga Gadis.

Sementara itu Dara masuk kedalam rumah mewah yang disebut Valen sebagai rumahnya, Saat masuk kedalam ruang tamu Dara melihat foto keluarga.

Foto keluarga itu sama seperti foto yang Dara lihat diponsel milik Gadis, hanya ukurannya saja yang berbeda.

"Gadis, kamu pulang nak?" Seorang pria berusia lima puluhan mendekati Dara.

Dara menatap pria itu. pria yang tidak lain adalah tuan Abhian, ayah kandung Dara.

Tuan Abhian memeluk Dara dengan penuh kasih sayang.

"Dari mana saja kamu? Kenapa kamu pergi dari rumah?" Tuan Abhian melepaskan pelukannya.

Tuan Abhian lalu mengatakan, bahwa semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan Gadis yang tidak ada didalam kamarnya. Ia yakin Gadis kabur dari rumah.

Hati Dara terasa menghangat ketika tuan Abhian memeluknya, mata Dara berkaca kaca. Bertahun tahun ia kehilangan sosok seorang ayah, tapi hari itu ia merasakan bagaimana rasannya disayang dan dikhawatirkan oleh seorang ayah.

Ketika Dara hampir menangis, dua orang berjalan menghampiri Dara dan tuan Abhian. Mereka adalah nyonya Andini dan Fera, ibu tiri dan juga adik tiri Gadis.

"Gadis maaf, papa buru buru. papa mau pergi bekerja." Tuan Abhian kemudian pergi meninggalkan ruangan itu. Sebelum pergi ia juga berpamitan pada Nyonya Andini dan Fera

"Kenapa kamu pulang? Aku pikir kamu akan pergi selamanya." Ucap Nyonya Andini sinis.

Semalam nyonya Andini memang sempat meminta tolong beberapa orang untuk mencari Gadis, namun itu ia lakukan hanya supaya dirinya terlihat baik didepan suaminya.

Sebenarnya nyonya Andini sangat senang jika Gadis pergi dari rumah, Gadis adalah penghalang bagi Nyonya Andini.

Nyonya Andini ingin Semua harta tuan Abhian jatuh ketangan Fera tapi itu tidak mungkin karena Fera bukanlah anak kandung tuan Abhian. Fera adalah anak Nyonya Andini dengan suami pertamanya yang sudah meninggal.

Suatu hari nanti harta kekayaan tuan Abhian pasti akan diwariskan pada Gadis karena Gadis adalah anak kandung Abhian.

Dara memutar bola matanya malas, ia tahu nyonya Andini dan Fera tidak menyukai kehadirannya.

"Memangnya kenapa kalau aku pulang?" Dara Kemudian meninggalkan nyonya Andini dan Fera begitu saja. ia tidak mau berbasi basi dengan kedua wanita itu.

Dara menghentikan langkah kakinya. ia ingin pergi kekamar Gadis, tapi ia tidak tahu dimana kamar Gadis.

Dara kemudian menghubungi Gadis. Setelah Gadis memberi tahu dimana letak kamarnya, Dara segera memutuskan sambungan telephonenya dengan Gadis, Dara tidak ingin ada yang mendengarkan pembicaraannya dengan Gadis.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Diruangan tempatnya bekerja, Valen tidak bisa berkonsentrasi bekerja. ia menunda semua pekerjaannya. Entah kenapa? ia memikirkan Dara. Pertemuannya hari ini dengan Dara membuat perasaan Valen berubah.

Valen tidak mengerti mengapa hari ini ia begitu mudah menyentuh Gadis, ia menggedong Gadis. anehnya ia merasakan sesuatu yang berbeda dihatinya ketika ia menatap mata Gadis.

Sesuatu yang tidak pernah Valen rasakan sebelumnya pada Gadis. Valen ingin sekali bertemu Dara, ia juga tidak tahu kenapa.

Valen mengikuti kata hatinya, sore itu ia kembali lagi kerumah Gadis. Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu untuk Valen. Ia mengatakan, dirumah sedang tidak ada orang.

Nyonya Andini pergi Arisan, Tuan Abhian belum pulang kerja dan Fera, ia pergi bersama teman temannya.

"lalu, dimana Gadis?" Tanya Valen pada asisten rumah tangga itu.

"Nona Gadis ada dikamarnya." ucap Asisten rumah tangga itu.

Asisten rumah tangga itu lalu pergi meninggalkan rumah Gadis karena para pegawai yang lain juga sudah pulang. Selain keluarga memang tidak ada orang lain yang tinggal dirumah itu.

Orang orang yang bekerja dirumah itu selalu datang pagi dan pulang disore hari, bahkan jika pekerjaan mereka sudah selesai. Siang hari mereka sudah pulang.

Valen berjalan kearah kamar Gadis. ia mengetuk pintu kamar Gadis, tapi tidak ada jawaban. Valen memberanikan diri membuka pintu kamar Gadis dan ternyata pintu itu tidak dikunci.

Valen mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan, laki laki itu mencoba mencari sosok Gadis.

Valen melihat Dara sedang tertidur pulas, ia kemudian duduk dipinggir tempat tidur. Valen mengamati wajah Dara.

"Kalau diperhatikan, Gadis cantik juga." Diam diam Valen memuji kecantikan wanita yang ia kira Gadis.

Mata Dara masih terpejam, Valen mendekatkan wajahnya pada wajah Dara.terlihat jelas bibir Dara yang merah menggoda.

Entah apa yang merasuki jiwa Valen, Valen semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Dara dengan berani Valen juga mendekatkan bibirnya pada bibir Dara.

Valen tersentak ia langsung memundurkan wajahnya, ia buru buru berdiri ketika ia menyadari Dara terbangun dan membuka matanya.

"Valen???" Dara mengusap usap matanya ia heran, mengapa Valen ada dikamarnya?

"Sedang apa kamu disini?" Dara kembali bertanya, namun tidak ada jawaban dari Valen.

Valen keluar dari kamar itu begitu saja, membuat Dara penasaran. Dara kemudian turun dari tempat tidurnya, ia berjalan cepat agar ia bisa mengejar Valen.

Karena berjalan terburu buru kaki Dara tersandung, Dara pun jatuh terduduk dilantai. Dara meringis kesakitan.

Dara menengadahkan kepalanya saat Valen mengulurkan tangannya, Dara memegangi tangan Valen.

Valen menarik tangan Dara hingga Dara berdiri, karena habis terjatuh Dara tidak bisa berdiri dengan benar. Dara hampir saja terjatuh lagi. Valen melingkarkan satu tangannya dipinggang Dara supaya Dara tidak terjatuh.

Dara merasakan hatinya bergetar ketika ia dan Valen saling bertatapan, Dara segera mengalihkan pandangan matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!