Dua Bocah Genius Mencari Ibu
Oek ... Oek ... Oek
Sayup terdengar suara tangisan bayi. Christiana membuka pintu dan terkejut mendapati ada keranjang bayi di depan pintunya.
"Elard! Elard! Cepat kesini! Lihat apa yang aku temukan di depan pintu."
Tangan Christiana bergetar. Dia menarik keranjang bayi itu karena tidak kuat mengangkatnya. Ini tidak hanya berisi satu bayi melainkan dua. Elard keluar dengan tergesa mendengar teriakan istrinya.
Pria berusia 47 tahun itu terkejut melihat istrinya menggendong dua bayi sekaligus di lengannya.
"Sayang, bayi siapa ...?"
"Aku tidak tahu. Jangan banyak bertanya. Sebaiknya kau panggil Raven sekarang."
Elard bergegas ke atas memanggil putranya. Mendengar keributan di depan pembantu di keluarga Houston segera keluar untuk melihat, apa yang membuat nyonya di rumah itu berteriak histeris.
"Nyonya, bayi siapa ini?" tanya bibi Jolly, pelayan tua di kediaman Houston.
"Aku juga tidak tahu. Tadiya aku ingin mengambil majalah, tapi aku mendengar suara tangisan bayi di luar. Jadi aku membuka pintu. Siapa sangka aku melihat dua bayi malang ini di lantai."
"Cuaca di luar begitu dingin. Siapa yang tega meletakkan bayi-bayi ini di luar?" ujar Bibi Jolly prihatin.
Christiana menggeleng. Dia pun juga tidak tahu. "Sebaiknya bibi datang ke pos penjaga. Suruh mereka mengecek rekaman CCTV."
Setelah bibi Jolly berlalu pergi, Elard datang bersama Ravenhart putranya. Ravenhart atau yang biasa disapa Raven tertegun sejenak memandang dua bayi yang ada di lengan ibunya. Pikirannya seketika tertuju pada satu wanita yang selama ini dia cari.
Tak berpikir panjang, Raven berlari keluar seperti orang kesetanan. Malam itu cuaca sangat dingin. Salju turun dengan lebat. Namun, Raven sama sekali tidak peduli. Pria itu menerjang hujan salju keluar melewati gerbang rumahnya dengan pakaian tipis.
Elard yang melihat putranya berlari segera mengikuti Raven. Dia khawatir putranya akan bertindak nekat.
"Son, apa yang kau cari?"
"Dad. Aku tahu siapa yang meletakkan mereka di depan pintu rumah kita. Aku yakin itu dia. Aku harus menemukannya, Dad."
"Kita masuk dulu. Kau tidak akan menemukannya. Salju turun begitu lebat."
"Tapi, Dad ...."
"Masuklah dulu! Kita bicarakan ini di dalam." kalimat yang dikatakan Elard terdengar lembut. Namun, penuh dengan ketegasan. Mau tak mau Raven mengikuti ayahnya.
Begitu memasuki rumah, Elard menggigil kedinginan. Bibi Jolly membawa dua handuk besar dan menyerahkannya pada Elard dan juga Raven.
Bibir Raven sudah membiru. Namun, dia tidak terlalu peduli dengan dirinya sendiri. Dia ingin mendekat untuk menyentuh ayi-bayinya, tapi Christiana menghentikannya.
"Kau mau membuat dua bocah ini kedinginan. Ganti bajumu dulu dan segera turun," ujar Christiana. Dia berbicara dengan pelan karena tidak ingin mengagetkan dua bayi laki-laki yang telah terlelap di lengannya.
Tanpa menunggu komando dari istrinya, Elard juga bergegas menuju kamarnya. Dia berganti pakaian dengan secepat kilat. Meski dia tampak menahan marah, tapi dia berusaha tetap menjaga ketenangan.
Raven segera mendekati ibunya begitu dia selesai berganti baju. tatapan matanya yang semula penuh kegelisahan seketika melembut melihat dua bayi di hadapannya itu.
"Bibi, tolong jaga mereka. Aku perlu berbicara dengan Raven dan Elard."
"Baik, Nyonya."
Christiana memberi isyarat pada Raven agar mengikutinya. Raven dengan patuh mengikuti langkah ibunya masuk ke kamar. Elard yang kebetulan akan keluar, berhenti dan memandangi interaksi ibu dan anak itu.
Dia melihat raut kecewa di wajah istrinya. Elard tidak banyak bicara. Dia duduk di sebelah istrinya sementara Raven duduk di hadapan kedua orangtuanya.
"Raven, apa kau bisa menjelaskan apa yang terjadi? Dari gelagatmu, mommy tahu ada yang sedang kamu sembunyikan dari kami, kan?"
Raven menunduk sesaat dan mengusap wajahnya kasar. Saat dia mengangkat wajahnya, matanya terlihat memerah. Christiana bisa melihat kesedihan yang begitu dalam di wajah putranya.
"Mom, aku membuat kesalahan 10 bulan yang lalu. Aku terlalu mabuk malam itu, aku tidak sengaja menodai seorang gadis." Raven terdiam sebentar dan menarik napas dalam-dalam.
"Aku pria pertamanya. Aku sudah berkata ingin bertanggungjawab jika dia hamil karena perbuatanku. Aku sudah meninggalkan kartu namaku. Aku tidak mengira, setelah sekian lama dia justru datang hanya untuk meletakkan bayi-bayi itu."
Mendengar penuturan putranya, Kemarahan semakin menguasai hati Christiana, dia benar-benar kecewa. Christiana berdiri dan menampar wajah Raven dengan keras.
"Kau merusak seorang gadis dan kau hanya mengatakan kalimat basa-basi seperti itu? Kau sama saja merendahkan harga dirinya, Raven. Apa kau tahu itu?" Christiana yang tidak terbiasa marah, kini meninggikan suaranya.
"Mom, aku ...." Raven kehilangan kata-katanya. Apa yang ibunya katakan benar.
"Sayang, sabarlah. Sekarang tugas kita untuk mencari gadis itu."
Christiana menangis sesenggukan sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Bagaimana aku bisa membesarkan seorang b*jingan sepertinya? Kenapa kau tidak berpikir tentang nasibnya setelah kau merusaknya? Kenapa?"
Christiana tidak melanjutkan ucapannya. Dia tiba-tiba tak sadarkan diri sangking marahnya. Elard dan Raven panik melihat Christiana seperti ini.
Elard membaringkan Christiana di sofa. Dia melotot tajam pada Raven.
"Jika terjadi sesuatu yang buruk pada istriku, bersiaplah. Aku akan membuatmu hidup menderita, Son."
Elard lantas mengambil ponselnya dan menghubungi dokter keluarga. Raven keluar dari kamar orangtuanya dengan langkah lunglai.
Raven berjalan menuju ke kamar tamu di mana kedua bayinya ditidurkan. Raven masuk dan melihat bibi Jolly memberikan sebotol susu untuk salah satu bayi.
"Tuan muda."
"Bagaimana keadaan mereka?"
"Mereka haus. Beruntung wanita yang meninggalkan bayi-bayi ini masih memiliki nurani. Dia meninggalkan beberapa kantong asinya dibawah bayi-bayi ini tadi. Oh iya, Tuan ...." bibi Jolly menjeda ucapannya. Dia merogoh kantongnya dan menyerahkan sepucuk surat di tangannya kepada Raven.
Raven duduk di tepi ranjang. Dia membuka surat yang kemungkinan ditulis oleh gadis itu.
Teruntuk Kamu,
Maaf jika aku baru datang sekarang dan mungkin aku mengacaukan hari-harimu setelahnya. Aku tidak tahu bagaimana cara membesarkan bayi-bayi ini. Aku memberi mereka nama King Arlo dan Leonard Davin, jika kau tidak suka kau boleh mengantinya. Sekali lagi maafkan aku jika aku harus merepotkanmu. Aku tidak bisa menjamin keselamatan mereka jika mereka terus berada di sekitarku. Jadi aku harap kau bersedia merawat mereka.
Seravina
Raven mengusap tulisan tangan yang terlihat begitu lemah dan halus itu. Hatinya berdenyut nyeri. Dia bukannya tidak berusaha mecari, tapi dia selalu terhalang untuk menemukan keberadaannya, dia berpikir mungkin latar belakang gadis ini tidak biasa.
"Seravina." Bibir Raven menyebut nama gadis itu. Dia lantas mengalihkan tatapannya pada dua bayi laki-laki di sampingnya.
"King, Leonard, mulai sekarang aku akan menjaga kalian."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌
2024-10-02
0
Rossi
aku mampir thor
2024-06-04
0
Asih Ningsih
hadir juga
2024-03-31
0