Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, sepulang dari kantor, Endra mengajak istri dan kedua ponakannya serta menantunya untuk dinner di luar.
"Gak nunggu sampai papa datang saja, pi?" tanya Ara.
"Nunggu kak Adiyaksa lama, sayang. Kalau papa kamu datang, kita dinner lagi" jawab Endra. Lelaki itu memilih profesi berbeda dengan kakaknya. Adiyaksa memilih menjadi prajurit, sedangkan Endra memilih menjadi pebisnis. Namun hal itu tidak membuat hubungan keduanya renggang, malah semakin terikat, apalagi sejak Ara tinggal dengannya.
Mereka berangkat menggunakan mobil yang sama, dan yang menjadi sopir tentu saja si tuan muda Tama. Dua lelaki di depan sibuk dengan urusan pekerjaan, sementara tiga perempuan lainnya sedang asyik berbincang tentang apapun yang tidak menyangkut pekerjaan.
"Ara mau ke toilet dulu"
Mendengar ucapan iparnya, Ayra dengan tahu diri mengambil alih stroller yang diatasnya ada baby Ale. Sayang sekali baby Ale tidak mau ikut dengannya, padahal ia juga ingin merasakan menjadi seorang ibu. Umurnya sudah 28 tahun, pernikahan nya sudah memasuki tahun ke 4 namun ia belum diberikan kepercayaan untuk menjadi seorang ibu.
Briuuukk
Ara terhempas ke dinding, mungkin karena tidak terlalu memperhatikan sekitarnya, hingga ia menabrak - atau ditabrak seseorang?
"Maaf, dik" ucap seorang perempuan yang berambut kikis.
Ara tersenyum.
"Gak apa-apa, kak" katanya.
"Ada apa Alexi?" tanya seorang pria.
Ara menatap pria itu, pria yang sama- yang nyaris menabraknya di jalan tadi pagi.
"Tadi gak sengaja nabrak adik ini, kak" beritahu perempuan tadi, yang Ara dengar namanya adalah Alexi.
Pria tadi lalu mengikuti arah tunjukan dagu Alexi, sebelah alisnya terangkat.
"Kamu yang nabrak dia atau dia yang nabrak kamu?"
"Eh.."
"Maaf, kak. Benar ucapan om barusan, bisa jadi tadi sayang tidak melihat jalan hingga menabrak kakak. Maaf" Setelah mengatakan hal itu, Ara bergegas memasuki toilet.
"Kakak kenapa sih?" tanya Alexi pada lelaki di depannya.
"Gak kenapa-kenapa sayang" Altair mengacak pelan rambut Alexi, sebelum mengajaknya pergi.
✨✨✨
"Lho, mau kemana?" tanya Anala.
"Ke rumah sakit, mi. Kak Arumi tiba-tiba nge-chat, minta tukaran shift, suaminya sakit katanya." jawab Ara. Karena ini hari Senin, ia berpakaian rapi. Setelan kerja khas penunjang di rumah sakit Cakrawala berwarna hijau jade dan juga wedges berwarna hitam polos.
"Terus nanti gak ikut jemput mama?" tanya Ayra.
"Mama landing jam berapa?"
"Jam setengah 3 siang kayaknya."
"Kalau gak sempat, nanti Ara kabarin " jawab Ara kemudian. Ia berjalan mendekati stroller Baby Ale, lalu menunduk agar bisa mencium pipi bayi yang sedang berjemur itu.
"Hati-hati" Ucap Endra.
Ara mengangguk. Ia lalu berjalan mendekati Tama, lalu menodongkan telapak tangannya.
"Apa?" tanya Tama heran.
"Uang jajan, kak" rengek Ara.
Tama menghela napasnya. Ia mengeluarkan selembar uang merah dari dompetnya, lalu memberikannya kepada si adik.
"Thanks ma Bro" Ara mengecup pipi kakak laki-lakinya.
Hal itu lantas membuat yang lain terkekeh geli, kecuali Tama tentu saja yang sedang menahan senyumnya.
"ASI nya baby Ale ada di kulkas" ucap Ara sebelum pergi.
Untung saja tadi ia cepat membuka ponselnya dan melihat chat Arumi. Ara iya-iya saja, tanpa memperhatikan berapa banyak pasien yang sudah menantinya.
Saat memarkirkan motornya, ia dibuat heran. Ada banyak tentara yang berdiri di sekitar rumah sakit. Ya dia tahu jika dekat dari sini ada batalyon, tapi tidak begini juga.
Kebingungan Ara semakin menjadi-jadi saat para tentara itu tidak hanya berada di area parkir, melainkan sampai ke lantai 3 rumah sakit, lebih tepatnya sampai di ruang tunggu yang tidak jauh dari pintu ruangannya. Untuk sampai di pintu ruangannya, Ara harus melewati ruang tunggu yang terdapat banyak tentara duduk di sana. Ini jam berapa sih? Perasaan tadi aku berangkatnya pagi deh? Kok udah ramai saja? Apakah ada cito? Apa pula hubungannya cito dengan bapak-bapak tentara ini? Tanya Ara dalam hatinya.
"Maaf, dek, administrasi untuk kelengkapan berkas dimana yah?" tanya seorang lelaki.
Ara mengangkat wajahnya, matanya berkedip-kedip heran, diantara banyaknya orang di ruang tunggu, kenapa ia harus bertemu dengan lelaki ini lagi?
Rupanya tidak hanya Ara yang terkejut, Altair pun sama.
"Si-sini, saya antar om" ucap Ara cepat setelah berhasil menguasai dirinya.
Ia mengantarkan Altair hingga di depan ruang administrasi, dimana seorang dokter sudah menunggunya. Ara bisa menebak, jika salah satu pasien pre-OP hari ini bukan orang sembarangan. Hal itu terbukti saat ia hendak kembali menuju ruangannya dan mendapati direktur ikut duduk di ruang tunggu, di sebelah pria yang Ara tebak seumuran papanya.
"Pasiennya siapa sih?" tanya Ara pada Yuyun. Yuyun dan Arumi memang satu shift.
"Istrinya pangdam, Ra" jawab Yuyun.
Mereka bekerja sambil bercerita.
Hingga saat jarum jam menunjukkan angka 10, operasinya selesai.
"Ara, tolong serahkan barang pribadi pasien kepada keluarganya" titah dokter Rifai.
Ara lalu meninggalkan kamar operasi dan membuka pintu di depannya.
"Keluarga ibu Giandra Hirawan?" panggil Ara.
"Di sini" yang menjawab adalah direktur.
Ara lalu berjalan ke ruang tunggu, kepalanya masih tertutupi nurse cup agar rambutnya tidak terjatuh saat di kamar operasi.
"Ada apa dik?" tanya lelaki paruh baya yang berambut cepak.
"Maaf, pak. Ini adalah barang pribadi milik ibu." ucap Ara sambil memberikan sebuah plastik transparan yang berisi cincin, anting dan juga kalung.
"Terima kasih"
Ara lalu menunduk sejenak sebelum kembali memasuki ruang transfer pasien.
"Kok bisa barang pribadinya ikut masuk?" heran Ara.
"Pasiennya tuh cito. Gak sampai sejam di IGD langsung di dorong ke OK. Mungkin gak ada yang berpikir sampai ke sana" jawab Yuyun.
Pasien tadi adalah pasien pertama untuk hari ini. Namun baru satu pasien saja, Ara bahkan sudah kelaparan.
"Tahan, bentar lagi istirahat" Yuyun menyemangati Ara.
Ara mengangguk.
Jika ada yang mengira jika Ara adalah seorang perawat, perkiraan kalian tentu saja salah. Ara adalah lulusan kesehatan masyarakat yang mengabdikan diri di salah satu unit rumah sakit yang bernama CSSD. CSSD adalah singkatan dari Central Sterile Supply Departement. Jika ada yang ingin tahu lebih jauh, silahkan searching sendiri menggunakan ponsel yang ada ditangan kalian masing-masing.
Ara bersorak senang saat melihat jarum jam sudah menunjukkan angka 12 siang. Waktunya istirahat, waktunya makan juga. Perutnya sudah meronta-ronta sejak tadi.
Di ruang makan sudah banyak orang, rupanya tidak hanya Ara yang kelaparan. Dan dari orang-orang tersebut, Ara tahu jika pasien tadi memanglah istri dari pangdam V/ MAHALAGA RAYA. Ia tentu mengerti dengan segala keistimewaan yang ia saksikan tadi, apalagi rumah sakit ini adalah salah satu primadona yang ada di selatan Mahalaga. Jika ingin ke rumah sakit militer, butuh waktu setidaknya 2 jam perjalanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Asmainiati Pelis
Teruus orang tua baby ale siapa?
2024-04-18
2
Yunita
baby ale ini anaknya siapa ya?
2024-04-12
1
Arwet Bach
Ara keren bingiiiit
2024-03-28
1