Kediaman Endra sudah ramai dengan pejabat tentara yang datang. Banyak mobil dinas yang tersusun rapi di halaman rumahnya yang sangat luas. Tidak hanya mobilnya, ada ratusan om-om tentara yang berpakaian rapi dengan setelan jas. Sebab mereka harus mengawal Panglima TNI beserta jajarannya untuk menjadi saksi sebentar lagi.
Hari ini, 1 Januari ajak dilangsungkan pernikahan dua anak pangdam, siapa lagi jika bukan Lettu Inf Altair Nayaka Aryasetya dan Aurora Denaya Bagaskara.
Jika semalam mejanya hanya berbentuk garis lurus, maka beda lagi dengan pagi ini. Mejanya di jadikan dua baris namun saling berhadapan, sementara di tengah-tengahnya ada meja lagi yang berukuran 1x2 meter. Disisi panjangnya ada 4 kursi yang saling berhadapan, sementara di sisi kirinya ada 2 kursi yang saling berhadapan.
Adiyaksa duduk tepat di hadapan Altair. Di sebelahnya Adiyaksa ada pegawai dari KUA. Sementara di sebelah Altair ada Hirawan yang mendampingi putranya. Sementara di dua sisi lainnya ada Endra dan pak Andika, selaku saksi.
"Pak Altair sudah siap?" tanya pegawai KUA.
"Siap, sudah" jawab Altair tegas.
"Silahkan pak!"
Adiyaksa lalu menjabat tangan kanan Altair.
"Altair Nayaka Aryasetya, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandung saya yang bernama Aurora Denaya Bagaskara dengan mahar logam mulia 99 gram, uang sebesar 9999 euro, tunai!"
Aurora yang sedang berada di kamarnya, tidak sanggup menahan air matanya. Papanya telah menyerahkan segala tanggung jawabnya kepada lelaki yang sedang dijabat tangannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aurora Denaya Bagaskara dengan mahar logam mulia 99 gram, uang sebesar 9999 euro, tunai!"
"Bagaimana para saksi?"
"SAH"
Ayra dan Ara bisa menyaksikan proses akad di luar sana lewat TV di depannya. Ayra membantu Ara mengusap air mata adik iparnya.
"Adik mbak sudah jadi milik orang" ucap Ayra.
"Bahagia terus yah sayang" harap Ayra.
"Terima kasih, mbak"
Pintu dibuka dari luar, nampak Anala terlihat sangat cantik di usianya yang ke 45 tahun dengan kebaya silver dan rok batik berwarna merah maroon. Di gendongannya ada baby Ale.
"Ayo sayang, sudah ditunggu" ajak Anala.
Ara lalu berdiri. Ia terlihat sangat cantik dengan pakaian khas suatu daerah.
"Cantik sekali hmm" Anala tidak pernah berhenti memuji putrinya.
"Siapa dulu dong yang bikin bajunya" bangga Ara.
"Sudah bisa cengengesan yah kamu dik. Yang kalem, di bawah ada panglima dan ibu" Ayra mengingatkan adiknya.
"Iya, mbak"
Ara berjalan di tengah. Ia di papah oleh Tama dan Ayra memasuki tempat akad. Semua mata tertuju padanya. Tidak ada yang berlebihan dengan pakaiannya, malah semuanya terkesan sederhana. Namun siapa yang tidak sependapat dengan kecantikan Ara yang bahkan jika tidak di make-up pun akan terlihat cantik.
Altair saja sampai tidak bisa berkata apa-apa saat matanya melihat Ara tersenyum sambil menyapa beberapa kerabatnya.
"Cantik sekali anak kamu, dik. Kamu sembunyikan dia dimana? Sampai-sampai saya tidak pernah melihatnya." ucap Bu Netty Andika.
"Siap ,terima kasih bu. Izin menjawab, dik Ara tinggal di sini bersama adik dari bapaknya" jawab Arawinda.
"Sungguh beruntung dik Hirawan mendapatkan menantu secantik itu."
"Izin, terima kasih, bu. Saya memang sangat beruntung " kini Gea yang menjawab.
Ara menghentikan langkahnya di depan Altair yang terlihat tampan dengan baju labbunya dan juga lipa' sabbe yang senada dengan pakaiannya.
"Tolong dijaga dan di bimbing adik kecilku ini" ucap Tama.
"Baik, kak. Terima kasih " Altair mengangguk. Sambil meraih tangan Ara yang disodorkan oleh Tama.
"Kedua pengantin dipersilahkan untuk naik ke pelaminan" ucap MC.
Altair menggandeng tangan Ara naik ke pelaminan.
"Bisa itu roknya?" bisiknya.
"SUIT SUIT"
"BISIK BISIK TETANGGA!"
"AKU PADAMU DANTONKU!"
Para om-om tentara berteriak heboh, sebagai bentuk rasa senangnya karena sang danton menikah.
"Anak perempuannya hanya dik Ara? Gak ada yang lain lagi kah?" tanya bapak panglima.
"Siap, izin menjawab. Anak perempuan saya hanya dik Ara, pak"
"Kok saya tidak pernah melihatnya?"
"Izin menjawab, dik Ara tinggal di sini bersama adik saya, pak. Tidak banyak orang yang tahu jika putri kecil di atas sana adalah anak saya" jawab Adiyaksa.
"Dik Hirawan, bagaimana perasaannya sekarang? Senang dong yah besanan dengan sahabat sendiri."
"Siap, senang, pak." jujur Hirawan.
"Untung saja dik Ara ini tersembunyi, kalau saya yang lihat duluan, sudah saya jadikan menantu sejak dulu "
"Siap, pak. Mohon izin, dik Ara sudah menjadi menantu saya" kata Hirawan.
"Di dekat Lettu Altair itu siapa?" tunjuk pak Andika ke atas pelaminan.
"Izin menjawab, anaknya pak Hirawan " jawab Adiyaksa.
"Dik Hirawan juga punya anak perempuan? Kok saya gak pernah lihat?"
"Siap, punya komandan. Sejak usia 18 tahun sudah masuk ke dunia militer, jadi jarang terlihat "
"Hebat-hebat. Kalau bisa yang ini untuk saya yah. Gak apa-apa kan punya menantu bukan prajurit?"
"Izin, pak. Semuanya tergantung pilihan anak saya"
"Baiklah, siapkan dirimu untuk itu" Pak Andika menepuk pundak Hirawan dua kali.
"Enak saja kalian besanan, saya juga mau lho ini." ucap pak Andika lagi.
"Dipersilahkan kepada bapak dan ibu Andika untuk foto bersama dengan pengantin." suara MC itu membuat Andika berdiri dari tempat duduknya.
"Silahkan pak!" Adiyaksa mempersilahkan Andika.
Andika membantu bu Netty menaiki pelaminan.
"Selamat letnan atas pernikahannya" ucap pak Andika sambil menjabat tangan Altair.
"Siap, terima kasih, pak"
Sementara bu Netty bercipika cipiki dengan Ara.
"Halo Ny. Aurora Altair" sapa bu Netty.
"Selamat siang, bu. Terima kasih karena telah berkenan menghadiri acara pernikahan kami" ucap Ara.
Bu Netty tersenyum hangat.
"Cantik sekali kamu, dik" pujinya.
"Siap, terima kasih bu"
Ke empatnya lalu foto bersama. Setelah beberapa kali jepretan, Adiyaksa dan Hirawan juga ikut foto bersama, tak lupa mengajak istrinya masing-masing.
Tiga petinggi tentara sedang berada dalam satu frame. Kemungkinan akan membuat seluruh Atlantis gempar.
"Panggil anak-anak kalian!" ucap pak Andika.
Adiyaksa lalu memberikan kode kepada Tama dan Ayra, hal yang sama dilakukan oleh Hirawan.
"Panggil juga dik Endra dan istrinya" kata pak Andika lagi.
Cekret cekret
"Letnan, dik Ara, selamat menempuh hidup baru. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan juga kebahagiaan" ucap pak Andika.
"Siap, terima kasih "
"Terima kasih, pak"
Para ajudan juga ikut bersama dengan danton kesayangan dua pangdam.
"Mba Savannah!"
Naya menoleh. Ia langsung mengambil posisi siap saat menyadari jika yang memanggilnya adalah pak Andika.
"Siap, pak!" meskipun dalam balutan kebaya, ia tetap harus siap.
"Istri saya minta foto bersama" ucap pak Andika.
"Siap, pak. Saya akan memotret ibu dan bapak!"
"Fotonya sama kamu juga, mba" kata Bu Netty.
"Siap, bu"
Bu Netty lalu memberikan kode kepada ajudan Andika untuk memotret mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments