Ale benar-benar tidur di kamar Gea dan Hirawan. Setelah Ara menyusui bayi itu hingga terlelap, Gea menjemputnya di kamar Altair.
"Ibu tunggu adiknya Ale yah. Mohon segera di proses" ucap Gea sebelum meninggalkan kamar anaknya.
Hal itu lantas membuat pipi Ara bersemu merah. Jangankan proses adiknya Lea, kepikiran untuk tidur bersama aja gak sempat.
"Boleh tuh sarannya ibu tadi" ucap Altair tiba-tiba saat ia keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan celana selutut, tanpa atasan.
"Mas, plis deh" Ara memutar bola matanya.
"Itu auratnya tolong ditutup!" ucap Ara lagi sebelum gantian ke kamar mandi
Altair terkekeh. Ia merasa sudah gila. Untuk ukuran seseorang yang baru putus dari hubungan yang telah terjalin 7 tahun lamanya, lalu dipaksa menikah, sungguh diluar dugaan jika ia bisa tertawa lepas hanya karena berhasil mengusili istri dadakannya.
"Udah seger nih, boleh lah yah bikin dedek."
Ara yang sedang memegang handuk, melemparkan handuk itu ke Altair yang sedang berbaring di atas tempat tidur dengan sebelah tangan yang menyangga kepalanya.
"Bikin sendiri sana" ucap Ara.
"Mana bisa sendiri, Ra." Altair masih ingin menggoda istrinya.
"Udah deh, mas pindah. Ara mau tidur" ucap Ara, alisnya bahkan mencureng, seperti animasi kartun angry bird.
"Gak mau. Maunya tidur sama kamu" Altair menggeser tubuhnya, lalu menepuk space di sebelahnya.
"Kamu tidur di sini" katanya lagi.
"Au ah" Ara mengambil satu bantal lalu berjalan ke sofa. Ia lalu membaringkan tubuhnya di sana.
"Ra, aku bercanda lho. Kamu pindah gih!" ucap Altair cepat lalu berdiri.
"Moh!" Ara lalu memejamkan matanya.
"Ra, maaf elahh" rayu Altair.
"Gak lagi deh ngisengin kamu." ucap Altair yang lagi-lagi tidak mendapat tanggapan dari Ara.
Ponsel Ara berdering, ada panggilan dari Dokter Rifai.
"Ra, ponsel kamu bunyi" beritahu Altair, namun masih belum mendapat tanggapan Ara.
Ara memang berbaring menghadap ke punggung sofa, jadi Altair tidak bisa melihat apakah Ara benar-benar tidur atau hanya ngambek.
Altair lalu memeriksa Ara, istrinya memang sudah tertidur. Padahal belum lama kepalanya menyentuh bantal.
Dengan sangat hati-hati Altair mengangkat Ara menuju tempat tidur, lalu menggantikan posisi istrinya tidur di atas sofa, diiringi lagu Justin Bieber yang masih mengalun di ponsel Ara, yang sepertinya adalah nada notifikasi telpon perempuan itu.
✨✨✨
Ara terkejut mendapati dirinya tertidur di atas tempat tidur, ia segera memeriksa tubuhnya.
Aman, bajuku masih terpasang. Aku juga gak merasakan sakit pada tubuhku. Monolog Ara, lalu bernapas lega. Pandangannya lalu menyusuri sekitarnya dan tidak mendapati keberadaan Altair. Hingga suara percikan air membuatnya tersadar dan tahu jika sang suami berada dalam kamar mandi. Sambil menunggu Altair selesai, Ara merapikan tempat tidur dan menyusun bantal.
"Udah bangun aja nih tukang tidur" ucap Altair.
"Mas gak ngapa-ngapain aku kan?" tanya Ara.
"Ngapa-ngapain lah. Rugi punya istri kalau gak diapa-apain " jawab Altair dengan mimik wajah yang serius.
"Wah, pelanggaran ini, melakukan pelecehan terhadap gadis"
"Mana ada pelanggaran? Gadisnya tuh istri saya sendiri. Bebas lah mau diapain aja" Altair mengurung Ara dengan dua lengan kokohnya.
"Mas ih" Ara berusaha melepaskan tangan Altair yang melingkari pinggangnya.
Altair mendekatkan dirinya, lalu menunduk dan mencium puncak kepala Ara beberapa kali.
"Udah ih. Iseng banget."
Wajah Ara sudah memerah, hal itu lantas membuat Altair melepaskan pelukannya pada pinggang sang istri, membiarkan istrinya masuk ke dalam kamar mandi.
Dasar suami. Iseng banget. Rutuk Ara sambil menatap pantulan dirinya pada cermin.
Tidak butuh waktu lama untuk menggosok gigi dan mencuci muka, Ara segera turun ke lantai bawah untuk membantu Gea menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi menantunya ibu. Kok mukanya masih sama sih?"
"Gimana bu?"
"Belum berseri-seri "
"Ibuu" wajah Ara memerah malu.
Gea terkekeh. Bagaimana bisa ada gadis yang semanis ini? Yang bahkan kata Anala belum pernah berpacaran sama sekali.
"Ibu bercanda, sayang" ucap Gea.
"Kak Altair itu sukanya sarapan pake roti. Kalau soal makanan, gak pilih-pilih kok, gak ada alergi juga. Tapi paling suka dengan makanan berkuah, seperti bakso dan kawan-kawannya" beritahu Gea pada menantunya.
"Baik, bu. Terima kasih"
"Terima kasih untuk apa?"
"Karena ibu sudah baik ke Ara." jujur Ara.
"Oh sayangku, kenapa manis begini sih? Kamu adalah menantu pilihan ibu dan ayah. Gak apa-apa yah bukan pilihan kak Altair, tapi ibu yakin, besok lusa kak Altair akan menyadari kenapa ibu dan ayah memilih kamu" Gea mengusap rambut menantunya.
Ara mengangguk sambil tersenyum.
"Dih" cibir Altair yang menarik kursi meja makan.
"Gak usah cemburu gitu, ibu juga sayang kamu kok" ucap Gea.
"Ayah belum bangun? Tumben" heran Altair.
"Masih ngelonin cucunya "
"Ale gak rewel kan bu?" tanya Ara.
"Gak sama sekali. Bangunnya cepat, tapi gak nangis. Cuma ngoceh gitu. Nanti ibu bawa kunjungan yah."
"Ibu gak repot nanti?"
"Gak, sayang."
"Ibu pengertian sekali jadi orang tua deh. Pulangnya sore aja gak papa. Biar cucu kedua ibu segera jadi" Altair kembali usil.
Ara menatap tajam Altair, yang membuat lelaki itu mengedipkan sebelah matanya. Hal itu lantas membuat Gea tertawa senang. Rupanya putranya punya cara sendiri agar keberadaannya di-notice oleh sang istri.
Setelah sarapan, Ara memandikan Ale. Ia juga harus memastikan agar anak kecil itu kenyang. Tak lupa menyiapkan susu formula juga sebagai persiapan jika Gea pulang terlambat.
"Wuih, cantik sekali ponakan om" Altair menimang nimang Ale yang tadi dibaringkan oleh Ara.
"Kuku kuku kuku"
Sepertinya si bayi senang karena kegiatan ekstrem yang dilakukan oleh Altair, yaitu memutarkan badan mereka.
Jam 9 pagi, Gea sudah siap dengan pakaian persit nya. Ditubuhnya tersampir gendongan yang akan memudahkannya untuk menggendong Ale nanti saat tiba di lokasi.
"Yang kalem yah, nak. Jangan repotin kakek dan nenek. Okay?" ucap Ara sebelum memberikan Ale pada Gea.
"Kalian pacaran gih! Jangan di rumah terus. Kalah kalian dengan merpati" tunjuk Hirawan pada sepasang merpati yang hinggap di dahan.
Altair terkekeh kecil.
"Siap!" katanya.
Setelah mobil yang dikendarai oleh ajudan Hirawan sudah tidak terlihat lagi, Ara bergegas memasuki rumah mertua. Ia tadi belum cuci piring, makanya sekarang ia berada di depan wastafel sambil mencuci piring.
"Mbak aja, Ra. Kamu bersih-bersih gih."
"Gak banyak kok ini" tolak Ara. Ia tetap melanjutkan pekerjaannya.
Altair mengangguk saja. Ia duduk di ruang keluarga sambil menyaksikan tayangan berita di depannya. Biasalah, bapak-bapak. Nontonnya ya berita atau kalau nggak seputar olahraga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments