Christiana menghubungi Raven. tidak biasanya Raven tidak pulang begitu juga dengan Leonard dan King. Dia melakukan panggilan video dengan Raven.
"Di mana kalian sekarang?"
("Aku di rumah sakit, Mom.")
"Di rumah sakit? Siapa yang sakit? Apakah Leonard atau King?"
("Bukan keduanya.)
Raven mengubah kamera depan menjadi kamera belakang. Dia memperlihatkan Leonard, Seravina dan juga King yang tidur di satu bed.
"Raven siapa itu?"
Raven memilih keluar setelah memperlihatkan Seravina dan anak-anak. Dia tidak mau mengganggu tidur ketiganya.
("Dia Seravina, ibu dari anak-anak.")
"Bagaimana bisa? Kenapa dia datang setelah sekian lama meninggalkan Leonard dan King?"
("Mom, nanti aku akan jelaskan semuanya padamu. Yang jelas kondisinya tidak seperti yang kau bayangkan.")
"Lalu bagaimana dengan Chaterine?"
("Aku tidak menyukainya sejak awal. Itu kau yang terlalu sering menjodohkanku dengannya.")
"Tidak bisakah kau pertimbangkan lagi, Chaterine adalah gadis yang cocok denganmu. Asal usulnya jelas, dia juga memiliki karir yang bagus."
("Mom, kau tidak mengerti. Bagiku sejak awal semuanya hanya tentang Leonard dan King. Mereka menginginkan ibu kandungnya. Jadi aku pun juga menginginkannya.")
"Jadi ini hanya perkara itu? Jika begitu aku akan membujuk Leonard dan King untuk bisa mengenal Chaterine lebih dekat."
("Itu tidak diperlukan, Mom. Aku tutup dulu sambungannya. Seravina sepertinya sudah bangun.")
Christiana mendengus begitu Raven mematikan sambungan teleponnya. Dia menghentakkan kakinya kesal.
"Apa yang terjadi. Kenapa kau marah?" Ellard ayah Raven mendatangi Christiana.
"Putramu benar-benar menyebalkan. Dia telah bertemu dengan ibu kandung Leonard dan King."
Mendengar ucapan istrinya, Ellard justru terlihat berbinar. "Itu bagus. Bukankah mereka akan bahagia."
"Apa yang kau katakan. Tidak ada wanita yang pantas bersanding dengan putra kita selain Chaterine."
"Itu kan hanya sudut pandangmu saja. Jika memang Chaterine begitu sempurna dan menarik. Kau tidak mungkin butuh waktu lama untuk menjodohkan Raven dengannya. Untuk masalah jodoh Raven, kau serahkan saja semuanya padanya. Dia lebih tahu pasangan seperti apa yang dia butuhkan. Apalagi Raven juga memiliki King juga Leon. Pasti Raven akan mempertimbangkan kebahagiaan putranya dulu ketimbang dirinya sendiri."
Christiana mendengus. Suami dan anaknya sama saja.
***
Sementara itu, di rumah sakit, Raven menghembuskan udara dari mulutnya. Dia berpikir mungkin saja ibunya masih belum bisa menerima Seravina. Karena Seravina dulu meninggalkan si kembar di cuaca sedingin itu.
Raven menghubungi Cale asistennya untuk mencarikan dirinya hunian yang luas dan nyaman.
Cale sedikit heran saat menerima perintah dari bosnya itu. Namun, mau tak mau akhirnya pria itu mencarikan iklan hunian di tengah kesibukannya menghandel semua pekerjaan yang ditinggalkan Raven.
Saat Raven membuka pintu perawatan Seravina, dia mendapati wanita itu berdiri di dekat jendela dengan tatapan kosong. Raven segera mendekat.
"Apa yang kau lakukan? Lukamu belum sembuh?"
"Aku tahu kondisiku dengan baik," jawab Seravina. Dia tidak menoleh, tapi dia hanya melirik pantulan Raven dari cermin.
"Lukamu bisa saja kembali terbuka."
"Kau terlalu banyak khawatir. Kenapa kau tidak membawa anak-anak pulang?"
"Mereka ingin menemanimu."
"Raven, jika suatu saat terjadi sesuatu hal yang buruk padaku. Bujuklah mereka untuk dekat dengan seseorang yang menyayangi mereka dengan tulus."
"Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk padamu," ucap Raven yakin.
"Kita tidak akan tahu."
Seravina langsung terdiam setelah mengatakan itu. Pikirannya tidak bisa tenang. Meski Raven menjamin keselamatannya, lalu bagaimana dengan anggota keluarganya yang lain?
Seravina tidak mau bergantung pada Raven. Dia tidak sendirian. Dia punya keluarga yang juga harus dipikirkan. Apa kata orang tua Raven, jika Seravina datang hanya untuk merepotkan Raven.
Raven hanya menatap Seravina dalam diam. Meski baru kemarin mereka bertemu dan bicara, Tapi Ravenhart tahu sedikit banyak mengenai sifat Seravina.
"Aku tidak berbohong padamu. Kau bisa mengandalkanku, mengandalkan orang-orangku."
"Raven, ini tidak baik. Jangan buat aku terus bergantung padamu."
"Memangnya apa yang salah? Aku single begitu juga dengan dirimu. Jadi tidak ada masalah."
"Aku tidak pantas."
"Ayah, ibu." King tiba-tiba bangun dan memanggil kedua orangtuanya.
Seravina menoleh dan tersenyum. Dia berjalan pelan mendekati ranjang sembari memegang tiang infusnya. Raven hanya memandangi wanita itu. Sebagai seorang laki-laki, Raven sangat takjub dengan perkembangan Seravina. Mungkin karena Seravina sudah sering terluka sehingga tubuhnya merespon setiap lukanya dengan baik dan cepat.
"Ibu, bagaimana kondisimu?"
"Ibu baik-baik saja, Sayang."
Seravina merasa hangat di hatinya saat King memanggilnya ibu. Sebenarnya dia ingin memeluk King, tapi bocah itu sudah buru-buru menggoyangkan tangannya menolak.
"Bu, aku takut nanti menyentuh lukamu. Jika kau sudah sembuh, kau boleh memelukku setiap hari."
Seravina tersenyum, "Kau benar-benar bermulut manis."
King membusungkan dadanya dan menepuknya 2 kali. Raven ikut tersenyum melihat tingkah putranya yang tak biasa. Tak lama Leonard juga bangun. Dia masih terlihat linglung. Namun, saat kesadarannya benar-benar terkumpul, Leonard memekik senang.
"Wow, Bu! ini benar-benar nyata?"
Seravina sedikit mencondongkan tubuhnya untuk mengusap pipi Leonard.
"Apa menurut Leon ini nyata?"
"Ya, ya, ya. Ini benar-benar nyata. Bu aku sangat senang. Ku harap mulai sekarang dan seterusnya kita akan selalu bersama seperti ini."
Seravina tidak menjawab. Dia hanya memberi senyuman tipis. Raven membiarkan kedua putranya mandi. Raven sudah menyiapkan baju ganti untuk kedua putra kembarnya.
Setelah kedua putranya selesai mandi, Raven segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Seravina duduk bersama Leonard dan King sementara menunggu Raven selesai mandi.
Di meja ruang perawatan Seravina, tertata berbagai macam makanan. Raven sengaja memesan khusus untuk Seravina dan juga kedua putranya.
"Kenapa belum makan?"
"Kami menunggumu, Ayah," kata King. Begitu Raven duduk, Leonard dan King langsung mengangkat sendoknya dan mulai makan.
"Apakah ini sesuai seleramu?" tanya Raven canggung.
"Ya. Aku tidak terlalu pemilih soal makanan."
"Baguslah jika begitu. Sekarang makanlah." Seravina mengangguk. Dia seketika menunduk saat melihat Raven tersenyum kepadanya. Tiba-tiba Seravina merasakan jantungnya berdebar-debar.
Selain kakek dan juga Ayahnya, baru kali ini Seravina mendapat perlakuan yang begitu istimewa dari seorang pria. Hal itu tentu saja membuat Seravina merasa malu.
"Bu, kenapa wajahmu memerah?" tanya Leonard. Seravina buru-buru menangkup kedua pipinya untuk menutupi rona. Ini sungguh sangat memalukan.
Raven semakin tersenyum lebar saat melihat wajah malu-malu Seravina.
"Ti_tidak. Ini biasa saja," jawab Seravina tergagap.
"Oh, apa kah ACnya kurang kencang?" King menatap ke atas dan melihat ke arah AC yang terpasang.
"Lanjutkan makan kalian, biar ayah yang kencangkan ACnya."
BLUSH
Warna wajah Seravina semakin memerah tak terkendali.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Cata Leya
ibu bgini hrs di tegasin biar gk trs semena2
2025-02-08
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑺𝒆𝒗𝒂𝒓𝒊𝒏𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒏𝒊𝒆 😉😉
2024-10-02
0
Femmy Femmy
Bu coba buka cara berpikir nya ibu ...bisanya mau memisahkan ibu kandung nya dr cucu2...apa mau ibu saya kasih Bogem biar ibu sadar???
2024-07-24
0