Bertukar tempat

Dara membereskan pecahan gelas yang tadi dijatuhkan wanita itu, wanita yang wajahnya sama persis dengannya.

Selesai membereskan pecahan gelas itu, Dara kemudian masuk kedalam kamarnya. Ia melihat Wanita itu sedang menangis sambil memegang sebuah kalung.

Dara sangat mengenal kalung itu dengan cepat ia merebut kalung itu. Meskipun wajah wanita itu mirip dengannya, tapi Dara belum yakin kalau wanita itu adalah saudara kembarnya.

Dara merasa dirinya ceroboh. Bagaimana bisa, ia memasukan seseorang yang baru ia temui kedalam rumahnya hanya karena wajah wanita itu mirip dengannya. kenyataannya wanita itu tidak tahu terima kasih, ia justru mencuri kalungnya.

"Kenapa kamu mengambil kalungku?" Ucap wanita itu, ia terlihat sedih.

"Ini Kalungku." Dara merasa yakin, ia menganggap wanita itu adalah pencuri.

"Tidak itu kalungku." Wanita itu bersikeras mengatakan kalau itu adalah kalung miliknya, membuat Dara menjadi kesal.

Dara kemudian membuka laci lemari dimana ia menyimpan kalung pemberian ibunya, Dara melihat kalungnya masih ada didalam laci lemari miliknya. Ternyata kalung Dara sama dengan kalung wanita itu.

"Kalung ku masih ada." Dara mengambil kalungnya lalu ia mengembalikan kalung milik wanita itu.

"Maaf." Ucap Dara, ia merasa tidak enak.

"Apa kamu tahu? kenapa wajah kita mirip? dan kenapa kita kalung yang sama? Karena kita saudara." Wanita itu begitu yakin kalau Dara adalah saudara kembarnya.

Dara memeluk wanita itu matanya mulai berair.

"Aku memang bodoh." Dara kini yakin, wanita yang ia peluk adalah saudaranya, ia merasa bodoh karena ia sempat ragu ragu.

Setelah mengetahui mereka adalalah saudara kembar yang terpisah, Mereka berdua lalu duduk pinggir tempat tidur sambil berbincang bincang. Ada banyak hal yang ingin mereka berdua ceritakan.

"Aku sampai lupa tanya, Siapa namamu?" Tanya Dara, sejak bertemu dengan wanita itu Dara memang belum menanyakan namanya.

"Gadis, kamu sendiri?"

"Aku Dara."

"Karena kita saudara dan karena ibumu adalah ibuku juga, apa boleh aku tinggal disini? sampai kapanpun aku mau."

"Tentu saja boleh, besok aku akan mempertemukanmu dengan ibu. ibu pasti senang, bisa bertemu lagi dengan anaknya."

"Jangan." Gadis menolak, ibunya masih sakit ia tidak mau ibunya bertambah sakit karena kehadirannya, kehadirannya sangat mendadak dan itu bisa mengejutkan ibunya.

Untuk sesaat mereka terdiam, Sampai akhirnya Gadis membuka suara. Gadis mulai bercerita tentang kehidupannya.

Gadis mengatakan, Sejak ia kecil Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita. Wanita yang berstatus janda beranak satu.

Gadis kemudian mengambil ponselnya yang berada didalam tas, ia lalu menunjukan foto keluarganya pada Dara.

Dalam foto itu Gadis terlihat anggun dan cantik, Ibu tiri dan adik tirinya juga cantik membuat Dara merasa iri, difoto itu mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia.

Gadis lalu menunjukan foto foto lainnya. Dari mulai foto rumahnya dan juga foto Valen, laki laki yang ingin dijodohkan dengannya.

Dara melongo melihat foto foto itu, ia tidak mengira kalau ternyata ia mempunyai ayah yang sangat kaya, terlihat dari rumah mereka yang mewah.

Dalam hati Dara juga memuji ketampanan Valen, seandainya Dara ada diposisi Gadis,Dara tidak akan menolak dijodohkan dengan laki laki setampan Valen.

"Gadis, Kamu punya segalanya. Keluarga yang bahagia, calon suami ganteng. Terus, kenapa kamu malah kabur dari rumah?" Tanya Dara ingin tahu.

"Aku tidak bahagia, adik tiriku tidak menyukaiku dan Ibu tiriku membenciku. Sedangkan papa, papa jarang dirumah. Papa lebih sering dikantor, aku seperti tidak punya keluarga. Mereka semua sibuk dengan urusannya masing masing."

Cerita Gadis membuat Dara sedih, ia bersyukur. Meski selama ini ia hidup sederhana bersama ibunya, tapi ibunya sangat menyayanginya.

"Kenapa kamu tidak menikah saja? dengan menikah kamu bisa keluar dari rumah lalu tinggal suamimu."

Sebenarnya Gadis sangat senang ketika papa dan mama tirinya menjodohkan dirinya dengan Valen. Walaupun Gadis belum terlalu mengenal Valen, tapi Gadis berharap Valen adalah laki laki baik dan perhatian pada istri.

"Aku juga maunya begitu, tapi Valen bilang dia sudah punya pacar. Valen tidak mau menikah denganku. ia akan berusaha buat membatalkan perjodohan kita." Ujar Gadis dengan raut wajah sedih.

Gadis bisa memahami sikap Valen, karena memang hampir semua orang tidak mau dijodohkan. apalagi jika orang itu sudah punya pilihan sendiri.

"Sudah, jangan sedih. Sekarang kamu ada disini. ada ibu dan aku jadi kamu tidak akan kesepian lagi." Dara mencoba menghibur Gadis.

Karena sama sama mengantuk mereka berdua akhirnya tidur ditempat tidur yang sama, untunglah tempat tidur Dara lumayan besar. Jadi bisa ditiduri dua orang.

Jam tujuh pagi Gadis terbangun, tidurnya sangat nyenyak. Gadis terbangun ketika Dara membuka jendela dan sinar matahari pagi masuk melalui jendela kamar Dara.

Gadis mengusap usap matanya, dilihatnya Dara sedang bersiap siap. Sepertinya Dara ingin pergi.

"Dara, Kamu mau kemana?" Gadis turun dari tempat tidurnya.

"Aku mau wawancara kerja?" Dara terlihat senang.

Dara dan Gadis memang sama sama baru lulus kuliah. Semula Gadis ingin melanjutkan kuliah S2 keluar negeri, tapi karena papa dan mama tirinya ingin menikahkan gadis dengan Valen. Dengan berat hati gadis mengurungkan niatnya.

"Wah... Dara, kamu hebat. kamu sudah dapat panggillan kerja. Kapan kamu ngelamar kerja?" Gadis merasa kagum pada Dara.

"Aku lupa, tapi seingatku. aku sudah menulis banyak surat lamaran kerja kebeberapa perusahaan. Aku pergi dulu, nanti aku terlambat." Dara segera keluar dari kamarnya, lalu menutup pintu kamar itu.

Gadis menggaruk garuk kepalanya, ia bingung. Hatinya bertanya, Apa yang harus ia lakukan jika tidak ada Dara dirumah.

Saat Gadis sedang berpikir, pintu kamarnya terbuka. Gadis mengira Dara kembali lagi karena ada barang yang tertinggal, tapi ternyata yang masuk kedalam kamarnya bukanlah Dara melainkan ibunya.

Gadis memandangi wajah ibunya, wanita paruh baya itu masih terlihat cantik diusianya yang tidak lagi muda. Mata Gadis berkaca kaca. ingin rasanya Gadis memeluk ibu kandungnya itu, namun ia tidak ingin membuat ibunya curiga.

"Dara sayang, kenapa kamu belum mandi? Kamu bilang hari ini, ada wawancara kerja." Ibu Santi mengelus elus kepala Gadis.

Gadis menjadi gugup, ia tidak tahu harus berkata apa. Ibu Santi mengira, Gadis adalah Dara.

"Aku tidak jadi wawancara bu." Ucap Dara bohong.

"Kenapa?"

"Ibu, aku mau kamar mandi dulu." Karena tidak ingin salah bicara, Gadis buru buru pergi meninggalkan ibunya.

Sementara itu disebuah perusahaan besar, Dara berjalan melengang dengan wajah sumringah. Ia tampak bahagia. Dara sudah selesai wawancara dan yang membuatnya senang, ia diterima bekerja diperusahaan itu dan Mulai besok Dara sudah bisa bekerja.

Saking senangnya Dara, berjalan lenggak lenggok menirukan gaya jalan seorang model. Dara tidak melihat saat ada seseorang laki laki yang ingin lewat didepannya.

Dara tidak sengaja menabrak orang itu, kaki Dara hilang keseimbangan. Dara hampir saja terjatuh, Dengan gerakan cepat laki laki itu memegangi Dara hingga Dara tidak jadi jatuh.

Satu tangan laki laki itu memegang tangan Dara, dan satu tangannya lagi melingkar dipinggang Dara.

Deg....

Jantung Dara berdebar debar, ketika pandangan mata mereka bertemu.

"Kamu tidak apa apa? Kenapa kamu ada disini?" Laki laki itu masih melingkarkan satu tangannya dipinggang Dara, satu tangannya lagi juga masih memegangi tangan Dara. ketika itu tangan Dara menempel didada pria itu.

Wajah mereka sangat dekat, posisi intim seperti ini membuat Dara salah tingkah. Pelan pelan Dara mendorong dada laki laki itu sampai tangan laki itu tidak lagi melingkar dipinggang Dara.

"Terima kasih."

Dara menatap wajah laki laki itu. Dara merasa. Sepertinya ia pernah melihat laki laki itu. Tapi dimana, Dara mencoba mengingat ingat. Siapa laki laki yang ada dihadapannya itu.

Dara menutup mulutnya dengan satu tangannya ketika ia mengingat, siapa laki laki yang berdiri dihadapannya.

Laki laki itu adalah Valen Bramanta, Calon suami Gadis. Dara ingin berjalan menjauhi Valen, namun tanpa aba aba. Valen menarik tangan Dara.

Valen menuntun Dara, Mereka berdua berjalan kearah parkiran mobil. Disepanjang jalan Dara merasakan dadanya berdekub kencang, Entah sihir apa yang digunakan Valen.

Dara menurut saja ketika Valen mengandeng tangannya sampai kedepan parkiran mobil.

"Gadis, orang tua kamu bilang. Kamu kabur dari rumah, Apa itu benar?" Tanya Valen dengan tatapan dinginnya, ia melepaskan pegangan tangannya pada Dara.

"Iya..Kenapa kamu marah? harusnya kamu senang. Kalau aku kabur, kita tidak akan menikah."

Dara sebenarnya ingin mengatakan kalau ia bukan Gadis, melainkan Dara. Namun rasanya percuma saja. Valen pasti tidak akan percaya padanya, karena itu Dara membiarkan saja Valen salah mengenali dirinya.

"Aku memang tidak mau menikah denganmu, tapi bukan begini caranya. Papa dan mamamu sangat cemas, sekarang ayo kita pulang." Valen kembali meraih tangan Dara.

Dara buru buru menepis tangan Valen.

"Aku tidak mau." Dara menatap kearah lain, ia tidak ingin menatap mata Valen. Dara juga tidak tahu kenapa, ketika menatap mata Valen ia merasa ada getaran aneh didalam dirinya.

Valen tidak perduli dengan penolakan Dara, tiba tiba saja Valen menggendong Dara ala bridal style.

Dunia seakan berhenti berputar ketika Valen menggendong Dara seperti menggedong anak kucing. Valen sama sekali tidak merasa keberatan.

Dara diam membisu, tubuhnya seperti patung. ia tidak bergerak sama sekali, Dara bisa mencium aroma parfum yang digunakan Valen.

Bukannya melawan atau meronta, Dara justru memejamkan matanya. padahal Dara pintar berkelahi, kalau ia mau melawan Valen. Tentu saja Valen akan kalah, tapi dihadapan valen Dara mendadak berubah. ia bagai Singa yang berubah menjadi kucing manis.

Valen mendudukan Dara didalam mobilnya, gerakannya begitu cepat, Dara yang saat itu hanya bengong tidak menyadari kalau mobil Valen sudah berjalan.

"Kita mau kemana?" Setelah beberapa saat Dara baru menyadari kalau Valen telah membawanya pergi.

"Kemana lagi, tentu saja kerumahmu." Ucap Valen tanpa melirik Dara yang sedang duduk disampingnya.

Dara mengambil ponsel yang ada disaku bajunya ketika ia merasakan ponselnya bergetar.

Dara membuka ponselnya, dilihatnya ada satu pesan dari gadis. Dara lalu membaca pesan dari Gadis

Aku sudah bertemu ibu, ibu mengira aku adalah kamu. Sekarang kita sedang makan bersama.

Dara kemudian menulis pesan balasan untuk Gadis.

Aku juga tidak sengaja bertemu Valen, dia mengira aku adalah kamu. Bagaimana ini? Valen memaksaku kerumahmu. Balas Dara.

Mereka berdua kemudian sama sama berpikir untuk bertukar tempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!