Secret Love
"Yuhuuu, aku lepas dinas yah kak" ucap Ara dengan sangat riang.
"Mau kemana lagi lo bocah? Senang banget lepas dinas" tanya Yuyun, teman Ara yang kebagian dinas pagi.
"Mau main sama baby Ale dan tidur seharian" jawab Ara dengan sangat semangat. Ia telah berganti pakaian. Tadi mengenakan setelan pakaian OK selama berada di ruangan, kini berganti menjadi pakaian biasa.
"Eh, ponakan lo pasti makin gembul" Yuyun memang sudah sangat lama tidak melihat ponakan Ara.
"Nantilah baru ku bawa main" janji Ale.
Ale lalu berjalan ke lantai 1 rumah sakit, lebih tepatnya ke tempat parkir rumah sakit dimana motornya berada. Sesekali Ara membalas sapaan bidan ataupun dokter yang berpapasan dengannya.
Ara bekerja di rumah sakit Cakrawala. Ujung selatan pulau. Rumah sakitnya berdiri kokoh di 100 Meter dari laut yang diberi pembatas pagar besi dengan ketinggian 2 meter untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Di depan rumah sakit, ada beberapa lapangan yang dibatasi dengan pepohonan tinggi yang berjejer. Sementara di sisi kanan bangunan rumah sakit adalah tempat dimana para tentara berada, entah apa namanya. Meskipun papanya Ara adalah seorang tentara, namun perempuan itu tidak tahu banyak hal tentang instansi tersebut.
Ara menoleh ke kiri dan ke kanan sebelum menarik gas motornya, tentu saja demi keamanan.
Ckiit
Suara ban yang berdecit itu membuat Ara juga ikut menghentikan laju motornya. Ia menoleh ke kanan, sebuah mobil berhenti tidak jauh darinya, hanya tersisa beberapa centimeter.
"Kalau mau mati, jangan pilih cara yang begini, dek" ucap si pengendara. Pengendara itu bahkan turun dari mobilnya.
"Maaf, om" ucap Ara. Ia tidak ingin masalah semakin membesar.
"Ada yang luka?"
Ara menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada, om. Terima kasih " Ara lalu kembali melajukan motornya.
Lelaki itu menghela napasnya. Kenapa saya bisa se-gegabah ini? Tanyanya dalam hati, sebelum kembali memasuki mobilnya dan menduduki kursi kemudi. Ia harus buru-buru ke bandara karena suatu hal.
✨✨✨
"Mamiii" teriak Ara dari teras rumah. Gadis itu tinggal bersama om dan tantenya yang ia panggil mami dan papi. Sedangkan orang tuanya tinggal di provinsi sebelah yang masih berada di pulau yang sama. Hanya saja jika ingin bertemu, salah satunya harus melewati jalur udara untuk mengefisienkan waktu.
"Kebiasaan nih teriak-teriak" Anala mencubit pipi anaknya, lebih tepatnya ponakan dari suaminya.
Ara hanya meringis saja.
"Mandi dulu!" suruh Anala.
"Aye-aye mami" tidak menunggu lama, Ara berlari kecil menaiki anak tangga yang menghubungkannya dengan lantai atas.
Tidak ingin membuat baby Ale menunggu lama, kurang dari 20 menit Ara sudah selesai.
"Cucu grandma baik-baik saja, gak rewel juga kok" beritahu Anala.
"Iya dong, baby Ale gak boleh rewel yah sayang, kasihan grandma nya " Ara menemani bayi dalam dekapannya itu bercerita, meskipun respon yang diberikan hanya matanya yang berkedip-kedip atau tawa khas bayi berumur 4 bulan.
"Kata papi, papa dan mama kamu mau datang berkunjung" beritahu Anala.
"Iya, mi. Semalam mama juga menelpon, bertanya mau dibawakan apa. Padahal kalau rindu, Ara bisa ke sana, biar papa dan mama bisa beristirahat saja"
"Mana ada papamu beristirahat nak? Kak Adiyaksa tuh tipe orang yang gak bisa diam, lihat saja sekarang, diumurnya yang masih 54 tahun, beliau sudah menjadi Mayor jendral."
Ya, Aurora adalah putri seorang mayor jenderal yang memegang kekuasan di daerah ko***dam IV/ ATLANTIS RAYA. Lebih tepatnya dibagian ibu kota negara dan sekitarnya.
Karena itu, Endra, sang adik meminta izin agar Ara ikut dengannya saja. Selain karena ingin merasakan jadi orang tua, alasan lainnya adalah karena kasihan kepada Ara yang harus ikut pergi kesana-kemari saat papa dan mamanya kunjungan. Meskipun begitu, Adiyaksa tidak benar-benar meninggalkan anaknya, sebisa mungkin ia mengunjungi anaknya satu hingga 2 kali dalam sebulan. Lelaki itu tentu telah melakukan segala cara agar anaknya ikut dirinya ke Atlantis, namun Ara menolak.
"Istirahat gih, baby Ale udah tidur tuh" suruh Anala pada putrinya.
Ara mengangguk. Ia mengubah sofa disebelahnya agar membentuk bed. Lalu merebahkan badannya di atas sana sambil memeluk anak kecilnya. Meksipun Ale hanya keponakannya, tapi Ara benar-benar menganggapnya seperti anak sendiri.
Anala menggelengkan kepalanya. Ia cukup takjub dengan tingkah putrinya yang tenang dan damai itu, hingga bisa menyebarkan kedamaian pada orang-orang sekitarnya.
Saat jarum jam menunjukkan angka 12 siang, barulah Ara bangun dari tidurnya, namun tidak mendapati Ale di sisinya. Sepertinya bayi itu sudah diambil alih oleh Anala.
"Wuihh, putri tidur kita sudah bangun nih"
Suara itu membuat Ara dengan cepat menoleh dan mendapati muka tengil kakaknya. Meskipun umur kakaknya sudah 29 tahun, keisengan lelaki itu tidak surut sedikit pun. Seperti sekarang, ia menggelitiki adiknya.
"Mbaaaak, tolong" teriak Ara.
"Kak!" teriak Ayra, istri dari kakaknya Ara.
"Dih, curang, sukanya ngadu" Tama merengut.
"Gendong dong kak" Ara menjulurkan dua lengannya, meminta kakaknya untuk menggendongnya.
Tama lalu mengangkat adiknya bak karung beras, membuat gadis 20 tahun itu tertawa girang.
Pemandangan itu membuat Ayra dan Anala mengusap dadanya, mohon bersabar.
"Tumben ke sini?" heran Ara.
Tama dan istrinya memang masih berada di provinsi yang sama dengan Ara, hanya saja berbeda kabupaten.
"Papa dan mama yang minta" jawab Ayra.
"Paham paham, kalau papa dan mama gak minta, berarti gak kesini dong?"
"Heh, bocah, kamu gak lupa ingatan kan? Perasaan baru weekend kemarin kita berpisah deh" Tama menyentil kening adiknya yang duduk sambil menyandarkan kepalanya pada bahunya.
Ara hanya cengengesan saja. Apa yang Tama katakan memang benar adanya, kakak dan mbaknya memang mengunjunginya nyaris tiap pekan.
"Kerjaan aman?" tanya Ayra.
"Aman gak aman, mbak. Mbak tahu sendiri gimana kalau banyak cito tapi stok jass menipis dan steam juga error, ingin rasanya re-sign aja, mana dokternya juga suka teriak" curhat Ara.
"padahal papi sudah bilang, gak usah kerja. Di rumah sajalah temani mami menghabiskan uang" ucap Anala enteng.
"Ini nih yang bikin nih bocah gak mau pulang. Karena mami terus manjain dia. Bener kan bocah, kamu gak mau pulang karena gerakan kamu terbatas di sana?" tuding Tama.
"Kakak tuh pinter deh. Ya iya dong, siapa juga yang mau di kawal terus, padahal aku kan bukan putri raja" ringis Ara. Ia membayangkan saat dirinya masih kecil, ia akan diantar jemput sekolah oleh anggota papanya. Kemana-mana juga mesti diikuti. Hal itu membuatnya tidak bisa bermain-main jauh dari rumah, padahal ia salah satu makhluk bumi yang paling aktif saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nur Ain
yah anak tentera ada pangkat lak LG la
2024-03-30
2
Arwet Bach
ayoook semangat Author ku, sehat slalu ya.Aamiin
2024-03-28
1
Zhu Yun💫
Lanjut kakak.... 👍
2024-02-28
1