SKY HIGH SCHOOL "Menaklukkan Langit Dan Mimpi"
Dean Alexandre— seorang penulis cerita fantasi. Ia masih amatiran. Perawakannya biasa saja. Dia laki-laki pemalu yang suka berimajinasi tentang naga, mahkluk halus, monster, gadis cantik, android dan sihir. Semuanya dia toreh di dalam buku sketsanya. Saking terlalu asyik dia mencorat-coret buku sering Bu Grace marah dan menjewer kupingnya.
"Dean!" panggil Grace dengan tegas.
Dia terhenyak, lalu berdiri spontan. Murid-murid tertawa melihat kekonyolan dirinya—yang bingung seraya garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Sudah berapa kali, ibu bilang, kan. Jangan melamun!" bentak Grace. Dia datang dan berdiri di sisi Dean. Mata bulatnya melihat buku gambar Dean. Lalu tangannya yang gemuk menarik buku sketsa milik Dean.
Srek! Bunyi buku yang hampir robek.
"Tulisan apa ini jelek sekali!" Grace Tangan gemuk itu membolak-balik halaman buku milikku.
"Apa ini?"
"Bagaimana bisa kamu mencorat-coret buku matematika!" hardik Bu Grace.
Plok!
Ibu Grace menampik muka Dean dengan buku matematika. Semua teman kelas tertawa lagi melihatnya yang gugup dan salah tingkah. Dean memperbaiki gagang kacamata yang miring.
"Berdiri di sudut kelas, angkat kaki satu, cepat!" perintah guru gemuk itu.
Hah ....! Dia mendesah lemas. Ini mengapa dia membenci kelas Matematika. Itu karena ayah dan ibu memasukkan dia di kelas ini. Apalagi dia harus berusaha lulus dari kelas matematika. Buang-buang waktu, bukan?
Apakah kalian senang belajar matematika? Oh iya, kalau begitu kita sama, ya. Aku tidak suka pelajaran yang satu ini, dengan langkah gontai, aku ke depan kelas, berdiri di sudut dengan satu kaki dan menarik telinga.
Malu? Tentu saja. Apalagi ada seorang gadis yang kusukai sedang menatapku dan tersenyum menahan tawanya. Betapa bodohnya aku saat itu.
Ting Dong Ding
(bel pergantian pelajaran)
Asyik! Bel pergantian pelajaran telah menyelamatkan aku. Bisa menulis lagi seperti biasa, gumam Dean.
"Besok, kamu tetap dihukum, jangan lupa, kerjakan bab 230-240, ya. Itu sebagai hukuman tambahan," tukas Bu Grace tersenyum penuh kemenangan.
Apa! Oh, tidak!
Tugas pelajaran yang memuakkan ini semakin banyak dan membuatnya pusing. Dia merasa seperti orang yang bodoh karena terus belajar berhitung. Apakah dia harus berhitung terus sampai botak?
...----------------...
Saat sekolah telah sepi, hanya dia sendirian di kelas. Tentu saja ini adalah hal yang sangat baik dan dia bersemangat. Seperti sekarang ini—hanya ada dirinya dan buku kosong yang biasanya dipakai untuk corat-coret. Buku itu tidak istimewa, tapi dia suka karena biasanya menggambar karakter orang-orang itu tidaklah mudah. Dia sampai tertidur saking terlalu bersemangat.
Apa yang ada di dalam benak seperti dirinya ini, dia tuang ke dalam coretan, termasuk sebuah kisah manis dua orang itu...
Ya,h ... Dia memang suka menulis. Baginya dengan menulis cerita anak-anak, dia tidak merasa bosan.
Kalau seseorang bertanya apa cita-cita Dean?
Tentu saja dia akan menjawabnya. Dia ingin jadi komikus!
Cita-citanya dilarang orang tuanya—yaitu menjadi seorang penulis cerita komik. Sudah dua karya yang dia buat, tetapi hanya disimpan saja. Semuanya tak pernah dia terbitkan, karena dia takut ditolak, sih...
Sungguh! Dean benar-benar suka dengan komik! Dia sampai terobsesi dengan dunia lain. Bumi yang lain.
Dia akan bayangkan bagaimana kalau ada dunia lain selain bumi.
Langit. Kerajaan itu merupakan impiannya. Dia akan tempatkan semua karakter yang dia buat di tempat itu, misalnya para elf, sistem, monster, dan makhluk langit yang luar biasa kekuatan mereka. Tentu saja dia akan mencurahkan ide-idenya itu dalam gambar yang menarik dan cerita yang disertai balon-balon bicara.
Aku akan menghidupkan mereka lewat buku anak-anak ini, gumam Dean.
Namun, dia harus merahasiakan ini kepada orangtuanya.
Suatu hari, mereka menantangnya, kalau dia bisa menghasilkan $1000 untuk mereka, maka dia tak perlu lagi belajar di kelas matematika. Dia akan bebas melakukan apa saja. Bahkan dia akan dipindahkan ke kelas komik.
Dean semakin bersemangat!
Seperti pada hari ini...
"Seperti biasa, apa yang harus aku tulis, ya? atau aku menggambar saja, ya?" gumamnya.
Tanpa sadar dia menggambar dua monster besar dengan wajah tertutup oleh topeng. Kitsune Mask. Dia menamakan mereka droid. Robot setengah monster dengan wajah tertutup topeng. Dia mulai mencorat-coret lagi, menulis kisahnya di buku yang masih kosong. Buku sketsa polos miliknya yang belum dipakai paling sedikit ada lima belas buku. Hehehe ...
"Bagaimana kalau mereka berkelahi dengan seorang perempuan?" gumamku.
...
...----------------...
Dean menggambar seorang gadis bersurai ungu. Warna ungu adalah warna yang bagus untuk mata dan rambutnya. Gadis itu menyerang sang monster, mereka berkelahi dengan sengit. Monster melukainya dan....
Tanpa terasa hari telah senja. Dean lelah menulis, semuanya telah diselesaikan, tinggal mewarnainya.
"Tampak bagus..."
"Kelas akan dikunci, Nak. Semua orang sudah pulang, tapi mengapa kamu masih di sini?" tegur pak Benny sekuriti di sekolah. "sebentar lagi, Pak. Sepuluh menit," jawabnya.
Dia membereskan semua peralatan gambar dan buku-buku pelajaran. Sebuah benda berkilauan di bawah meja. "Eh, apa itu?" Dia pungut benda itu.
Oh, ini hanya sebuah pena biasa lalu menyimpannya.
...----------------...
Di rumah, Dean menaruh tasnya setelah masuk ke pintu utama. Duduk bersandar di sofa cokelat. Sisi—seekor pudel putih datang menghampiri dan menjilati kaki tuannya.
"Kamu sudah lapar, ya Sisi?" tanya Dean mengusap bulu-bulu putih Sisi.
Dean mengambil makanan hewan di rak bawa, membuka laci ke dua, menuangkan susu dan makanan khusus anjing pudel. Lalu Dean pun segera mandi....
Ia merasa lantai kamar mandinya bergetar.
"Gempa!?" serunya panik.
Dean segera menyambar handuk yang ada di sudut pintu kamar mandinya dan melilitkan ke tubuh lalu berlari keluar. Akan tetapi, tiba-tiba saja ia terpeleset.
BRAK!
"Aduh, sialan!" dia mengusap kepalanya yang terbentur.
Dean berpegang di gagang pintu. Serta Merta lantai kamar mandinya miring dan menjadi terbalik. Dean pun oleng karena ketakutan, ia berpegang pada satu sisi dinding dan menyenderkan tubuhnya di dinding agar tak jatuh. Namun, sia-sia saja sikap tubuhnya. Dean malah terjerembab dan lantai kamar mandi bergerak lagi ke samping. Dean terlempar ke kanan.
ARGH!!
"Ada apa ini heh, kenapa lantainya terbalik?"
Di tengah kepanikan, Dean berusaha berpikir jernih. Ia menganggap keadaan ini hanya ada di dalam dunia imajinasi saja. Ini tak nyata.
Dean memukul dan mencubit pipinya. Ia merasa sakit.
"Apa yang terjadi? Apa ini?"
"Aaaaaaaaaah! Ayah, ibuuuu tolong!"
Dean sadar, percuma ia berteriak-di rumah ia sendirian. Kedua orangtuanya sedang berlibur ke luar negeri. Ia hanya berdua dengan seekor pudel. Terdengar gonggongan Sisi. Pudel itu rupanya berada di depan pintu kamar mandinya.
"Sisi jangan ribut!" Dean merangkak. Ia merasa kamar mandi itu tidak lagi dalam posisi normal. Miring persis bentuk jajaran genjang, atau biasa disebut bentuk layang-layang. "Aku harus keluar!"
Dean berhasil sampai di depan pintu kamar mandinya. Ia berusaha meraih gagang pintu.
Klik ... Klik (bunyi gagang pintu)
Dua kali ia memutar dan mendorong paksa. Pintu itu seperti besi yang kokoh, bergeming. Ia tidak berhasil keluar. Hewan peliharaan Dean terus ribut menyalak. Ia harus berpikir jernih. Harus!
"Sisi, diamlah!"
Dean melihat sekeliling. Ia mendapatkan ide. Ada handuk yang terjatuh tadi dan tangkai tirai di bathtub. Dean pun meraih tirai itu perlahan-lahan dan berhasil. Ia memasukkan tiang besi ke bagian bawa pintu, sialnya. lubang garis pintu terlalu kecil untuk tiang korden. Dean terpaksa mendobrak pintu. Ia mengambil posisi, berlari dan mendobrak keras berkali-kali.
Dean pun berhasil keluar dalam keadaan yang kacau. Sysi menjilati tuannya. Ia melihat tuannya terluka.
"Oh sial, apa yang terjadi. Mengapa kamar mandinya seperti ini?" Dean panik.
Dean masih tidak percaya lantai kamar mandinya berubah dan bergeser membentuk layang-layang. Ia ragu, apa ini rumahnya atau ia sudah tidak tinggal di rumah. Pernah ia bermimpi, ia berada di dimensi waktu yang lain. Bukan dimensi bumi, ia telah berpindah ke dimensi yang lain. Itu hanyalah mimpi seorang bocah. Dean merasa agak pusing. Ia pun berdiri masuk ke kamar lalu tertidur.
Di dalam mimpi, Dean melihat dirinya berada di tempat yang aneh. Ia berada di langit. Langit yang luas, awan-awan abu-abu dan beberapa ekor burung terbang melintasi dirinya. Seorang penunggang kuda berjalan cepat ke arahnya lalu menabraknya.
"Dean Alexandre. Ternyata pemuda ini sudah dewasa Lama tidak berjumpa, Dean!"
Dena termangu. Ia berada di bawah kaki kuda hitam dan penunggangnya.Siapa orang ini kok kenal denganku? Gumamnya.
"Welcome to Sky High, Dean Alexandre!"
"Hah? Apa?!"
Apa maksudnya? Siapa penunggang kuda itu, dan apa maksudnya dengan ... High apa, Sky high katanya? High yang itu—tapi tidak mungkin, kan. Itu cuma di buku ku. Buku gambar dengan cerita anak-anak. Mustahil!
Continue _
Karya ini merupakan karya jalur kreatif
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
polacirius
Masih mendinglah dibandingkan Fisika😣
2024-02-18
0
Rara
baca ulang ndak di skipp
2024-01-29
0
Rara
jangan2 ... itu benda ajaib yg bikin dean pindah ke dunia dimensi? 😅
2024-01-29
0