Malam ini, ini kali pertamanya Seravina makan bersama dengan kedua anaknya dan juga Raven. Gritte dan suaminya memberi kesempatan pada mereka untuk merasakan utuhnya sebuah keluarga.
"Bu, kenapa nenek dan kekek buyut tidak mau makan dengan kita?" tanya King.
"Itu karena nenek dan kakek buyut ingin kalian berdua bisa merasakan momen kebersamaan dengan formasi keluarga yang seperti ini. Apa kalian mau nenek dan kakek buyut ikut makan dengan kita? Ibu bisa memanggilkan mereka."
"Tidak perlu, Bu! Kita harus menghargai usaha kakek dan nenek buyut. Malam ini saja kita makan berempat. Besok dan seterusnya, Kita ajak kakek dan nenek buyut makan bersama kita," ujar King buru-buru. Dia khawatir ibunya akan segera berdiri dan memanggil kakek dan nenek buyutnya.
"Makanlah. Maaf jika seadanya." Seravina mempersilahkan Raven untuk makan. Meski sudah berusaha keras, tapi keduanya masih terlihat canggung sekali.
"Kalian besok harus masuk sekolah." Sebelum Raven mulai makan, dia mengingatkan kedua putranya untuk masuk sekolah.
"Tidak bisakah kami libur 1 hari lagi? Lagi pula materi yang guru sampaikan sudah kami kuasai, Yah."
"Tidak ada bantahan. Kalian harus sekolah. Jika kalian tidak mau masuk sekolah, maka ini akan jadi pertemuan terakhir kalian dengan ibu."
Wajah Leonard dan King langsung memucat. Seravina memandangi Raven dengan kesal.
"Kenapa kau mengancam mereka? Tidak bisakah bicara dengan mereka baik-baik?" tanya Seravina ketus. Dia lantas menoleh pada kedua putranya. Ekspresi wajah kesal yang tadi dia tampilkan pada Marvel, seketika langsung berubah begitu Seravina menatap kedua putranya.
"Sayang, kalian harus sekolah. Ibu suka dengan anak yang pintar dan patuh. Kalian harus patuh pada ayah kalian. Ini semua demi kebaikan kalian juga."
"Baik, Bu. Kami akan berangkat sekolah besok."
Raven mendengus melihat kedua putranya lebih mendengarkan Seravina dari pada dirinya. Dan itu benar-benar membuat dia kesal.
Mereka berempat akhirnya makan tanpa bersuara. Sesekali Seravina mengambilkan potongan daging dan meletakkannya diatas piring Leonard dan King.
"Terima kasih, Bu." Leonard dan King kompak berterima kasih pada Seravina.
"Makan yang banyak." Seravina tersenyum bahagia. Dia tidak pernah memimpikan hari ini akan tiba. Semua masih tampak tak nyata baginya.
Selepas makan, mereka berempat pergi ke ruang keluarga. Leonard dan King memilih chanel TV yang memutar tentang alam liar. Raven memegang ponsel dengan tatapan dingin dan datar. Dia baru saja mendapat pesan dari anak buahnya jika mereka sudah tiba di Jepang dan mereka diikuti oleh sekelompok orang.
"Ada apa?" Seravina menjadi penasaran. Dia tadi sempat tak sengaja menatap Raven yang memperhatikan ponselnya dan tak lama aura dinginnya menguar di sekitar. Leonard dan King mendongak menatap ayahnya.
"Apa ada hal buruk yang terjadi, Yah?"
"Tidak ada. Ini bukan apa-apa. Ayah akan keluar sebentar. Ayah harus menemui seseorang."
"Kenapa bukan orang itu yang kau suruh kemari?"
"Tidak. Tempat ini tidak boleh diketahui oleh sembarangan orang, keselamatan kalian lebih utama. Aku tidak akan lama. Berhati-hatilah selama aku tidak ada."
Seravina tidak membantah ucapan Raven yang memang peduli dengan keselamatannya dan juga keluarganya. Saat Raven menghilang dari pandangan, Seravina menghela napas berat.
"Bu ada apa? Apakah kau baik-baik saja?"
"Ya. Ibu baik-baik saja. Ibu hanya bosan duduk di kursi roda terus. Rasanya jahitan di perut ibu akan menyatu karena ibu terlalu lama duduk."
"Jika begitu ayo ke kamar ibu. Kami akan mendorong kursi roda ibu."
"Kalian sungguh anak-anak yang baik. Ibu sangat bangga pada kalian."
"Kami juga bangga padamu, Bu."
Ketiganya lantas pergi ke kamar Seravina. Kamar itu sangat luas dan bersih. Kamar yang ditempati Seravina sekarang adalah kamar utama. Sedangkan Kakek dan neneknya ada di ruangan lain di luar bangunan rumah utama ini.
Leonard dan King membantu Seravina berdiri dan berjalan ke ranjang. Setelah ibunya duduk, Leonard dan King baru sadar jika seharusnya mereka membawa ibunya ke kamar mandi terlebih dulu untuk menggosok gigi.
"Kenapa dengan wajah kalian?" tanya Seravina mengerutkan alisnya.
"Bu, seharusnya kami membawamu ke kamar mandi dulu untuk gosok gigi, tapi kami justru membawamu ke sini."
"Tidak masalah. Ibu bisa berjalan pelan-pelan ke sana nanti. Sebaiknya kalian duluan saja yang ke kamar mandi untuk gosok gigi."
Leonard dan King mengangguk patuh. Keduanya lantas bergegas ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Seravina mengambil ponselnya yang sejak tadi tertinggal di kamar. Seharusnya keluarganya sudah sampai di Jepang, tapi kenapa tidak ada satupun kabar yang sampai kepadanya.
Seravina segera mencari nomor Yuri. Namun, saat dihubungi nomor Yuri tidak aktif. Seravina menjadi cemas memikirkan keluarganya.
"Bu ada apa?" Seravina tidak menyadari jika kedua putranya telah keluar dari kamar mandi.
"Ibu memikirkan kakek dan nenek serta aunty Yuri."
"Mereka belum memberi kabar?" tanya King.
"Ya, seharusnya mereka sudah tiba di Jepang sejak tadi, tapi kenapa mereka tidak menghubungi ibu?"
"Bu, tenanglah! Aku akan melacak keberadaan aunty Yuri."
King langsung berlari mengambil tasnya dan mengeluarkan gadgetnya. Leonard juga mengambil ipad dari dalam tasnya dan langsung duduk di sebelah Seravina.
King dan Leonard langsung sibuk dengan mengetik banyak kode. Seravina tahu putranya cerdas, tapi dia tidak tahu, kecerdasan mereka benar-benar luar biasa.
Seravina ingin bertanya pada kedua putranya, tapi dia takut jika menganggu konsentrasi keduanya. Akhirnya wanita itu memilih diam dan menatap kedua putranya yang sibuk.
"Bu, ketemu. Lokasi mereka ada di Yokohama."
"Tapi kenapa mereka tidak menghubungiku?"
"Mungkin mereka berniat untuk menyelesaikan masalah di sana sebelum menghubungimu."
"Mungkin saja. Semoga tidak terjadi apa-apa pada mereka."
Seravina memasang wajah tenang, tapi Leonard dan King bisa merasakan kegundahan ibunya.
"Bu, aku yakin mereka akan baik-baik saja."
"Ya, semoga saja."
Seravina tidak lagi memandangi ponselnya, dia langsung turun dari ranjang perlahan dan berjalan hati-hati kamar mandi.
Saat Leonard dan King memastikan jika ibunya sudah masuk kamar mandi. Mereka berdua saling menatap dan lalu mereka bergegas membuka tangkapan layar satelit di kota itu.
"Bukankah ini aunty Yuri? Mereka sepertinya dalam masalah besar," ujar King. Leonard mengangguk, dia melihat orang-orang ayahnya benar-benar sangat berkompeten menjaga Bibi mereka.
Saat Leonard dan King mendengar suara pintu terbuka. King segera mengubah tampilan layar gadgetnya.
"Kalian tidak tidur?"
"Kami menunggumu, Bu."
Seravina tersenyum sembari mengacak acak rambut kedua putranya.
"Kalian benar-benar sangat lucu."
"Bu, kami sudah besar. Jadi jangan mengatakan kami lucu," protes Leonard. Seravina hampir tertawa jika dia tidak mengingat luka jahitan di perutnya, dia pasti akan terbahak-bahak.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒕𝒉𝒐𝒓 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝑴𝒂𝒓𝒗𝒆𝒍 🤔😅 𝒕𝒚𝒑𝒐 𝒎𝒖
2024-10-02
0
Nur Bahagia
siapa Marvel? 🤔
2024-09-17
0
Femmy Femmy
🤣🤣🤣
2024-07-24
0