Pergi dari rumah

Dara dan Valen hampir saja melewati batas, bahkan kancing baju Dara sudah terbuka semua.

Ketika Dara dan Valen sama sama terbawa suasana, tiba tiba saja ponsel Valen berbunyi. Valen berdecak kesal, ia segera mengambil ponsel yang berada disaku celananya.

Mengganggu saja, Awas saja kalau tidak penting. Gerutu Valen dalam hati, laki laki itu merasa kesal.

Ternyata yang menghubungi Valen adalah ibunya. Valen mengira ibunya ingin mengatakan satu hal yang penting, tapi ternyata ibu Valen hanya mengatakan sesuatu yang sangat tidak penting bagi Valen.

Ibu Valen mengatakan, Valen tidak perlu buru buru pulang, karena ia tidak akan menunggu Valen pulang. Ibu Valen justru senang jika Valen banyak menghabiskan waktunya bersama Dara.

Usai menerima telepon dari ibunya, Valen kembali memasukan ponselnya kedalam saku celananya.

Valen melirik Dara, ketika itu Dara baru selesai mengancingkan bajunya, Valen mendekatkan kembali wajahnya pada Dara.

"Gadis, aku mau... " Ucap Valen sambil memegang kancing baju Dara.

"Valen, jangan. Aku mohon, kita belum menikah. Kita pulang saja sekarang."

Dara memegangi tangan Valen, tangan yang ingin membuka kancing baju Dara. Mata Dara berkaca kaca, ia tampak sedih.

"Maaf." Valen merasa tidak enak, laki laki itu juga merasa bersalah. Dengan lembut Valen memeluk Dara.

Dara merasa nyaman berada dalam pelukan Valen, ia seakan tidak rela jika Valen melepaskan pelukannya.

"Kita pulang." Valen melepas pelukannya membuat Dara merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.

Valen kemudian menjalankan mobilnya, Sesuai permintaan Dara. Valen akan mengantar Dara pulang. Dara dan Valen akhirnya sampai didepan rumah Gadis.

Sejak tadi Dara hanya diam, ia tidak berkata apa apa.

"Gadis, Kamu masih marah?" Valen menghentikan mobilnya didepan rumah Gadis.

Dara menggelengkan kepalanya. Ia baru saja ingin membuka pintu mobil Valen, Saat Valen mencegahnya.

"Tunggu. Biar aku yang buka." Valen kemudian keluar sari mobilnya, ia berjalan memutar lalu membukakan pintu mobil untuk Dara.

"Silahkan turun, calon istriku." Valen tersenyum manis, Sikap manis Valen membuat hati Dara berbunga bunga.

"Terima kasih." Ucap Dara setelah ia turun dari mobil Valen.

"Kamu tidak perlu berterima kasih, sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. apapun yang aku lakukan untuk kamu, itu wajar." Valen mengusap usap kepala Dara.

Valen, seandainya saja aku ini adalah Gadis. aku pasti akan sangat bahagia mempunyai calon suami seperti kamu. Sayangnya aku ini bukan Gadis. Batin Dara, ia menjadi sedih.

Entah keberanian dari mana mendadak Dara memeluk Valen.

"Valen, aku tidak tahu perasaan apa ini? tapi aku merasa senang bisa didekatmu." Tanpa sadar ucapan itu keluar dari mulut Dara.

Dara sangat malu ketika ia sadar, tanpa sengaja ia mengungkapkan isi hatinya. Dara ingin melepaskan pelukannya pada Valen, tapi Valen malah membalas pelukan Dara. Valen memeluk Dara dengan erat.

"Aku juga Gadis, aku senang bisa ada didekatmu." Valen masih memeluk Dara.

Valen baru melepaskan pelukannya saat ia melihat ada orang yang berjalan melewati rumah Gadis.

"Ya sudah, aku pulang dulu. kamu langsung masuk saja." Valen belum masuk kedalam mobilnya, ia tetap berdiri sambil memandangi Dara.

"Kenapa kamu belum pulang." Tanya Dara, wanita itu sedikit bingung.

"Aku akan pulang, kalau kamu sudah masuk kedalam rumah. aku tidak mau kamu kenapa kenapa." Kata kata Valen memang terdengar gombal dan berlebihan, tapi kata katanya mampu menyentuh hati Dara.

"Aku engga akan kenapa kenapa." Dara hanya tersenyum.

"Gadis, ini sudah malam. bagaimana? kalau setelah aku pergi, ada orang jahat yang mau berbuat macam macam sama kamu. Aku cuma berjaga jaga, Supaya tidak terjadi sesuatu pada calon istriku yang cantik ini."

Meski ucapan Valen terdengar seperti rayuan gombal, namun entah mengapa Dara bisa merasakan kesungguhan dari ucapan Valen. Baru kali ini Dara mendengar ucapan manis dari seorang pria.

Dara tersipu malu, wajahnya sedikit memerah. ia buru buru masuk kedalam rumah agar Valen tidak melihat wajahnya yang merah.

"Aku masuk dulu." Dara sempat berpamitan sebelum ia masuk kedalam rumah.

Dara menutup pintu sambil memegang Dadanya yang berdegup kencang.

"Gadis, kamu beruntung sekali. Sejak kecil hidup dalam kemewahan dan sekarang ada laki laki yang baik yang akan menjadi suami kamu." Ada rasa iri dihati Dara, namun ia buru buru menepis rasa itu.

Dara melihat sekeliling rumah, ia baru sadar kalau semua lampu dirumah itu sudah mati semua, yang menyala hanya lampu teras dan lampu didapur.

"Ini kesempatan aku untuk pergi, aku mau pulang. aku tidak bisa terus terusan berpura pura jadi Gadis."

Dara baru saja ingin keluar dari rumah itu, tapi ponsel disaku bajunya bergetar. Dara mengambil ponsel dari saku bajunya, ternyata ada beberapa pesan temannya. Dara juga melihat ada pesan dari ayah yang dikirim sejak sembilan menit yang lalu.

Sebelum membaca pesan dari temannya Dara terlebih dulu membaca pesan dari ayahnya.

Gadis sayang, maaf ya...papa tidak menunggu kamu pulang, papa ngantuk.

Dara membaca pesan dari ayahnya. Dara sebenarnya tidak ingin meninggalkan ayahnya, tapi ia tidak ingin terus terusan berbohong.

Dengan berat hati Dara terpaksa pergi meninggalkan rumah itu. Saat Dara keluar dari rumah itu Dara dikejutkan dengan kedatangan mobil Fera.

Dara tidak tahu, Fera dari mana saja. Wanita semuda itu baru pulang malam malam. entah habis keluyuran dimana Fera.

Dara buru buru bersembunyi dibalik tembok supaya Fera tidak melihatnya dan Dara menarik nafas lega ketika Fera sudah masuk kedalam rumah. Wanita muda itu tidak melihat Dara yang sedang bersembunyi.

"Syukurlah, fera tidak melihatku." Dara kemudian pergi meninggalkan rumah itu secara diam diam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!